Fraser and Neave
Fraser dan Neave, Limited (F&N) merupakan konglomerasi makanan dan minuman, penerbit (pernah juga memiliki bisnis produksi bir dan properti) yang berbasis di Singapura. Anak usaha dan entitas asosiasinya seperti Frasers Property, Asia Pasific Breweries, dan Times Publishing. Pada 2011, F&N memiliki total aset lebih dari $14 miliar dan lebih dari 7.890 karyawan di 11 negara.[3] SejarahPendirian dan perkembangan awal (1883–1930)Perusahaan ini didirikan dengan nama Singapore and Straits Aerated Water Company pada tahun 1883 oleh John Fraser dan David Chalmers Neave, yang dalam perkembangannya menjadi salah satu perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi air soda (aerated water). Adapun bisnis minuman ini merupakan ekspansi dari usaha penerbitan dan percetakan keduanya dengan nama Singapore and Straits Printing Office. Di tahun 1898, didirikan perusahaan baru bernama Fraser & Neave (F&N) dengan modal $290.000,[4] yang kemudian mengambilalih Singapore and Straits Aerated Water Company dan Singapore and Straits Printing Office. Diversifikasi, restrukturisasi, dan ekspansi (1931–1990)Pada 1931, Fraser & Neave mendirikan usaha patungan dengan perusahaan asal Belanda Heineken untuk membentuk usaha pembuatan bir. Usaha tersebut, Malayan Breweries Limited memproduksi Tiger Beer lalu membeli Archipelago Brewery yang memproduksi Anchor Beer.[5] Pada 1936, F&N membeli hak warabala minuman Coca-Cola di Singapura, Malaysia, dan Brunei; kerjasama ini berlangsung hingga 1 September 2011. Di samping merek minuman milik F&N, perusahaan juga membeli hak waralaba minuman ringan lainnya seperti PepsiCo, Coca-Cola, dan merek dari Cadbury Schweppes seperti 7-Up, Fanta dan Sunkist. Pada 1990, Malayan Breweries mengubah namanya menjadi Asia Pacific Breweries. Sejarah modern (1990–2012)Pada 1999, F&N membeli 20% saham di Times Publishing sebelum mengambil alih kendali perusahaan pada 2000 dengan jumlah transaksi mencapai $570 miliar.[6] Akusisi ini menjadikan F&N ke dalam bisnis percetakan, penerbitan, dan toko buku retail, penjualan dan distribusi, edukasi, internet, dan bisnis organisasi konferensi. Pada 2001, F&N memutuskan menjadikan Times dan Centerpoint Properties menjadi perusahaan privat. Pada 2006, perusahaan investasi pemerintah Singapura yaitu Temasek Holdings mengambil 14,9% saham F&N dengan nilai transaksi mencapai S$900 miliar dan menjadi investor kedua terbesar di F&N.[7] Pada 2008, F&N melakukan reorganisasi struktur manajemen dan menunjuk pimpinan eksekutif untuk tiga bisnis inti yaitu makanan dan minuman, properti serta publikasi dan penerbitan.[8] Pada 2010, saham milik Temasek di F&N dijual kepada perusahaan Jepang Kirin Holding dengan nilai transaksi sebesar S$1,33 miliar.[9] Pada Juli 2012, ThaiBev mengakusisi 22% saham F&N dari Oversea-Chinese Banking Corporation, sehingga saham miliknya menjadi 24,1%.[10] Lalu pada Agustus 2012, F&N menerima tawaran dari Heineken untuk membeli sahamnya di Asia Pacific Breweries dengan nilai transaksi mencapai US$4,1 miliar.[11] Sebulan kemudian, yaitu pada September 2012, ThaiBev bekerja sama dengan TCC Assest, keduanya dimiliki oleh miliuner asal Thailand Charoen Sirivadhanabhakdi berusaha mengagalkan upaya Heineken untuk menguasai Asia Pacific Breweries, dengan mengajukan tawaran sebesar S$8,8 miliar (US$7,1 miliar) dana tunai kepada F&N.[12] Perusahaan lain, seperti Coca-Cola Company dan Kirin Holdings, juga tertarik terhadap bisnis minuman ringan dan makanan dari F&N, untuk memperbesar bisnis mereka di Asia.[13][14] Pada 28 September 2012, pemilik saham F&N menyetujui usulan untuk menjual Asia Pasific Breweries kepada Heineken saat rapat umum pemegang saham diselenggarakan.[15] Frasers Centrepoint Limited dan Frasers Property (2013–sekarang)Konglomerat Thailand Charoen Sirivadhanabhakdi mengekspansi kerajaan bisnis minuman ThaiBev dan properti dengan berhasil menguasai 2/3 dari keseluruhan saham F&N.[16] Hal ini terjadi setelah Kirin Holdings menjual 15% saham miliknya dengan nilai transaksi mencapai US$1,6 miliar.[17][18] Pada Januari 2014, melalui Frasers Centrepoint Limited menerbitkan kembali saham di Bursa Efek Singapura, kemudian grup menggabungkan bisnis propertinya. Lalu, pada Februari 2018, Frasers Centrepoint Limited berubah nama menjadi Frasers Property.[19] F&N di IndonesiaSejarah perusahaan ini di Indonesia sudah ada sejak masa Hindia Belanda dan dikenal dengan merek minuman ringan serta susu, meskipun dalam perkembangannya seringkali pemasaran produknya nampak hidup segan mati tak mau.[20] Pada tahun 1928 di Surabaya (Jl. Bagong 79)[21] dibuka pabrik F&N pertama di Indonesia di bawah NV Fraser & Neave,[22][23] yang disusul pembukaan kantor maupun pabrik di Jakarta (Jl. Hayam Wuruk 37)[24] dan Medan.[25] Bisa dikatakan minuman ringan berupa air soda keluaran F&N ini merupakan salah satu yang terawal di Indonesia. Belakangan pabrik F&N juga memproduksi ale jahe, minuman jeruk, minuman stroberi dan sarsaparilla.[26] Pada pertengahan 1960-an, dua pabrik F&N di Jakarta dan Surabaya sempat dikuasai oleh pemerintah Indonesia seiring upaya nasionalisasi perusahaan Inggris dalam menghadapi Konfrontasi Indonesia-Malaysia.[27][28] Pada tahun 1970 Fraser & Neave di Singapura meneken kerjasama dengan PT Perusahaan Bir Indonesia untuk memproduksi minuman F&N di Indonesia, di bawah PT Perusahaan Limun Indonesia (PLI) yang didirikan dengan modal senilai SGD 3 juta.[29][30] Adapun perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki oleh Fraser & Neave ini, kemudian mendirikan pabrik baru di Tangerang dan Surabaya serta berusaha merevitalisasi pabrik lama F&N di Jakarta.[31] Produk dari PT PLI adalah minuman botol F&N, 7 Up, Sunkist (sejak 1974)[32] dan Green Spot (sejak 1986).[33][34] Di tanggal 30 September 1988, PT PLI dilikuidasi,[35] dengan hak produksi Green Spot dan F&N dialihkan ke PT Polari Limunusa Inti,[36] perusahaan milik Abdul Latief, Pontjo Sutowo dan Tanri Abeng (kemudian menjadi milik PT Tempo Scan Pacific).[37] Adapun PT Polari didirikan pada 28 Desember 1987 dengan pabrik berada di lokasi eks-PT PLI (Tangerang) berkapasitas 40 juta liter/tahun,[38] ditambah kemudian (sejak 1 April 2005) satu pabrik lagi di Ngagel, Surabaya (awalnya dioperasikan PT Kian Mulia Manunggal/Tirtorejo Utama, milik Tempo Scan sejak 1990 sebelum dimerger dengan PT Polari). Varian produk F&N yang pernah diproduksi seperti tonic water, air soda, kopi soda, ale jahe, sarsi, anggur, zappel, krim soda dan rasa buah,[39][20][36] ditambah kemudian minuman isotonik bermerek 100plus dan Unif.[40] Tercatat Tempo Scan masih memproduksi minuman ini hingga pertengahan 2000-an.[41] Saat ini PT Polari masih bertahan sebagai anak usaha Tempo Scan, namun tidak lagi memproduksi minuman di bawah lisensi Fraser & Neave Singapura. Untuk memasarkan produknya di Indonesia, F&N kini mengandalkan importir dan anak usaha. Untuk produk susu evaporasi dan beberapa minuman diimpor oleh PT Kartikawira Adisukses.[42] Ada juga anak usaha F&N bernama PT Yoke Food Industries Indonesia yang mengimpor produk 100plus, F&N, kental manis Teapot, Sunkist, Unifresh dan Day-Day.[43][44] Produk
Rujukan
Bibliografi
|