Dimas Oky NugrohoDimas Oky Nugroho (lahir 7 Februari 1978) adalah seorang pegiat wirausaha sosial, akademisi serta aktivis masyarakat sipil Indonesia.[1] Ia pernah menjabat sebagai Komisaris Independen Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak 2018 sampai 2019. Sebelumnya, ia merupakan Staf Khusus di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) pada 2016-2018.[2] Saat mahasiswa, Dimas merupakan presiden mahasiswa pertama di Universitas Airlangga Surabaya era reformasi.[3] Sejak Desember 2019, ia juga tercatat sebagai Tim Asistensi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.[4] Pada tahun 2015, Dimas sempat diusung sebagai calon Wali Kota dalam Pilkada Kota Depok oleh koalisi PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem. PendidikanAlumni SMA Negeri 3 Medan (1992), Sarjana Ilmu Politik, FISIP, Universitas Airlangga Surabaya (2001); peraih gelar MPhil (Master of Philosophy) di bidang Politik Internasional (International Politics) dari University of Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya (2005), serta peraih gelar PhD atau Doctor of Philosophy di bidang antropologi politik dari University of New South Wales (UNSW) Sydney, Australia untuk karya ilmiah di bidang studi gerakan sosial (2016). PekerjaanPendiri sekaligus Direktur Eksekutif PT Akar Rumput Strategic Consulting atau ARSC (2012-sekarang), sebuah lembaga konsultan politik, survei dan komunikasi berbasis di Jakarta.[5] Dimas juga merupakan Ketua Perkumpulan Kader Bangsa sejak tahun 2017,[6] sebuah institusi masyarakat sipil yang fokus pada upaya penguatan kapasitas pemimpin muda, komitmen kebangsaan, pendidikan kewargaan dan demokrasi, serta aspek kewirausahaan sosial dan ekonomi kreatif anak-anak muda, dari Aceh sampai Papua, melalui platform pelatihan singkat, forum diskusi, program dan jejaring kolaborasi. Sebagai akademisi, Dimas mengajar di sejumlah universitas negeri maupun swasta. Pada tahun 2006-2008, ia mengajar di Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, dan pada tahun 2018 mengajar di Paska Sarjana Fisip Universitas Padjajaran, Bandung. Sejak tahun 2021, Dimas juga mengajar di Sekolah Paska Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya.[7] Kariernya pernah sebagai jurnalis, diawali saat mahasiswa dengan magang di Jawa Pos dan bekerja di Harian Republika Biro Surabaya. Setamat kuliah, ia bekerja di TV 7, milik Kompas Gramedia Group (2001-2004). Pada awal tahun 2004, Dimas mendapatkan pelatihan media dan globalisasi di Radio Netherlands Training Centre (RNTC) di Hilversum, Belanda. Diterima di Utrecht University untuk studi konflik dengan beasiswa dari STUNED, Dimas akhirnya memilih mengambil program master bidang Politik Internasional di University of Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya dengan beasiswa British Chevening Award.[7] Sepulang dari studi masternya di Inggris, Dimas berkiprah sebagai staf peneliti UNDP Indonesia untuk proyek konsolidasi demokrasi di United Nations Support for Indonesia Recovery (UNSFIR) pada tahun 2015-2016. Kemudian menjadi Program Officer UNDP untuk program perdamaian dan rekonsiliasi di Aceh paska penandatanganan MoU Helsinki (2006-2008). Sempat diterima di Tsinghua University, Beijing, untuk program master keduanya dengan mengambil fokus International Development Study, Dimas akhirnya memilih untuk melanjutkan studi doktoral. Pada tahun 2008, Dimas mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi PhD di University of New South Wales (UNSW), awalnya di kampus Canberra, kemudian pindah ke kampus Sydney, Australia. Dimas mengambil penelitian antropologi politik tentang Gerakan Sosial Baru atau New Social Movement yang berlangsung pada era reformasi.[8] Pada tahun 2010, Dimas terpilih sebagai pimpinan Delegasi Indonesia untuk pertemuan American Council of Young Political Leaders (ACYPL). Dimas juga pernah menjadi salah satu wakil Indonesia untuk pertemuan pemimpin muda di sejumlah negara. Kewirausahaan SosialDimas adalah pegiat komunitas dan ekonomi kreatif, pendiri dan penggagas sejumlah platform kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) antara lain program Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP).[9][10] Dimana sejak tahun 2011 telah melahirkan delapan angkatan, mempertemukan para pemimpin muda dari Aceh sampai Papua, para akademisi muda, aktivis dan pegiat organisasi masyarakat, komunitas kreatif, seniman, sutradara, kyai muda, jurnalis, wirausaha, politisi muda sampai kepala daerah muda.[11] Perkumpulan Kader Bangsa diresmikan pada tahun 2017 sebagai institusi resmi yang memayungi berbagai kegiatan komunitas anak muda diinisiasi oleh Dimas.[9] Sebagai Ketua Perkumpulan, Dimas aktif mengadvokasi isu-isu kebangsaan dan tata kelola pemerintahan, partisipasi politik, transformasi sosial ekonomi, kapasitas dan peran serta anak muda, serta isu demokrasi dan kepemimpinan publik.[12] Pada April 2019, Dimas menginisiasi Indonesian Young Leaders Exchange Program (IYLEP), yakni program pelatihan dan pertukaran pemimpin muda Indonesia ke sejumlah negara sahabat.[13] Menurutnya, pemimpin muda nasional harus pula dipersiapkan visi dan pemahaman globalisasi sejak dini. Angkatan pertama ke Singapura dengan berkunjung ke sejumlah institusi pendidikan, sosial budaya, ekonomi kreatif, kementerian kepemudaan, asosiasi pemuda dan berdialog dengan para pemimpin muda setempat.[14] Angkatan kedua, pada tahun yan sama, IYLEP mengunjungi Australia, khususnya Kota Melbourne, untuk studi banding dan melakukan dialog dengan para pemimpin muda Australia.[15] Pada tahun 2016, Dimas menggagas Gerakan AMPUH (Anak Muda Punya Usaha) yang bergerak di bidang sosialisasi kewirausahaan ekonomi kreatif untuk anak-anak muda.[16] Kemudian sejak tahun 2018, Perkumpulan Kader Bangsa juga mendorong program dialog, sharing session, anak muda lintas daerah bernama Kolaborasi Positif. Melalui platform Kolaborasi Positif ini ia berniat mengumpulkan, memunculkan dan mengkoneksikan anak-anak muda berprestasi, champion-champion, dari berbagai daerah untuk menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya, sekaligus terlibat dalam sejumlah proyek kolaborasi yang bermanfaat bagi masyarakat.[17] Dimas juga menjadi editor buku “Anak Muda dan Masa Depan Indonesia: Bunga Rampai Pemikiran Anak Muda Dari Aceh Sampai Papua” (2018, Mizan).[18] Sejalan dengan program AMPUH, pada tahun 2017, Dimas mendirikan Diskusi Kopi dan Ruang Berbagi, sebuah platform co-working space untuk para startup anak muda yang disertai dengan pengembangan usaha mandiri di bidang kuliner yakni jejaring outlet kopi dan resto.[19] Referensi
|