Dalhar bin Abdurrahman
K. H. Nahrowi Dalhar bin Abdurrahman (lahir: 10 Syawal 1286 H/ 12 Januari 1870 dan wafat: Rabu Pon, 29 Ramadhan 1890 – Jimakir 1378 H atau 8 April 1959) adalah seorang Ulama', Wali dan Sesepuh masyarakat di Magelang dan sekitarnya. Beliau juga pengasuh Pondok Pesantren Darussalam[1], Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang. BiografiBeliau lahir dengan nama Nahrowi, sebagai putra K. H. Abdurrahman bin K. H. Abdur Rauf bin K. H. Hasan Tuqa (Raden Bagus Kemuning, yang adalah salah satu ajudan Pangeran Diponegoro)[2]. Jika kita menelusuri keluarga beliau, maka silsilahnya bersambung dengan Susuhunan Amangkurat III dari Kasunanan Kartasura. Keluarga beliau telah lama menjadi semacam Ndoro (Tuan) di kawasan Muntilan, Magelang dan keluarganya banyak menurunkan Kiai-kiai yang Alim. KeluargaAyah: K. H. Abdurrahman bin K. Abdurrauf bin K. Hasan Tuqa Putra-putri:
Cucu:
Leluhur: Susuhunan Amangkurat III dari Kasunanan Kartasura, melalui Kiai Hasan Tuqa atau R. Bagus Kemuning. PendidikanBeliau awalnya mondok di tempat Simbah Kiai Muhammad Ushul III di kawasan Bawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang[4]. Kemudian beliau melanjutkan di PP. Al-Kahfi Sumolangu, Kebumen yang di asuh ketika itu oleh Syaikh as-Sayyid Ibrahim bin Muhammad al-Jilani al-Hasani, atau dikenal sebagai Syaikh Abdul Kahfi ats-Tsani. Kiai Dalhar mengabdi di ndalem Syaikh selama delapan tahun. Hal ini, merupakan permintaan K H. Abdurrahman sendiri kepada Syaikh Abdul Kahfi ats-Tsani. Pada 1314 H/1896, Syaikh Abdul Kahfi ats-Tsani memerintahkan Kiai Dalhar untuk menemani putranya, Sayyid Muhammad belajar di Makkah (kala itu masih dibawah Kesyarifan Makkah, Kekhalifahan Utsmaniyah). Mereka berdua kemudian mengaji pada Syaikh Sayyid Muhammad Babashol al-Hasani yang masih pernah keluarga dengan Sayyid Muhammad. Syaikh Sayyid Muhammad Babashol al-Hasani kala itu merupakan Mufti Syafi'i di Makkah. Kiai Dalhar dan Sayyid Muhammad menetap di rubath atau pondokan di kawasan Misfalah. Pada tahun pertama Kiai Dalhar mengaji di Makkah, terjadi Perang di kawasan Hijaz. Sayyid Muhammad mendapat tugas membantu Makkah, sedangkan Kiai Dalhar dapat tetap belajar selama 25 tahun. Kiai Dalhar yang sebelumnya bernama Nahrowi kemudian diberi nama "Dalhar" oleh Syaikh Sayyid Muhammad Babashol al-Hasani. Kiai Dalhar juga memperoleh ijazah mursyid Tarekat Syadziliyah dari Syaikh Muhtarom al-Makki dan ijazah aurad Dalailul Khairat dari Sayyid Muhammad Amin al-Madani. Nantinya Kiai Dalhar menurunkan ijazah Tarekat Syadziliyah kepada 3 orang muridnya, yakni Kiai Iskandar Salatiga, Kiai Dimyati Banten[5], dan putranya, Kiai Ahmad Abdul Haq[6]. PeranBeliau bersama K. H. Siradj Abdurrasyid dari Payaman adalah dua Kiai besar yang makamnya termasuk paling banyak diziarahi di Magelang. Referensi
|