Bukit Binaol Maneron
Bukit Binaol (aksara jawa:꧋ꦧꦶꦤꦎꦭ꧀) (Atau juga sering dikatakan bukit Binaon / Bukit Bintang oleh orang manca) adalah sebuah hamparan pegunungan yang biasa dijadikan wisata bumi perkemahan oleh anak-anak pramuka atau untuk umum, dan dijadikan wisata matahari terbit. Saat ini, untuk berkemah di Bukit Binaol Maneron tidak dikenakan biaya, namun harus ada itikad baik untuk izin terlebih dahulu kepada Kepala Desa atau khususnya warga sekitar pegunungan. Puncak Pegunungan Binaol masuk kedalam Dusun Mangka'an, namun secara keseluruhan termasuk akses jalan, Dusun Karang dan Dusun Binoloh juga masuk kedalam bagiannya. Sebelah selatan adalah lembah perbatasan Dusun Binoloh, dan sebelah barat jalan, termasuk kedalam Dusun Karang. Sementara gundukan bukit sebelah timur Binaol, disebut Moncollâh atau dalam bahasa Indonesia, Puncak Bukit paling ujung. Dari informasi Penduduk sekitar, warga Kampung Furkennye, Bukit Binaol dahulu waktu masa penjajahan sering dijadikan tempat persembunyian koloni Belanda. Hingga dibangun sebuah benteng kecil disana, yang sekarang sudah usang dan hanya menyisakan bebatuan. Dari kisah para tetuah, hubungan Belanda dan Warga sekitar dulunya sangat baik, bahkan Belanda memberikan bibit jeruk untuk ditanam para penduduk di sekitar pegunungan. Belanda dan Penduduk sekitar pun bekerja berdampingan, orang-orang Belanda mengebor tanah, dimana katanya sedang mencari posisi sumber minyak, dan menandai daerah yang berpotensi menjadi pusat sumber minyak, sementara penduduk menanam bibit jeruk. Belanda juga memberi tahu penduduk jika menemukan sumber mata air, dan menandai letak posisinya dengan batu besar, agar jika sewaktu-waktu penduduk butuh sumber mata air, bisa menggali posisi tersebut untuk dijadikan sumur. Sampai akhirnya Jepang (penduduk sekitar menyebutnya Nippon) merebut kekuasaan dan terjadi bentrok kecil di daerah benteng Binaol. Setelah peperangan kecil, konon benteng tersebut dijadikan tempat pemakaman orang-orang yang kalah dalam peperangan, baik dari pihak Belanda ataupun Jepang. Untuk penduduk asli, menurut cerita dari para tetuah warga sekitar, meski kekacauan sempat terjadi, namun tidak ada penduduk asli yang terluka, karena yang bentrok hanya orang Belanda dan Nippon saja. Proyek pengeboran mencari lokasi minyak itu juga sia-sia dan tidak pernah dilanjutkan lagi, hingga tanda-tandanya akhirnya hilang begitu saja karena ditumbuhi pepohonan dan semak-semak, namun jika kita menjelajah keseluruh penjuru pegunungan Maneron, maka kita pasti akan menemukan salah satu tanda batu besar itu.
Asal-UsulFasilitasTidak ada fasilitas khusus, semuanya disediakan oleh alam. Jika berjalan sedikit kesebelah barat, dan menuruni lembah. Kalian akan menemukan sumber mata air segar Furkennye untuk mandi, berwudhu dan minum. Berkemahlah di tebing sebelah timur untuk melihat keindahan matahari terbit di pagi hari (sunrise). KarakteristikDisaat Musim Hujan pemandangan rumput hijau dan ilalang sejauh mata memandang sangat memanjakan mata, kalian juga bisa menikmati keindahan alam dengan angin sepoi alami. Saat melihat ke utara, kalian akan disuguhkan keindahan pemandangan kota Sepulu dan sekitarnya, juga pemandangan laut yang sangat indah dari atas bukit. Dan beruntungnya lagi jika kalian datang disaat musim Juwet tiba, kalian bebas memetik dan memakan berbagai jenis juwet yang ada langsung dari pohonnya. Mulai dari juwet berbiji besar yang sangat manis, sampai juwet berbiji kecil yang rasa sepat, bahkan Juwet tanpa biji pun ada (penduduk sekitar biasa menyebutnya Dhuwâ' Butér) yang kalau diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia adalah Juwet Butir Nasi. Dikatakan demikian karena saat memakan buah juwet yang satu ini seperti makan nasi, langsung disantap tanpa khawatir ada biji yang mengganjal.
Pantangan
|