Blue's Clues
Blue's Clues adalah sebuah seri televisi anak-anak pendidikan interaktif animasi peran hidup Amerika Serikat untuk Nickelodeon tanggal 8 September 1996[1] sampai 6 Agustus 2006. Blue's Clues juga dibuat oleh "Tim Hijau" yang terdiri dari Todd Kessler, Angela Santomero, dan Traci Paige Johnson. Mereka ingin membuat seri televisi yang diterima oleh anak-anak prasekolah sehingga anak-anak bisa belajar. Untuk itu, mereka harus mempelajari perkembangan anak dan pendidikan pada masa kanak-kanak. Maka ditemukanlah semua format yaitu Blue's Clues. Awalnya, karakter Blue adalah seekor kucing dan progam tersebut diberi nama Blue's Prints. Namun Blue diganti menjadi anjing karena Nickelodeon telah memproduksi tayangan tentang kucing. Todd Kessler bertindak sebagai produser, Angela Santomero sebagai penelitian, dan Traci Paige Johnson sebagai perancang animasi. Para pembuat Blue's Clues menyadari bahwa bila progam tersebut dibuat dengan tampilan sebagus mungkin akan lebih diterima dan lebih menarik bagi anak-anak. Maka "Tim Hijau" mempekerjakan Dave Palmer untuk membuat animasi menjadi lebih mudah lalu memindahkannya ke komputer sehingga terlihat lebih menarik. Hasilnya sungguh luar biasa. Blue's Clues terlihat berbeda dari program tayangan yang lain pada masa itu. Namun sebelumnya, "Tim Hijau" mengalami persoalan dalam menemukan pemandu acaranya. Sebab pemandu tersebut harus bisa berinteraksi dengan Blue dan para penonton di rumah. Orang tersebut juga harus "banyak bicara" agar suasana tidak menjadi kaku. Sebab hanya pemandu itulah satu-satunya tokoh manusia dalam Blue's Clues. Akhirnya setelah melalui waktu yang panjang, dari ratusan peserta maka terpilihlah Steve Burns. Steve dianggap cocok dan pas menemani Blue. Steve memandu selama tujuh tahun sebelum akhirnya hengkang dan lebih memilih karier musikalnya. Steve digantikan oleh Donovan Patton. Blue's Clues meraih sukses dan telah diputar lebih dari 60 negara. Blue's Clues juga telah mencetak lebih dari 10 juta buku dan lebih dari 3 juta kopi CD terjual. Format Blue's Clues sendiri sebenarnya selalu sama pada setiap episodenya. Steve akan mengajak para pemirsa di rumah untuk menyelesaikan puzzle dari Blue, anjing yang pintar. Blue akan meninggalkan jejak kakinya yang berwarna biru pada setiap benda yang dijadikan petunjuk. Tugasnya Steve adalah menemukan di mana petunjuk-petunjuk tersebut berada dan menggambarnya dalam buku yang disebut "Buku Catatan". Lalu setelah tiga petunjuk dikumpulkan, Steve kembali ke ruang tamu dan duduk di "Kursi Berpikir" untuk menebak potongan petunjuk Blue. SejarahBlue's Clues dikembangkan pada masa transisional untuk televisi anak-anak. Pada 1990, Kongres mengesahkan Undang-Undang Televisi Anak-Anak, yang memperbolehkan jaringan dan stasiun TV untuk menyediakan bagian pemprograman mereka terhadap acara-acara anak, tetapi legislasi tersebut tidak menjelaskan berapa jam penyiaran pemprograman yang diharuskan saat ditayangkan. Tidak ada paduan atau kriteria untuk program pendidikan dan tidak ada provisi untuk penegakannya. Menurut pengarang Diane Tracy dalam buku 2002-nya Blue's Clues for Success, "negara televisi anak-anak sangat langka."[2][note 1] Sejak akhir 1960an, PBS menjadi salah satu dari beberapa sumber pemprograman televisi pendidikan anak-anak di AS, dan kebanyakan acara TV anak-anak AS lainnya dan dibuat untuk keperluan menjual mainan.[4] Federal Communications Commission (FCC) menyatakan pada 1997 bahwa jaringan penyiaran komersial diperbolehkan untuk menayangkan program-program pendidikan anak-anak selama minimum tiga jam per minggu. Jaringan kabel Nickelodeon, yang menyiarkan program-program untuk anak-anak berusia enam sampai dua belas tahun, tidak secara sah ditopang oleh legislasi tersebut namun telah menerapkannya pada beberapa tahun sebelum hukum dan peraturan tersebut disahkan.[4] Nickelodeon membentuk sebuah tim produser untuk membuat sebuah program televisi AS baru untuk anak-anak pada pertengahan 1994 menggunakan penelitian terhadap pendidikan sejak dini dan memandang perilaku anak-anak pra-SD. Angela Santomero, Todd Kessler dan Traci Paige Johnson, bertemu di Nickelodeon Studios selama sebulan untuk mengembangkan Blue's Clues.[1] Menurut The New York Times, Kessler menjadi kreator pertama yang masuk proyek tersebut; Santomero dan Johnson bergabung setelah itu.[5] Kessler memiliki latar belakang dalam televisi anak-anak dengan pengalaman sebelumnya pada Sesame Street namun ia tidak sepakat dengan format program tersebut karena ia rasa terlalu statis dan tidak memiliki visual, menurut The Tipping Point karya Malcolm Gladwell.[6] Ia kemudian bekerja sebagai produser lepas untuk Nickelodeon dari 1993 sampai 1994 sebelum berkarya pada Blue's Clues.[7] Kessler, Santomero dan Johnson, menurut Tracy, tidak memiliki latar belakang tradisional dari kebanyakan produser program anak-anak namun "memberikan sebuah kombinasi bakat, latar belakang dan sifat pribadi yang menakjubkan".[8][note 2] Peneliti Daniel R. Anderson dari University of Massachusetts Amherst, yang juga bekerja pada Sesame Street, menjadi penasehat untuk acara baru tersebut.[10] Karakter Blue awalnya dibuat sebagai seekor kucing, dan nama acara tersebut adalah "Blue's Prints," namun nama acara tersebut diubah dan Blue dijadikan seekor anjing karena Nickelodeon segera membuat sebuah acara tentang seekor kucing.[1] Kessler menangani produksi acara tersebut, Santomero menangani penelitian, dan Johnson menangani animasi dan rancangan.[11] Mereka diberi uang sejumlah $150,000 untuk membuat sebuah episode pilot.[12] Blue's Clues tayang perdana di AS pada 8 September 1996.[13] Acara tersebut menjadi sebuah smash hit, yang sebagian besar karena riset ekstensif dari para produser,[14] dan menjadi krusial pada pertumbuhan Nickelodeon.[15] Selama 18 bulan penayangan perdananya, Blue's Clues menjadi dikenal seperti halnya acara anak-anak yang lebih dulu berdiri seperti Sesame Street yang telah berusia 30 tahun.[16] Acara tersebut menjadi acara berating tinggi untuk anak-anak pra-SD pada televisi komersial.[17] Pada 2002, 13.7 juta pemirsa menontonnya setiap minggu.[16] Pada 2004, sebuah spin-off, Blue's Room, diluncurkan. Acara tersebut menampilkan boneka-boneka menggantikan animasi serta pembawa acara kedua dari acara aslinya, Joe, dalam beberapa episode.[18] Blue's Clues merayakan peringatan ke-10nya pada 2006 dengan sebuah DVD yang terdiri dari retrospektif 12 menit oleh staf "Behind the Music" VH1 dan kumpulan episode-episode "pilihan",[19] termasuk episode pertama yang dibawakan oleh Steve Burns yang telah hengkang pada 2002.[15] PemerananKeputusan pemeranan paling berpengaruh adalah pembawa acaranya, satu-satunya karakter manusia di acara tersebut. Peran pembawa acara tersebut adalah untuk menuntun dan menantang para penonton muda dari acara, untuk membantu meningkatkan kepekaan diri mereka sendiri, dan sangat terhubung dengan mereka melalui layar televisi. Para produser awalnya menginginkan seorang pembawa acara perempuan,[20] namun setelah berbulan-bulan meneliti dan lebih dari 1,000 audisi, mereka memilih aktor/penampil Steve Burns berdasarkan pada kekuatan audisinya.[1][20] Burns meraih tanggapan terkuat dan paling antusias dalam pengetesan terhadap anak-anak pra-SD.[21] Johnson menyatakan bahwa apa yang membuat Burns menjadi pembawa acara TV anak-anak besar adalah bahwa "ia tidak ingin menjadi pembawa acara anak-anak ... Ia suka anak-anak, tetapi ia tidak ingin membuat karier semacam itu."[22] Burns masih berada di Blue's Clues selama tujuh tahun dan dalam lebih dari 100 episode sebelum ia keluar untuk memasuki karier musik pada 2002.[13] Burns sendiri berkata, "Aku tau bahwa aku tidak ingin berada di televisi anak-anak seumur hidupku, sebagian besar karena aku menolak untuk kehilangan rambutku pada sebuah acara TV anak-anak, dan itu terjadi dengan cepat."[13] Disertai oleh sebuah "kampanye promosional multiplatform terkonsentrasi"[23] yang meliputi artikel-artikel di majalah Nickelodeon dan di laman webnya, tiga episode memperkenalkan pengganti Burns Donovan Patton, yang berperan sebagai saudara Steve, Joe.[24] Patton menjadi subyek pada jenis yang sama dalam pekerjaan tersebut,[13] dan dipilih dari 1,500 audisi.[note 3][26] Patton tak pernah menonton Blue's Clues sebelum ia ikut audisi untuk bagian tersebut namun, seperti Burns, disukai oleh para audien pra-SD.[24] Burns membantu melatih Patton untuk mempertunjukkan perannya. "Kami lihat kepensiunan Steve Burns dari acara tersebut sebagai perubahan untuk menempatkan Blue's Clues pada sebuah warna baru," kata Johnson.[26] Selain itu, menurut Johnson, karakter Joe lebih mirip seorang anak pra-SD dan lebih polos ketimbang Steve.[26] Johnson berperan sebagai pengisi suara Blue karena, menurut kru acara tersebut, ia paling dapat bersuara seperti seekor anjing. Nick Balaban, yang menulis musik untuk acara tersebut bersama dengan Michael Rubin, berperan sebagai pengisi suara Tuan Garam. Balaban awalnya menggunakan aksen Brooklyn untuk Tuan Garam sebelum memakai aksen Prancis.[1] Rubin juga menyediakan suara untuk Kotak surat.[27] FormatDalam The Tipping Point, pengarang Malcolm Gladwell yang menyebut "keutamaan" acara tersebut, dan mendeskripsikan formatnya:
Peneliti Nickelodeon Daniel R. Anderson menyerukan agar Blue's Clues distrukturkan menjadi sebuah permainan yang dipersembahkan kepada para pemirsanya dengan meningkatkan tantangan dan secara berkembang mengupas masalah-masalah untuk diselesaikan.[29] Episode-epiosde awalnya berfokus pada subyek-subyek dasar seperti warna dan angka, tetapi kemudian program tersebut berfokus pada hitungan, fisika, anatomi dan astronomi.[15] Para produser acara tersebut meyakini bahwa komprehensi dan perhatian sangat terhubung, sehingga menulis episode-episode untuk menyejikan dan meningkatkan perhatian pemirsa mereka. Mereka menggunakan karakteristik produksi dan konten seperti jeda yang memberikan waktu anak-anak untuk menanggapi,[30] serta "teknik-teknik kamera, suara-suara anak, paduan-paduan musikal, efek-efek suara, transisi-transisi bersih, dialog berulang, dan visual."[29] Partisipasi, dalam bentuk tanggapan pembicaraan atau fisik dari pemirsa, dan puncak kemampuan berpikir dipakai untuk penggunaan bahasan, baik dengan struktur episode-episode individual maupun episode-episode berganda.[30] Para produser menggunakan beragam fitur formal, yang menjadi penuntunan, dan fitur-fitur konten, yang terdiri dari undangan-undangan yang diberikan kepada pemirsa, seperti "Bisakah kau bantu aku?" Fitur-fitur tersebut juga menjadi bentuk format dan konten yang unik dan berulang. Keperluan format dan konten berulang, yang sama dalam setiap episode, adalah untuk meningkatkan perhatian, komprehensi, dan partisipasi pemirsa pada pelajaran-pelajaran pendidikan penting.[31] Nickelodeon awalnya menayangkan episode harian yang sama selama lima hari sebelum menayangkan episode berikutnya. Para produser meyakini bahwa strategi penayangan ini menuntun anak muda dalam memberikan mereka beberapa kesempatan untuk menguasai konten dan masalah yang disajikan kepada mereka.[11][32] Tujuan pendidikanTujuan para pembuat dan produser adalah untuk "memperkuat, menantang, dan membangun pengendalian diri anak-anak pra-SD"[33] sesambil menghibur mereka. Kessler, Santomero dan Johnson terpengaruh oleh Sesame Street, program televisi anak-anak pertama untuk menyediakan kurikulum pendidikan komprehensif dan mendetail yang dikembangkan dari penelitian.[34] "Kami ingin belajar dari Sesame Street dan mengambil satu langkah tambahan," kata Santomero.[35] Seperti Sesame Street, penelitian formatif yang para produser sebut "saus rahasia" mereka,[36] digunakan pada sebuah aspek proses pembuatan keputusan dan kreatif pada produksi Blue's Clues.[37][38] Selain sebuah kurikulum yang mengembangkan kemampuan untuk anak-anak pra-SD dalam kehidupan sehari-hati, para produser ingin meliputkan partisipasi pemirsa, yang disebut oleh Variety sebagai "gaya tanggap dan seruan,"[15] yang mampu menuntun informasi yang disajikan, penyampaian positif, dan pesan-pesan prososial.[33] Dalam sesi mengasah otak pertama mereka pada 1994, Santomero, Kessler dan Johnson memutuskan untuk mempromosikan penuntunan ketimbang pembelajaran atau pengingatan, membuat para penonton mereka mengetahui jawaban-jawaban pafa teka-teki yang mereka sajikan, dan meliputi unsur-unsur kejutan dan permainan. Pada 2001, tim riset acara tersebut terdiri dari kepala peneliti Alice Wilder, Alison Sherman, Karen Leavitt, dan Koshi Dhingra.[39][note 4] Tim riset dan kreator bekerja bersama-sama.[41] Tak seperti Sesame Street, yang dites tiga dari episode-episodenya,[42] tim riset Blue's Clues mengetes setiap episode tiga kali dengan anak-anak berusia antara dua sampai enam tahun dalam lingkungan pra-SD seperti program Head Start, sekolah-sekolah negeri, dan pusat-pusat perawatan swasta. Terdapat tiga fase pengetesan: evaluasi konten, evaluasi video dan analisi konten.[43] Dalam tes-tes mereka terhadap episode pilot, yang dilakukan di seluruh kawasan New York City dengan lebih dari 100 anak berusia dari tiga sampai tujuh tahun,[44] acara tersebut "meraih kesuksesan."[1] Mereka menyadari bahwa episode pilot tersebut berprogres, perhatian anak-anak tak hanya menangkap dan mengamati, tetapi mereka menjadi takjub dan aktif ikut dengan apa yang mereka lihat, pada saat mereka berdiri untuk mendekati televisi dan berbicara balik kepada pembawa acara.[45] Para produser dan peneliti juga berkonsultasi kepada para penasehat, yang dipilih berdasarkan pada kehandalan mereka dan kebutuhan setiap naskah. Seperti yang Anderson katakan, tim riset formatif disajikan "sebuah sebuah perantara antara timbal balik yang disediakan oleh anak-anak pra-SD dan para penasehat dan tim produksi, yang meliputi penulis, orang berbakat, produser, sutradara, artis elemen dan animator."[43]
Salah satu pembuat dan produser Blue's Clues, Angela Santomero[46] Dua puluh tahun penelitian telah menunjukan bahwa televisi, sebuah "artefak kebudayaan" yang diakses kebanyakan anak-anak Amerika, menjadi "agen yang sangat berpendidikan".[39] Acara tersebut dirancang dan diproduksi atas asumsi bahwa, sejak anak-anak menjadi aktif saat mereka menonton televisi,[10] sebuah aacara akan menjadi sebuah metode pendidikan saintifik efektif untuk kaum muda dengan menceritakan kisah-kisah melalui gambar dan dengan membentuk perilaku dan pemahaman.[47] Para pembuat dan produser menggunakan teknik-teknik film untuk menghadirkan informasi dari berbagai sudut pandang dalam beberapa konteks "dunia nyata", atau keadaan pada pengalaman sehari-hari kaum muda. Mereka ingin memberikan para penonton mereka dengan "kesempatan pemahaman otentik" lebih[39] dengan menempatkan tugas-tugas penyelesaian masalah pada cerita-cerita yang mereka bawakan, dengan secara perlahan meningkatkan kesulitan pada tugas-tigas tersebut, dan dengan mengundang keterlibatan mereka.[39][48] Kesempatan pemahaman tersebut meliputi penggunaan mnemonik dalam bentuk mantra dan lagu, dan apa yang Tracy sebuah "penyelesaian metakognitif"[47] pada akhir setiap episode, dimana pelajaran-pelajaran dijelaskan dan dilatih. Para produser ingin mengasah esensi kekuatan audien mereka dengan meminta bantuan mereka kepada pembawa acara tersebut dan dengan memberikan identifikasi mereka dengan karakter Blue, yang disajikan sebagai sebuah figuran untuk kekhasan anak-anak pra-SD.[49] Sesame Street dirancang dengan pandangan bahwa anak-anak pra-SD memiliki perhatian pendek, sehingga kurikulumnya merupakan sebuah format seperti majalah[30] dimana setiap episode membuat berbagai segmen.[34] Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan lebih dari 30 tahun sejak peluncuran Sesame Street oleh para pakar teori seperti Anderson, para produser Blue's Clues ingin mengembangkan sebuah acara yang memajukan intelektual dan aktivitas perilaku anak-anak saat menonton televisi. Program-program televisi sebelumnya mempersembahkan konten mereka dengan sedikit input dari para penontonnya, tetapi Blue's Clues menjadi salah satu acara anak-anak pertama yang aktif mengundang keterlibatan para pemirsanya. Para pembuatnya meyakini bahwa jika anak-anak lebih terlibat dalam apa yang mereka tonton, mereka akan ikut pada kontennya lebih panjang ketimbang acara-acara sebelumnya—selama lebih dari satu setengah jam—dan lebih memahami. Mereka juga menurunkan format majalah untuk format naratif yang lebih tradisional. Majalah Variety berkata, "... Pilihan untuk Blue's Clues menjadi pengisahan satu cerita, dari awal sampai akhir, kamera bergerak kiri ke kanan seperti membaca buku cerita, transisi dari adegan ke adegan seperti membalikkan sebuah laman."[14] Setiap episode Blue's Clues distruktur dengan cara ini.[14] Laju Blue's Clues teratur, dan materialnya dipersembahkan secara jelas.[17] Mirip dengan Mister Rogers' Neighborhood, yang juga menginspirasi para produser,[50] acara tersebut diselesaikan dengan menggunakan jeda-jeda yang "lamanya memberikan waktu orang yang lebih muda untuk berpikir, pendek agar yang lebih tua tidak bosan."[14] Jangka waktu jeda, yang diperkirakan dari riset formatif, memberikan anak-anak waktu untuk mengolah i formasi dan menyelesaikan masalah. Setelah jeda, suara anak-anak menyediakan jawaban sehingga mereka memberikan kepada anak-anak siapa yang datang dengan solusi dan membantu mengajak partisipasi pemirsa. Peneliti Alisha M. Crawley dan para koleganya menyatakan bahwa acara tersebut "unik dalam membuat keterlibatan riset sistematis berdasarkan pada unsur rancangan."[32] Pada 2002, kesuksesan Blue's Clues menginspirasi para produser Sesame Street untuk mengubah formatnya dan menambahkan segmen-segmen yang lebih interaktif.[15] Blue's Clues juga berbeda dari Sesame Street karena tidak menggunakan rujukan-rujukan kebudayaan atau humor yang ditujukan kepada orang dewasa, sehingga sesuai dengan anak-anak pra-SD, tetapi sebagai gantinya membuat acara tersebut menjadi literal, yang para produsernya merasa akan lebih baik dalam hal mengambil perhatian anak-anak.[51] Struktur setiap epiosde bersifat repetitif, dirancang untuk menyediakan kenyamanan dan prediktabilitas kepada anak-anak SD.[47] ProduksiBlue's Clues diset dalam sebuah rumah—lingkungan yang sangat familiar dan nyaman bagi anak-anak pra-SD—dan tidak terlihat seperti acara televisi anak-nak lainnya.[50] Setiap episode dikembangkan, dari pengembangan gagasan sampai produksi akhir, selama sekitar setahun. Para penulis membuat lembaran tujuan, yang mengidentifikasikan obyektivitas mereka berdasarkan pada kurikulum acara tersebut dan kebutuhan pemirsa. Pengerjaan naskah, yang dikembangkan dan disetujui oleh para pembuat dan tim riset acara, dites ke publik dan sekolah-sekolah swasta, pusat perawatan harian, kelompok bermain, dan program Head Start oleh tiga peneliti, yang akan mengisahkan cerita dalam bentuk buku cerita dan mengambil catatan tentang tanggapan anak-anak. Para penulis dan pembuat merevisi naskah-naskah berdasarkan pada tanggapan balik tersebut. Sebuah video, dimana pembawa acara ditampilkan dari naskah yang direvisi di depan layar biru dengan tanpa animasi, difilmkan dan dites ulang. Naskahnya direvisi berdasarkan pada tanggapan pemirsa, dites dengan animasi dan ditambahkan musik, dan dimasukkan dalam produksi masa depan.[52] Kebanyakan produksi acara dilakukan di dalam rumah, ketimbang oleh perusahaan-perusahaan luar yang biasanya memutar acara-acara TV anak-anak.[53] Para pembuat acara tersebut memahami bahwa pandangan dan rancangan visual dari acara tersebut akan menjadi integral bagi perhatian anak-anak dengan acara tersebut.[54] Johnson menyatakan bahwa gaya "cut-out" telah dibuat semenjak ia masih sekolah. Blue's Clues adalah serial animasi pertama untuk anak-anak pra-SD yang menyediakan bentuk-bentuk kertas konstruksi cut-out sederhana dari objek-objek familiar dengan berbagai ragam warna dan tekstur, yang mengingatkan pada buku cerita.[55] Johnson juga menggunakan warna-warna dasar dan membangun setiap ruang dari rumah diset dalam kelompok-kelompok. Kaos bergaris hijau dikenakan oleh pembawa acara aslinya, Steve, yang terinspirasi oleh permen karet Fruit Stripe.[56] Tujuannya adalah membuat acara tersebut tampak alami dan sederhana; seperti yang Tracy nyatakan, "pemotongan dan pengeleman segar bersamaan dengan pemandangan tekstur, warna, dan bayangan"[57] mirip dengan ilustrasi buku bergambar. Musiknya, yang diproduksi oleh komposer Michael Rubin dan pianis Nick Balaban, bersifat sederhana, memiliki suara alami, dan menyediakan anak-anak dengan berbagai genre dan alat musik. Menurut Tracy, musiknya memperkuat anak-anak dan memberikan acara tersebut "sebuah esensi bermain, esensi kebahagiaan, dan esensi fantastik".[58] Rubin dan Balaban menyuruh para musisi yang tampil pada acara tersebut untuk berimprovisasi.[59] Pembawa acara menampilkan setiap episode di depan "blue screen", dengan animasi yang kemudian ditambahkan.[20] Departemen rancangan digital acara tersebut mengkombinasikan metode teknologi rendah dan teknologi tinggi dengan membuat dan memfoto objek-objek tiga dimensi, kemudian memotongnya dan menempatkannya di latar belakang.[53] Hal ini membuat objek-obyeknya terlihat lebih nyata dan menambah perspektif dan pendalaman.[60] Teknik animasi mereka pada masanya adalah teknologi baru. Johnson mengundang artis Dave Palmer dan perusahaan produksi Big Pink untuk membuat animasi dari material-material sederhana seperti kain, kertas, atau pembersih pipa, dan memasukkannya ke dalam sebuah komputer Macintosh sehingga mereka akan dianimasi menggunakan perangkat lunak komputer inekspensif seperti Media 100, Ultimatte, Photoshop dan After Effects,[61][note 5] sebagai ganti penggambaran ulang dalam animasi tradisional. Hasilnya terlihat berbeda dari acara televisi manapun pada waktu itu, dan para produsernya dapat menganimasikan dua episode dalam delapan minggu, berbanding dengan dibutuhkannya enam belas minggu untuk membuat sebuah episode tunggal menggunakan metode tradisional.[63] Prosesnya terlihat seperti animasi cut-out tradisional, tetapi lebih cepat, lebih freskibel dan tidak menghabiskan biaya, dan memperbolehkan mereka untuk membuat perubahan berdasarkan pada tanggapan balik dari para tes audien.[64] Tak seperti lingkungan animasi tradisional, yang berstruktur tinggi, para animatornya memberikan informasi tentang karakter-karakter dan tujuan-tujuan adegan yang mereka animasikan, dan kemudian memberikan kebebasan berkarya dan terlihat pada setiap adegan itu sendiri, seperti pada ciptaan-ciptaan mereka untuk para karakter dan ceritanya.[65] Pada 1999, departemen animasi acara tersebut terdiri dari Palmer, 20 animator, 11 perancang digital, dan 5 sutradara seni dan pembuat model. Pada 2002, Nickelodeon telah membangun studio animasi digital seharga $6 juta "state-of-the-art"[66] yang dapat menampung 140 orang, termasuk 70 animator.[67] SambutanBlue's Clues meraih rating tinggi pada musim pertamanya, dan menjadi profram pra-sekolah paling populer di Nickelodeon.[48] Program tersebut disebut sebagai acara televisi komersial untuk anak-anak pra-SD pertama yang mendidik dan bermanfaat.[68] Para pembuatnya giat bertemu dengan para pengusaha yang mengembangkan pernak-pernik Blue's Clues dan produk-produk yang membuat mainan mendidik dan mendatangkan "tinggi yang sama ... standar pada acara tersebut."[68] Produk-produk, seperti acara tersebut, sangat dites sebelum dipasarkan.[69][note 6] Blue's Clues telah terjual sekitar 40 juta unit dari 45 VHS dan DVD-nya pada 1998[19] dan meraup lebih dari $1 miliar dalam pelisensian produk pada 2000.[16] Lebih dari sepuluh juta buku Blue's Clues dicetak pada 2001 dan lebih dari tiga juta salinan dari enam CD-ROM yang berdasarkan pada acara tersebut telah terjual.[71] Tujuh titel Blue's Clues masing-masing terjual sekitar 1 juta salinan.[19] Produksi direct-to-video pertama acara tersebut adalah Blue's Big Musical Movie (2000), yang menampilkan Ray Charles dan The Persuasions; produksi tersebut meraih banyak ulasan positif[72] dan terjual lebih dari 3 juta salinan sejak 2006.[19] Peluncuran produk-produk Blue's Clues di toko FAO Schwarz, New York City merupakan peluncuran produk paling sukses dalam sejarah toko tersebut dan dihadiri oleh lebih dari 7,000 orang.[2] Pada 2002, Blue's Clues meraih beberapa penghargaan untuk acara anak-anak, perangkat lunak mendidik, dan pelisensian[71] dan dinominasikan untuk sembilan Emmy Award.[73] Acara tersebut juga memenangkan Peabody Award pada 2001.[74] Dimulai pada 1999, sebuah produksi langsung dari Blue's Clues yang melakukan tur ke seluruh AS meraih ulasan positif.[75] Johnson membandingkan partisipasi pemirsa acara tersebut dengan The Rocky Horror Picture Show.[76] Pada 2002, lebih dari 2 juta orang telah menghadiri lebih dari 1,000 penampilan.[75] Para pembuat acara TV tersebut terlibat dalam seluruh aspek acara langsung tersebut, menyediakan terjemahan antara pemirsa acara TV dan pemerannya di panggung[77] dan menyediakan pengalaman teatrikal pertama kepada para penonton muda.[76] Para pembuat memilih Jonathan Hochwald sebagai produser acara langsung tersebut,[75] Gip Hoppe sebagai sutradaranya, dan Dave Gallo sebagai perancang set-nya. Baik Hoppe maupun Gallo sebelumnya telah berpengalaman dalam teater anak-anak.[78] Nick Balaban dan Michael Rubin, yang menulis musik untuk acara tersebut, mengkomposisikan soundtrack acara langsung tersebut.[77] Para produser menyerahkan tanggapan anak-anak kepada pembawa acaranya, yang dimainkan oleh Tom Mizer (seorang aktor yang berbeda dari acara TV-nya), tetapi parap penonton muda menerimanya secara antusias dan menyukainya.[79] Aktor-aktor didatangkan dan menanggapi para penontonnya, yang menghasilkan perubahan dalam seluruh penayangan acara tersebut. Naskah acara tersebut meliputi humor yang dapat dinikmati anak-anak dan orang tua mereka.[80] Versi-versi regional dari acara tersebut, yang menampilkan pembawa-pembawa acara dari tempat tersebut, telah diproduksi di negara-negara lain. Acara tersebut menjadi sebuah big hit di Britania Raya (dibawakan oleh Kevin Duala), menjadi bagian dari budaya pop di Korea,[81] mengsindikasi di 120 negara, dan diterjemahkan ke dalam 15 bahasa.[15] Pada 2000, acara tersebut menjadi salah satu acara anak-anak pra-SD pertama yang memasukkan Bahasa Isyarat Amerika ke dalam kontennya, dengan antara lima dan sepuluh isyarat yang digunakan secara konsisten dalam setiap episode.[82] Blue's Clues memenangkan sebuah penghargaan dari Greater Los Angeles Agency on Deafness (GLAD) karena mempromosikan kesadaran orang tuli dalam media.[83] PengaruhPenggunaan riset ekstensif pada acara tersebut dalam proses pengembangan dan produksinya menginspirasi beberapa studi yang menyediakan bukti untuk efektivitasannya sebagai alat belajar. Tes-tes bidang menampilkan bahwa perhatian dan komprehensi penonton muda meningkat dengan setiap pandangan yang tetap.[84] Pada 1999, Anderson dan tim penelitinya, beberapa diantaranya adalah koleganya di Nickelodeon, mempelajari bagaimana repetisi episode berdampak pada komprehensi, partisipasi audien, dan perhatian visual. Para peneliti mengetes bagaimana para pemirsa acara tersebut menjadi cerdik dengan material yang disajikan, dan apakah penonton akan terhibur atau menjadi bosan.[85] Mereka menemukan bahwa partisipasi pemirsa menurun untuk beberapa tontonan pertama, karena anak-anak lebih memperhatikan material yang tidak familiar, dan karena itu dituntut pengertian dan penyajian penyelesaian masalah yang lebih. Setelah lima tontonan, sumber kognitif penonton makin bertambah karena interaksi dan partisipasi, sehingga mereka lebih dapat menjawab pertanyaannya. Repetisi epiusode dipandang memperkuat pemirsa, seperti yang terlihat dalam dampak antusias mereka untuk menyelesaikan masalah yang disajikan kepada mereka.[86] Repetisi, yang para peneliti sebut "sebuah alat inekspensif untuk memaksimalkan komprehensi,"[87] mendorong komprehensi, membantu perhatian anak, dan meningkatkan partisipasi pemirsa.[88] Anak-anak tak hanya toleran terhadap repetisi, mereka "secara positif antusias"[87] terhadapnya. Rating Nielsen musim pertama acara tersebut, saat episode yang sama ditampilkan per hari, mendatar sepanjang periode lima hari, yang dianggap oleh Anderson bahwa anak-anak muda tidak mengupayakan repetisinya atau kompleksitas waktunya.[48] Anderson dan Crawley merasa bahwa strategi penyiaran televisi membantu meningkatkan rating acara tersebut dan menyebutnya sukses.[89] Pada 2000, tim peneliti lainnya, yang meliputi Anderson, Crawley, dan kolega-kolega Nickelodeon lainnya, mempelajari apakah para pemirsa Blue's Clues berinteraksi lebih dengan acara tersebut ketimbang frekuensi pemirsa yang dulu dan apakah para penonton setia dari acara tersebut lebih berinteraksi dengan acara lainnya dengan acara-acara lainnya selain acara-acara yang tidak ditonton anak-anak.[90] Mereka menemukan bahwa saat konten dari sebuah program bersifat baru dan menantang, anak-anak lebih memperhatikan, dan saat menjadi familiar, baik dari tontonan sebelumnya atau dalam format yang mereka akui, mereka lebih berinteraksi. Singkatnya, mereka menemukan bahwa "interaksi dalam Blue's Clues kepada beberapa orang merefleksikan kecerdikan."[91] Pada studi serupa, yang dilakukan pada tahun 2000 oleh beberapa peneliti yang sama, menemukan para para penonton Blue's Clues berinteraksi lebih dengan program pendidikan lainnya ketimbang para penonton yang belum berpengalaman, yang menyratkan bahwa menonton Blue's Clues mengubah cara anak menonton televisi.[92] Namun, peneliti Shalom M. Fisch menyatakan bahwa meskipun acara tersebut mengupayakan "partisipator", hal tersebut tidaklah benar, karena tak seperti permainan komputer interaktif, tanggapan penonton tidak berubah atau terpengaruh pada apa yang terjadi di layar kaca.[93] Jennings Bryant mengadakan studi jangka panjang selama dua tahun terhadap dampak Blue's Clues di Universitas Alabama pada 2001 untuk mengetahui apakah tujuan kurikulum acara tersebut tercapai atau tidak. Ia membandingkan para penonton setiap dan non-penonton dan menemukan bahwa strategi repetisi episode acara tersebut mempengaruhi komprehensi anak-anak saat mengambil perhatian mereka dan meningkatkan partisipasi mereka, yang disimpulkan bahwa menonton Blue's Clues meningkatkan interaksi sosial dan pembelajaran anak-anak. Pada akhir studi, para penonton setia mengalahkan non-penonton saat menyelesaikan masalah dengan lebih sukses dan sistematis.[94] Anderson menyatakan, "[Dengan] memberikan sejumlah besar penonton program tersebut, ini menunjukkan bahwa program tersebut tak hanya bagus, tetapi juga baik."[87] Pada 2002, Crawley, Anderson, Kiersten Clark, dan para kolega mereka mengadakan studi lainnya terhadap efek Blue's Clues, kali ini meneliti apakah para penonton setia menguasai konten dan tantangan lebih cepat dan lebih mudah ketimbang orang-orang yang baru pertama kali menontonnya. Mereka menemukan bahwa penonton setia akan lebih berkomprehensif dan berinteraksi dengan segmen-segmen familiar dan terkini dari acara tersebut yang dirancang dengan komprehensi tambahan,[95] namun mereka menemukan bahwa familiaritas dengan struktur episode individual tidak menyediakan para penonton setia dengan kemajuan atas para penonton yang tidak setia. Crawley dan Anderson juga mempelajari apakah penonton setia Blue's Clues lebih berinteraksi dengan acara-acara TV anak-anak lainnya[96] dan apakah perilaku menonton mereka yang dipelajari dari Blue's Clues akan tertransfer ke acara-acara lainnya.[97] Mereka menemukan bahwa meskipun para penonton setia Blue's Clues berinteraksi dengan sebuah episode dari serial lainnya, mereka tidak menjalani waktu lebih dalam hal menontonnya ketimbang para penonton yang belum familiar dengan acara tersebut. Para peneliti menyatakan, "Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun anak-anak pra-SD antusias belajar dalam partisipasi audien mereka, mereka tidak dapat, secara garis besar, memahami bagaimana mereka melakukannya."[97] Studi-studi 2002 mendemonstrasikan bahwa pengalaman dengan menonton satu serial TV berdampak pada bagaimana anak-anak menonton program-program lainnya, khususnya saat mereka berinteraksi dengan mereka.[97] Mereka juga menunjukan bahwa sejak anak-anak selektif dengan material yang mereka hadirkan dan interaksi mereka meningkat dengan komprehensi dan kecerdikan, anak-anak lebih memperhatikan informasi novel dan lebih berinteraksi dengan material yang mereka lihat sebelumnya dan menguasainya. Para peneliti memprediksi bahwa sejak acara seperti Blue's Clues membantu perasaan anak memperkuat pembelajaran, hal tersebut akan memiliki dampak jangka panjang dalam memotivasi anak-anak untuk belajar dan menyediakan mereka dengan kecintaan belajar seumur hidup.[98] Erin Ryan dan para koleganya menampilkan sebuah studi 2009 tentang efek penggunaan Bahasa Isyarat Amerika (bahasa Inggris: American Sign Language, disingkat ASL) dalam episode-episode Blue's Clues. Mereka menganalisis 16 episode sepanjang dua minggu untuk konten dan frekuensi isyarat yang digunakan dan menemukan insidensi penggunaan ASL oleh berbagai karakter, tetapi tidak konsisten, khususnya dalam hubungan antara kata-kata Inggris dan isyarat-isyarat terkaitnya.[99][100] Keperluan komunikasi dan hubungannya dengan ASL dan komunitas tuli juga tidak dijelaskan. Para peneliti berspekulasi bahwa anak-anak yang dapat mendengar dengan tanpa kemampuan ASL sebelumnya akan memfamiliarisasikan ASL dan kaum tuli oleh episode-episode tersebut, kemudian mengurangi stigma terhadap ketulian dan kesulitan pendengaran seseorang. Berdasarkan pada riset lainnya tentang dampak baik dari mengajarkan anak-anak yang dapat mendengar, para peneliti juga berkesimpulan bahwa hal tersebut akan mengakibatkan peningkatan kemampuan kosakata dan IQ, serta mempengaruhi komunikasi antar-pribadi. Mereka menyatakan bahwa anak-anak tuli akan merasa lebih diikutkan dan kurang terisolasi dan menyediakan kesempatan model-model pandangan positif terhadap ASL dan orang tuli.[99] Georgene L. Troseth dan para koleganya di Universitas Vanderbilt belajar bagaimana para balita menggunakan informasi yang diraih dari video yang direkam sebelumnya dan dari interaksi dengan orang-orang melalui video sirkuit tertutup, dan menemukan bahwa orang berusia dua tahun tak dapat memahami video-video yang sebelumnya telah direkam karena video-video tersebut kurang memberikan isyarat-isyarat sosial dan rujukan-rujukan pribadi.[101] Anak berusia dua tahun yang menonton sebuah video dengan instruksi tentang bagaimana menemukan sebuah mainan di sebuah ruangan oleh seorang peneliti non-interaktif yang tidak menggunakan informasi, bahkan melalui senyuman mereka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Troseth menyimpulkan bahwa penelitian mereka telah mengimplikasi acara-acara pendidikan interaktif seperti Blue's Clues, yang meskipun "berat sebelah"[102] karena cara dimana pembawa acara mengundang interaksi dengan para pemirsa acara tersebut tidak menyediakan anak-anak dengan isyarat-isyarat sosial untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata. Troseth menyatakan bahwa repetisi, sorotan tetap, dan familiaritas dengan pembawa acara tersebut dapat meningkatkan kemampuan anak untuk memahami fakta-fakta dan menggunakan strategi-strategi yang mereka pelajari dari Blue's Clues untuk menyelesaikan masalah-masalah baru. Penelitiannya menyimpulkan bahwa Blue's Clues mempengaruhi anak-anak muda dan meningkatkan partisipasi aktif mereka karena mereka memimikkan interaksi sosial.[102] Sebuah studi jangka panjang yang diterbitkan pada 2005 menemukan bahwa sorotan awal dari Blue's Clues kepada anak-anak berusia antara enam dan tiga puluh bulan secara positif berhubungan dengan kemampuan kosakata dan bahasa ekspresif yang kemudian dipelajari.[103] RebootPada 6 Maret 2018, Entertainment Weekly melaporkan bahwa Nickelodeon akan me-reboot serial tersebut dengan seorang pemandu acara baru dan sebuah "sorotan khas yang disegarkan ulang." Pemfilman untuk pemulihan tersebut dijadwalkan dimulai pada musim panas 2018.[104] ReferensiCatatan penjelas
Kutipan
Daftar pustaka
Pranala luar
|