Bloeme Evers-Emden
Bloeme Evers-Emden (26 Juli 1926 – 18 Juli 2016) adalah seorang guru dan psikolog anak Yahudi Belanda yang biasanya meneliti fenomena "anak-anak yang bersembunyi" pada Perang Dunia II dan menulis empat buku tentang subyek tersebut pada 1990an. Pemahamannya dalam topik tersebut bertumbuh dari pengalamannya pada Perang Dunia II, ketika ia terpaksa untuk bersembunyi dari tentara Nazi dan kemudian ditangkap dan dibawa ke Auschwitz pada tujuan terakhirnya saat meninggalkan kamp transit Westerbork pada 3 September 1944. Orang yang bersama dengannya di kereta adalah Anne Frank adalah keluarganya, yang ia kenal di Amsterdam. Ia dibebaskan pada 8 Mei 1945. Pada 1980an, Evers-Emden mendapatkan gelar dokterandes dalam bidang psikologi pengembangan dan mulai mewawancarai dan menulis tentang fenomena "anak-anak yang bersembunyi" dari pandangan anak-anak tersebut, orang tua biologis mereka, orang tua angkat non-Yahudi mereka, dan saudara-saudara angkat non-Yahudi mereka. Ia juga diwawancarai untuk beberapa dokumenter televisi mengenai ingatannya terhadap Anne Frank dan keluarganya sebelum mereka bersembunyi dan setelah mereka dikirim ke Auschwitz. Kehidupan awalIa lahir di Bloeme Emden di Amsterdam dari pasangan Emanuel Emden, seorang pemotong berlian dan seorang sosialis,[1] dan Rosa Emden-DeVries, seorang seamstress.[2] Adik perempuannya, Via Roosje, lahir pada 29 Mei 1932.[1] Pada 1941 Bloeme masuk lyceum Yahudi, dimana ia berteman dengan Anne Frank dan saudarinya, Margot. Bloeme berada pada tingkat yang sama dengan Margot, namun di kelas yang berbeda.[2] Pada Juli 1942 Bloeme dideportasi oleh pusat pemerintah lokal. Deportasi dan inkarserasiBloeme dibawa ke Auschwitz menggunakan kereta terakhir meninggalkan Westerbork pada 3 September 1944. Di kereta yang sama, terdapat keluarga Frank yang ditemukan di persembunyian pada 4 Agustus.[3][4] Bloeme dibebaskan oleh tentara Soviet di Liebau pada 8 Mei 1945. Ia dan sekelompok kecil temannya mulai berjalan kembali ke Belanda dengan berjalan kaki dan sampai pada enam minggu kemudian. Ia mendapati bahwa orangtuanya dan saudari-saudarinya dibawa ke kamp eksterminasi Sobibor.[1] Penelitian pasca-perangSetelah perang, ia menikah dengan Hans Evers dan membesarkan sebuah "keluarga yang relatif besar" di Amsterdam.[2] Namun, ia tak ingin menceritakan tentang pengalaman perangnya dengan keluarganya.[5] Ia mulai mempelajari psikologi paruh waktu dan menjadi dosen dalam bidang psikologi di Universitas Amsterdam pada 1973. Ia mendapatkan gelar dokterandesnya pada akhir 1980an.[2] Pada 1990an, Evers-Emden menerbitkan empat buku berbahasa Belanda yang berdasarkan pada penelitiannya. Geleende Kinderen (Borrowed Children) (1994) yang berdasarkan pada orang tua yang menyembunyikan anaknya. Ondergedoken Geweest, Een Afgesloten Verleden? (Hidden During the War: A Closed-Off Past?) (1995) yang berisi dari jawaban 300 anak-anak yang bersembunyi yang ditanyai. Geschonden Bestaan (Shattered Existence) (1996) yang berisi tentang wawancara terhadap orang tua-orang tua yang membawa anak-anak mereka ke persembunyian. Je ouders delen (Sharing Your Parents) (1999) yang berfokus pada saudara-saudara angkat dari anak-anak yang bersembunyi.[6] Pada 1991[7] ia dijadikan oleh Ratu Beatrix dari Belanda sebagai seorang perwira dari Ordo Orange-Nassau.[8] Putranya, Raphael Evers, adalah Rabbi Rotterdam.[9] Evers-Emden meninggal pada 18 Juli 2016, delapan hari sebelum ia berulang tahun yang ke-90 tahun.[10] Daftar pustaka
Referensi
Pranala luar |