Kamp transit Westerbork
Kamp transit Westerbork (bahasa Belanda: Kamp Westerbork, bahasa Jerman: Durchgangslager Westerbork) adalah sebuah kamp transit, detensi, pengungsian Nazi saat Perang Dunia II di Hooghalen, sepuluh kilometer (6.2 mil) dari utara Westerbork, di timur laut Belanda. Fungsi tempat tersebut saat Perang Dunia Kedua adalah untuk mengumpulkan Romani dan Yahudi Belanda untuk dibawa ke kamp konsentrasi Nazi lainnya. Pendirian dan sejarah kampPada 15 Desember 1938, pemerintah Belanda menutup perbatasannya kepada para pengungsi. Pada 1939, pemerintah Belanda mendirikan sebuah kamp pengungsi, Centraal Vluchtelingenkamp Westerbork, yang sebagian dibiayai oleh Yahudi Belanda, untuk menampung Yahudi dari Jerman Nazi. Pengungsi Yahudi yang berada disana adalah orang-orang yang berupaya untuk melarikan diri dari teror Nazi di kampung halamannya. Setelah Jerman menaklukan Belanda, tentara Nazi mengambil alih kamp tersebut dan menjadikannya kamp deportasi. Dari kamp ini, 101,000 Yahudi Belanda dan sekitar 5,000 Yahudi Jerman dibawa untuk menghadapi kematian mereka di wilayah Polandia yang diduduki. Selain itu, terdapat sekitar 400 Gipsi di kamp tersebut dan, pada akhir Perang, sekitar 400 wanita dari gerakan perlawanan. Pada 1950, pemerintah Belanda menunjuk sejarawan Yahudi Jacques Presser untuk menginvestigasi peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan deportasi masif Yahudi Belanda dan keterlibatannya dengan penduduk Belanda non-Yahudi. Hasilnya diterbitkan lima berkas tahun kemudian dalam The Catastrophe (De Ondergang). Presser juag menerbitkan sebuah novel, The Nigh the Girondins, yang berlatar belakang kamp Westerbork itu sendiri. Antara Juli 1942 dan September 1944, setidaknya setiap Selasa sebuah kereta kargo pergi ke kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau (65 kereta yang menampung 60,330 orang yang kebanyakan digas pada saat kedatangannya), Sobibór (19 kereta yang menampung 34,313 orang, semuanya dibunuh pada saat kedatangannya), Bergen-Belsen dan Theresienstadt (9 kereta yang menampung 4,894 orang, sekitar 2,000 diantaranya selamat dari perang tersebut).[1] Dari 1942 sampai 1945, sebanyak 107,000 orang yang dikumpulkan ke kamp tersebut dibawa oleh 93 kerera. Hanya 5,200 dari mereka yang selamat, kebanyakan dari mereka di Theresienstadt atau Bergen-Belsen, atau dibebaskan di Westerbork. Aktris film dan penyanyi kabaret Jerman Dora Gerson diturunkan ke Westerbork bersama dengan keluarganya sebelum dikirim ke Auschwitz. Divisi Infanteri ke-2 Kanada membebaskan beberapa ratus penduduk yang masih berada di Westerbork pada 12 April 1945. Para prajurit pertama menyelamatkan kamp tersebut dari Resimen Pengintai ke-8, disusul oleh pasukan Resimen Saskatchewan Selatan.[1][2] Setelah digunakan pada Perang Dunia II, kamp Westerbork pertama kali digunakan sebagai sebuah kamp hukuman mati untuk para kolaborator Nazi dan kemudian digunakan untuk menampung warga negara Belanda yang melarikan diri dari bekas Hindia Belanda (Indonesia). Antara 1950 dan 1970 kamp tersebut berganti nama menjadi Kamp Schattenberg dan digunakan untuk menampung para pengungsi dari Kepulauan Maluku. Pada 1970an, kamp tersebut dihancurkan. Di dekat situs tersebut, sekarang terdapat sebuah museum, dan monumen-monumen untuk mengenang orang-orang yang dibawa dan dibunuh pada Perang Dunia II. Teleskop Radio Sintesis Westerbork (TRSW) sebagian dibuat di situs kamp tersebut pada 1969. Referensi
Herbstrith, W. (1983). Edith Stein: A biography (5th rev. ed.) (Trans. B. Bonowitz). San Francisco, CA: Harper & Row Publishers. Bacaan tambahan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Kamp Westerbork.
|