Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah
Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah[5] (IATA: TNJ, ICAO: WIDN), sebelumnya Bandar Udara Kijang, adalah Bandar udara yang terletak di Kota Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau. Bandara ini dikelola PT Angkasa Pura II. Statusnya dari dulu adalah internasional, tetapi dikarenakan Kepulauan Riau belum pisah dari Riau Daratan maka bandara ini jarang dipergunakan. Setelah tahun 2001 Kepulauan Riau resmi menjadi provinsi baru di Indonesia, maka terjadilah pembangunan yang pesat di kota Tanjung Pinang dan bandara ini diramaikan lagi oleh beberapa maskapai penerbangan yaitu Merpati pada tanggal 19 Desember 2007, Sriwijaya Air pada awal bulan Februari 2008 dan Riau Airlines pada pertengahan tahun 2005.[6] Pada bulan Mei 2007 pemerintah mengucurkan dana untuk pengembangan Bandara ini. Proyek mulai berjalan pada bulan Juni. Pengembangan bandara meliputi penambahan fasilitas seperti radar dan landasan pacu ditambah sekitar 400 meter dari awalnya yang hanya 1.856 meter menjadi 2.256 meter. Selain itu, gedung terminal bandara juga diperluas dari 2.118 meter persegi menjadi 8.348 meter persegi. Dengan perluasan itu diharapkan dalam satu tahun mampu melayani 600 ribu orang. Pada April 2008 bandara ini resmi berganti nama dari Bandar Udara Kijang menjadi Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah. Nama bandara diambil dari nama Raja Haji Fisabilillah, pahlawan nasional yang juga memperoleh Bintang Maha Putra Adi Pradana. Perpanjangan landas pacu hingga 3.578 x 45 meter (11.739 ft × 148 ft), dan sejak September 2014 sudah dipergunakan.[7] Fasilitas TerminalTerminal penumpang baru dengan luas 8.300 m2 dan satu garbarata diresmikan pada Juni 2013. Memiliki kapasitas 1000.000 penumpang per tahun, 10 kali lebih besar dari terminal lama. Bandara ini dioperasikan dan dikelola oleh PT Angkasa Pura II. Kendaraan umumBus: Bus antar-jemput bandara melayani beberapa tujuan dari Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah. Mobil dan taksi: Berbagai layanan taksi dan antar-jemput disediakan oleh banyak penyedia layanan di luar ruang kedatangan. Parkir Mobil: Ada banyak tempat parkir kendaraan dalam jarak berjalan kaki di luar terminal. Spesifikasi teknisBandara ini berada pada ketinggian 16 m (52 kaki) di atas permukaan laut rata-rata. Ini memiliki satu landasan pacu yang ditunjuk 04/22 dengan permukaan aspal berukuran panjang 2.250 m (7.381 kaki). Maskapai Penerbangan dan TujuanBandara ini sebelumnya dilayani dari Malaka di Malaysia oleh Sky Aviation. Ini dihentikan pada pertengahan 2013 ketika Sky Aviation berhenti beroperasi. Setelah itu, bandara tidak memiliki tujuan internasional reguler. Pada akhir tahun 2016, Citilink untuk sementara memiliki penerbangan charter dari Tanjung Pinang ke beberapa kota di China, namun penerbangan tersebut dihentikan pada Februari 2017. Pada akhir tahun 2019 Wings Air dan Nam Air resmi dihentikan karena pandemi COVID-19. Sampai pada tahun 2022, ada 3 maskapai yang masih melayani rute penerbangan dengan tujuan Jakarta dan 1 maskapai dengan tujuan Tembilahan dan Dabo Singkep. Berikut daftar maskapai dan tujuan yang terhubung ke Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah :
Sejarah Singkat Lanud RHFPembuatan Lapangan Terbang Kijang dalam masa peralihan Pemerintahan Hindia Belanda ke Pemerintahan Republik Indonesia sekitar tahun 1950-1952, Garuda (GIA) masih meneruskan penerbangan KNILM dengan pesawat Catalina dimana agen Garuda ini sejak awal ditangani oleh Rachmat Kadir. Tentara Jepang pernah merintis untuk mencari lokasi pembuatan Lapangan Terbang Kijang (Bandara Raja Haji Fisabilillah) yang sekarang ada, tetapi maksud Jepang tersebut tidak jadi terlaksana secara sempurna karena keburu kalah perang. Tahun 1951-1952 tim survei dari Jakarta tiba di Tanjungpinang, dimana survei ini segera dilanjutkan dengan pembangunan Lapangan Terbang oleh PU dan beberapa kontraktor terkemuka pada saat itu. Tahun 1953 Lapangan Terbang Kijang diresmikan oleh Menteri Perhubungan RI Adnan Kapau Gani, dalam bentuk lapangan terbang yang sederhana dengan runway bouksit yang diperkeras serta fasilitas penerbangan lainnya yang masih sangat minim. Tercatat pesawat yang melakukan pendaratan pertama kali di Lapangan Terbang Kijang adalah pesawat Garuda (GIA) jenis Heron. Dengan Surat Keputusan Kasau Nomor: 179 Tanggal 16 Juli 1958, terhitung 1 Juli 1958 Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang dinyatakan resmi berdiri. Dalam rangka pembinaan tradisi dan memupuk "Sense of Bilongings" dari para anggota Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang secara pasti dan otentik tanggal 1 Juli 1958 dapat dijadikan patokan sebagai "Hari Jadi Pangkalan Udara Tanjung Pinang (Lanud Rhf)" yang mulanya berstatus Detasemen Angkatan Udara Tanjung Pinang.[1] Komandan Lanud RHFKomandan Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF) dari masa ke masa:[8]
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|