Bahasa Hurri
Bahasa Hurri adalah salah satu bahasa punah yang pernah dipakai oleh bangsa Hurri, orang-orang yang masuk Mesopotamia utara sekitar 2300 SM dan sebagian besar telah lenyap menjelang tahun 1000 SM. Hurri merupakan salah satu bahasa yang membentuk rumpun Hurri-Urartu. Bahasa Hurria adalah bahasa kerajaan Mitanni di Mesopotamia utara, dan kemungkinan diucapkan setidaknya pada awalnya di permukiman orang Hurria di Suriah. Umumnya diyakini bahwa penutur bahasa ini awalnya berasal dari Dataran tinggi Armenia dan tersebar di tenggara Anatolia dan Mesopotamia utara pada awal milenium ke-2 SM.[4] SejarahFragmen teks bahasa Hurri tertua memuat daftar nama dan tempat dari akhir milenium ke-3 SM. Teks lengkap pertama bertarikh masa pemerintahan raja Tish-atal dari Urkesh dan diketemukan pada sebuah prasasti batu yang menyertai suatu pasak fondasi Hurri (Hurrian foundation pegs) yang dikenal sebagai "Urkish lions" ("singa-singa Urkish" atau "Louvre lions", "singa-singa Louvre", yaitu museum tempat penyimpanannya saat ini).[5] Para arkeolog telah menemukan teks dari awal milenium ke-2 SM yang memuat banyak mantra, inkantasi, nubuat dan surat pada berbagai situs termasuk Hattusha, Mari, Tuttul, Babel, Ugarit dan lain-lain. Studi awal bahasa ini seluruhnya didasarkan pada surat-surat dari Mitanni, yang diketemukan pada tahun 1887 di Amarna, Mesir, berisi tulisan raja Hurri, Tushratta, kepada firaun Amenhotep III. Hubungan Hurro-Urarti dikenali sejak tahun 1890 oleh Sayce (ZA 5, 1890, 260-274) dan Jensen (ZA 6, 1891, 34-72). Pada abad ke-13 SM, serangan dari barat oleh orang Het dan dari selatan oleh Asyur mengakhiri keberadaan kekaisaran Mitanni, yang terbagi di antara dua kekuasaan yang merebutnya itu. Pada abad berikutnya, serangan dari "orang-orang Laut" membawa akhir yang cepat terhadap pemukiman terakhir yang menggunakan bahasa Hurri. Sekitar waktu itu, bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Het dan bahasa Ugarit juga punah, dan ini dikenal sebagai keruntuhan Zaman Perunggu. Dalam berbagai teks bahasa-bahasa ini, juga dalam bahasa Akkadia atau Urarti, didapati banyak nama dan tempat dalam bahasa Hurri. Minat yang baru terhadap bahasa Hurri dibangkitkan oleh teks-teks yang diketemukan di Boğazköy pada tahun 1910-an dan Ugarit pada tahun 1930-an. Speiser (1941) mempublikasi gramatika komprehensif pertama dari bahasa Hurri. Sejak tahun 1980-an, korpus Nuzi dari arsip Silwa-tessup telah disunting oleh G. Wilhelm. Sejak akhir tahun 1980-an, kemajuan berarti telah dicapai berkat penemuan suatu teks dwibahasa Hurri-Het, yang disunting oleh E. Neu (StBoT 32). FonologiKonsonan
Vokal
Kata sandang
BilanganSelain kata bilangan iregular šui ("setiap"), semua bilangan kardinal dari 1 sampai 10 serta beberapa yang lebih tinggi telah dapat dipastikan. Bilangan ordinal dibentuk dengan akhiran -(š)še atau ši, yang menjadi -ze atau -zi setelah /n/. Tabel berikut menyajikan suatu ikhtisar sistem bilangan bahasa Hurri:
Bilangan distributif memuat akhiran -ate, misalnya kikate (bertiga-tiga), tumnate (berempat-empat). Akhiran -āmha menunjukkan perkalian/kelipatan/multiplikatif, misalnya šināmha (dua kali), ēmanāmha (tiga kali). Semua bilangan kardinal berakhir dengan huruf hidup atau vokal, yang dihilangkan jika suatu enclitic dilekatkan padanya. Contoh naskahUntomān iyallēnīn tiwēna šūallamān šēniffuš katōšāššena ūriāššena, antillān ēmanāmḫa tānōšau. (aus dem Mitanni-Brief, Kolumne IV, Zeilen 30-32)
Terjemahan: "Hal-hal itu, yang sungguh-sungguh diucapkan oleh saudara laki-lakiku dan diinginkannya sepenuhnya, sekarang aku telah melakukannya, tetapi sepuluh kali lipat." Kesusastraan HurriTeks-teks dalam bahasa Hurri sendiri telah ditemukan di Hattusa, Ugarit (Ras Shamra), dan Sapinuwa (tetapi belum dipublikasikan). Juga, salah satu surat Amarna terpanjang ditulis dalam bahasa Hurri; dikirimkan oleh Raja Tushratta dari Mitanni kepada Firaun Amenhotep III. Teks ini merupakan satu-satunya tulisan panjang yang dikenal sampai kemudian diketemukan suatu koleksi berbagai prasasti berisi sastra bahasa Hurri dengan suatu terjemahan bahasa Het pada tahun 1983 di Hattusa. Banyak penemuan penting terjadi di Ortaköy (Sapinuwa) pada tahun 1990-an, termasuk sejumlah teks dwibahasa. Sampai tahun 2007 sebagian besar masih belum disunting. Tidak ada teks bahasa Hurri yang dapat dipastikan pada milenium ke-1 SM (kecuali jika bahasa Urarti dianggap dialek muda bahasa Hurri), tetapi banyak kata pinjaman terus tersebar dalam bahasa Asyur, seperti dewi Savuska yang disebutkan oleh Sargon II.[6] Lihat pulaReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luar |