Bahasa AmbonBahasa Ambon (sou Ambon), atau yang secara resmi juga dikenal sebagai bahasa Asilulu,[3] adalah salah satu bahasa daerah di Maluku, Indonesia. Bahasa ini dituturkan di barat laut pulau Ambon, khususnya di Negeri Asilulu, Ureng, dan Negeri Lima; serta beberapa negeri di Semenanjung Huamual dan pantai selatan Seram Bagian Barat. PenamaanIstilah bahasa Asilulu berasal dari nama Asilulu, sebuah negeri di Jazirah Leihitu, Pulau Ambon. Dari masa ke masa, berbagai upaya penerjemahan bahasa tanah Ambon telah menghasilkan kamus-kamus yang merujuk pada bahasa tanah dengan nama negeri itu sendiri karena pembuatan kamus-kamus tersebut didasarkan pada dialek negeri tersebut. Oleh karena itu, muncul berbagai istilah seperti bahasa Hitu, bahasa Larike, dan tentunya, bahasa Asilulu. Hal ini berarti bahwa sejatinya, istilah bahasa Asilulu merujuk pada dialek bahasa Ambon yang dituturkan di Negeri Asilulu. Keragaman istilah ini dimanfaatkan untuk memberikan istilah resmi pada bahasa tanah Ambon yang dapat mengurangi kerancuannya dengan bahasa Melayu Ambon, sebuah dialek yang dituturkan lebih luas oleh masyarakat Ambon dan Maluku kini. Hal ini dapat dilihat dalam Peta Bahasa Kemdikbud yang menandai seluruh Pulau Ambon dan Kepulauan Lease dalam satu warna, yakni warna bahasa Asilulu.[butuh rujukan] SejarahKosakata dialek Asilulu dan Hitu pertama kali diterbitkan oleh van Hoëvell pada 1877. Hingga akhir abad ke-20, dialek-dialek asli Jazirah Leitimur, seperti Hative, dan pesisir selatan Jazirah Leihitu telah punah.[4] Hingga tahun 1970-an, Allang menjadi satu-satunya negeri Kristen dengan penutur bahasa Ambon, meskipun hanya dituturkan oleh generasi tua dan dituturkan secara terbatas oleh generasi yang lebih muda.[5] Kini, dialek yang tersisa di Pulau Ambon hanyalah dialek Asilulu, Hitu, Tulehu, Kaitetu, dan Laha.[3] Dialek Saparua dan dialek Nusalaut memiliki kekerabatan yang sangat erat. Hingga tahun 1970-an, bahasa Ambon dialek Saparua hanya tersisa di sebagian negeri-negeri Islam Saparua, seperti Iha, Kulur dan Sirisori Islam, sehingga dialek Saparua kini lebih dikenal sebagai dialek Sirisori. Sementara itu, pada kurun waktu yang sama, dialek Nusalaut hanya tersisa di Titawaai, sehingga kini dialek Nusalaut lebih dikenal sebagai dialek Tanah Titawaai.[3][6] DialekBahasa Ambon setidaknya terdiri dari 15 dialek dengan perbedaan antar dialeknya berkisar antara 52% sampai 77% berdasarkan penghitungan dialektometri. Kelima belas dialek tersebut adalah sebagai berikut:
Rujukan
Pranala luar
|