Angka Jepang
Kaidah dasar bilangan JepangTerdapat dua kaidah untuk menulis angka di dalam bahasa Jepang, samada di dalam angka Arab (1,2,3) atau angka Tionghoa ( 一, 二, 三). Angka Arab digunakan dalam penulisan horizontal, sedangkan angka Tionghoa digunakan dalam penulisan vertikal (beberapa nomor mempunyai lebih dari satu nama).
Pengucapan khusus maru (arti: "bulat") juga kerap ditemukan. Pengucapan hanya digunakan apabila membaca satu persatu setiap digit di dalam satu nomor, daripada membacanya secara keseluruhan. Contoh terkenal ialah "Kedai 109" di Shibuya, Tokyo yang dibaca sebagai ichi-maru-kyū (yang juga dapat dibaca sebagai 'sepuluh-sembilan' - tō-kyū - yang merupakan permainan kata-kata bagi nama gedung Tokyu yang mirip dengan pelafalan kata 'Tokyo'. Penggunaan maru untuk angka 0 adalah sama dengan pembacaan angka 0 dalam bahasa Inggris yang diganti dengan perkataan oh. Namun, sebagai satu nomor, ia hanya ditulis sebagai 0 atau rei (零 ). Nomor 4 dan 9 dianggap sebagai membawa sial dalam budaya Jepang: 4, yang disebut shi adalah kata homofon untuk kematian (死 ); sementara 9 yang disebut ku adalah kata homofon untuk penderitaan (苦 ). Nomor 13 juga kadang kala dianggap sial, dipengaruhi oleh tradisi barat. Dalam bahasa Jepang modern, tiap digit-digit diberi pembacaan on kecuali 4 dan 7, yang dipanggil yon dan nana. Pembacaan lain digunakan dalam nama-nama bulan, nama hari dalam bulan, frasa tetap. Contohnya, pecahan perpuluhan 4.79 selalu dibaca yon-ten nana kyū sementara April, Julai dan September dibaca sebagai shi-gatsu (bulan ke-4), shichi-gatsu (bulan ke-7), dan ku-gatsu (bulan ke-7). Nomor pertengahan dibentuk dengan menggabungkan kedua-dua elemen tersebut:
Terdapat beberapa penyesuaian fonetik untuk nomor yang lebih besar melibatkan penyingkatan dan pemanjangan beberapa konsonan seperti roku (enam) dan hyaku (ratus) menghasilkan roppyaku (enam ratus). Dalam nomor lebih besar, elemen-elemen digabungkan dari yang terbesar hingga yang terkecil, dan sebutan nol disembunyikan.
* Hyaku menjadi byaku karena rendaku. Pangkat-pangkat dari 10Nomor besarSama dengan tradisi Tionghoa, angka besar di dalam angka Jepang dibentuk dengan mengumpulkan digit di dalam 10,000 berbanding 1000 di dalam tradisi Barat:
Varisai berbagai wujud karena dipengaruhi kitab Jinkōki, teks matematik tertua Jepang yang pertama kali diterbitkan pada 1627. Teks itu memiliki banyak kesalahan tetapi sebahgian besarnya dibetulkan dalam edisi 1631. Pada tahun 1634, versi yang lain pula diterbitkan yang mengganti beberapa nilai. Variasi yang seperti di atas wujud karana perbedaan antara edisi-edisi kitab ini. Contoh: (Ruang dengan kumpulan empat digit diberi hanya untuk penerangan yang lebih jelas)
Bagaimanapun, nomor yang ditulis dalam angka Arab dipisahkan dengan koma di setiap 3 digit, berdasarkan aturan bilangan Barat. Jika angka Arab dan Kanji dikombinasikan, peraturan Barat mungkin digunakan bagi angka yang lebih kecil dari 10,000 (cth. 2,500万 untuk 25,000,000). Dalam bahasa Jepang, apabila angka panjang ditulis dengan huruf Kanji, angka sifar akan dibuang untuk setiap kuasa sepuluh. Maka 4002 ialah 四千二 (Berbeda dengan sistem Tionghoa yang memerlukan penggunaan 零 di mana saja sifar muncul (seperti 四千零二 untuk 4002). Tetapi, dalam pembacaan, pengucapan "nol" atau "kosong" kadang-kadang disebut tobi (飛び) atau tonde (飛んで) untuk menyatakan kekurangan angka, contohnya. 'yon-sen tobi ni' atau yon-sen tonde niboleh digunakan selain dari perkataan normalyon-sen ni. Pangkat minus dari 10Bahasa Jepang memiliki dua sistem angka untuk pecahan perpuluhan. Sistem itu tidak lagi digunakan secara umum, tetapi masih digunakan dalam beberapa kasus seperti olahraga bisbol, frasa simpulan bahasa (seperti 五分五分の勝負 "peluang lima puluh - lima puluh"), dan dalam menyatakan nilai . Salah satu sistemnya adalah seperti berikut:
Ini merupakan sistem yang digunakan dengan unit ukuran Jepang tradisional. Beberapa nama digunakan "seperti adanya" bagi mewakili pecahan untuk Shaku. Sistem lain yang mewakili pecahan perpuluhan untuk nilai atau diskon, menggunakan yang dipanggil "alih ke bawah" dengan bu mewakili satu "yang ke seratus" dan seterusnya, dan unit bagi "ke sepuluh" diwakili wari:
Sistem ini sering digunakan untuk menyatakan harga. Contohnya:
Kecuali wari, kesemua ungkapan ini jarang dijumpai dalam kegunaan modern. Pecahan perpuluhan secara tipikalnya ditulis sama dengan angka kanji (menegak) atau angka Arab (melintang), didahului dengan titik perpuluhan, dan dibaca seperti di dalam sistem barat. Perlu diingat, dalam bentuk penulisan, kedua-duanya boleh digabung samada dengan sistem ungkapan angka tradisional dengan kuasa sepuluh (42.195 kilometer: 四十二・一九五 キロメートル), atau dengan sistem nilai tempat yang menggunakan sifar (50.04 peratus: 五〇・〇四 パーセント.). Namun, untuk kedua-dua sistem, pembacaannya adalah mengikut sistem tradisional (yon-jū ni-ten ichi-kyū go kiromētoru untuk 42.195 kilometer; go ju-tten rei-yon pāsento untuk 50.04 per seratus.) Bilangan bakuMirip seperti Tionghoa, terdapat set Kanji yang khusus untuk angka yang dipanggil daiji (大字), digunakan dalam dokumen undang-undang dan kewangan bagi menghalang individu yang tidak berkenaan menambah calitan (dalam karakter Jepang), daripada satu menjadi dua atau tiga. Angka baku Jepang adalah sama dengan angka bakuTionghoa, tetapi memiliki variasi yang sedikit. Hari ini, hanya angka formal untuk satu, dua, tiga dan sepuluh sahaja digunakan dalam dokumen undang-undang.[1][2][3][4] Bilangan formal ini dapat ditukar menjadi nilai yang lebih tinggi dengan menambah calitan (Bagi 1 dan 2, telah diterangkan di atas, sementara 3 dapat ditukar kepada 5 dan 10 hingga 1000). Dalam beberapa kasus, digit 1 ditulis seperti 壱百壱拾 untuk 110, berbanding 百十 dalam penulisan biasa. Angka formal:
Empat jenis uang kertas Yen, 1000-yen, 2000-yen, 5000-yen, dan 10000-yen, ditanda dengan angka baku 千, 弐千, 五千, dan 壱万. Bahasa Jepang KunoBahasa Jepang Kuno memiliki beberapa perbendaharaan kata yang sama dengan Bahasa Jepang modern, tetapi ia mengandungi beberapa angka unik yang tidak lagi digunakan.
Referensi
Pranala luar
|