Amirul Isnaini
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Amirul Isnaini (24 Maret 1952 – 8 Juni 2003) adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat lulusan AKABRI Darat tahun 1975.[1] Amirul berasal dari kecabangan infanteri baret merah Kopassus. Ia pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus, Pangdam di Kodam VII/Wirabuana dan Kodam IV/Diponegoro. Saat ini namanya diabadikan menjadi nama "Kesatrian Amirul Isnaini" di Pusdiklatpassus Daun Lumbung, Jln. Veteran Kelurahan Tambakreja Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. PendidikanAmirul menyelesaikan pendidikan SD tahun 1965, SMP lulus tahun 1968. Selepas tamat SLTA tahun 1971 dia masuk Akabri. Lulus Akabri Darat tahun 1975 dengan pangkat Letda. Berbagai kursus dan pendidikan tingkat perwira telah diselesaikannya, antara lain Sussarcab If (1975), Sus Para Komando (1976), Susjur Staf Pa Intel (1980), Sus Staf Pur (1986), Sus Intel Strat (1986), Sus Bahasa Inggris (1987), Seskoad (1987), Susfung Intel (1991), dan Lemhanas (2001).[2] Karier militerAmirul menghabiskan kariernya mulai dari letda hingga kolonel di Kopassandha (kini Kopassus) dan banyak berkecimpung di dunia intelijen, pada 1976 ia menjadi Pama Kopasandha, Danton/3/KI-123 tahun 1977, ADC Kabakin Kopkamtib pada 1979, Danton I/KI-122 TMT 1980, Danki 123 TMT 1982, Pa Kasi-1 Grup 1 Kopassandha tahun 1983, Kasi 1 Grup 1 Kopassus tahun 1986, Wadan Denma Kopassus 1986, Ps Pabandya Lid Sintel Kopassus 1988, Papandya Lis Sintel Kopassus 1989, Ps Pabandya Lidgal Sintel Kopassus 1990, Papadya Lignal Sintel Kopassus 1990.[2] Pada 1993 Amirul menjadi Waas Intel Dan Kopassus, lalu menjadi Asistel Dan Kopassus (1995). Amirul kemudian menjadi Komandan Korem 071/WK, Purwokerto pada 1996 dan Wadan Paspampres tahun 1998. Pangkatnya naik menjadi Brigadir Jenderal ketika dipromosikan menjadi Dan Pusintelad pada 1998 kemudian menjadi Waaspam KSAD pada 1999.[2] Puncak kariernya di korps baret merah terjadi pada tahun 2000, ia resmi menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus pada 4 Juli 2000 pangkatnya pun naik menjadi Mayor Jenderal, menggantikan Mayjen TNI Syahrir MS yang akan menjabat Asisten Operasi KSAD.[3] Dua tahun berselang ia ditugaskan memimpin satuan teritorial Kodam VII/Wirabuana sebagai Pangdam, namun pada Maret 2003 Amirul dimutasikan menjadi Pangdam IV/Diponegoro menggantikan Mayjen TNI Cornel Simbolon.[4] PenugasanPengalaman penugasan lapangan antara lain Amirul ikut Operasi Nanggala 19 (1977), Operasi Nanggala 53 (1982), Operasi Satgas 86 (1986), Katim Analis (1989), dan Satgas Cendrawasih (1996). Pengalaman penugasan ke luar negeri ke Hawai (1980), Singapura (1990), Hawai (1993), Filipina (2001), dan Singapura (2002).[2] Ketika diterjunkan di Aceh sebagai Komandan Jaring Merah II, Amirul yang masih berpangkat Letnan Kolonel (jabatan resminya kala itu Asistel Kopassus), tak bisa melepaskan diri dari tanggungjawab terhadap pembantaian warga sipil di Aceh. Bersama Dan Kolakops, Kolonel Inf Syarwan Hamid, Amirul dan Syarwan yang menggunakan Helly Bolco, turun ke tempat kejadian penyergapan sambil memberi selamat dan membawa serta mayat Panglima Wakil Wali Negara Islam Aceh Merdeka, Keucik Umar Ibrahim yang tewas terbunuh.[5] Di Timor Timur, pada 1995 ia sempat menjabat Komandan Satgas Intelijen (SGI) Kopassus dan juga Wakil Panglima Penguasa Darurat Militer Timor Timur pada 1999 di bawah Kiki Syahnakri. Riwayat Jabatan
Tanda jasa
MeninggalAmirul meninggal dunia di Singapura pada 8 Juni 2003 karena penyakit lever pada usia 51 tahun.[6] Dua bulan sebelumnya ia sempat menjalani operasi transplantasi hati di RS Singapura.[2] Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.[2] Tanda KehormatanAmirul mendapatkan sejumlah tanda kehormatan atas prestasi dan jasanya baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya:
Referensi
Pranala luar
|