Tulung, Tulung, Klaten
Asal-muasal dukuh berdiri sekitar akhir tahun 1950-an, pada awalnya wilayah ini berupa persawahan di pinggir jalan. Status menempati tanah sewa dengan sebidang sawah, setelah kurun waktu tanah akhirnya dibayar. bermula dari para pendahulu generasi warga pertama dengan hijrahnya 4 keluarga yang mendiami Prapatan Tulung yaitu Hadi Sumarto (asal dari Dukuh Pepen), Keluarga Parto Rebo (asal dari Dukuh Tulung), Keluarga Yatno Sugito (Mbah Iman)-(asal dari Dukuh Tulung), Keluarga Ibu Sikus (asal dari Dukuh Tulung). Pada Masa itu Jalan perempatan Tulung masih berupa jalan Tanah/batu belum ber-aspal yang terkenal dengan pohon Pule (Pohon untuk obat/jamu), waru dan trembesi. Dukuh Prapatan Tulung Wilayah berbatasan: di sebelah Selatan dengan wilayah Dukuh Selogringging, di sebelah barat perbatasan dengan dukuh Tulung, Disebelah Utara perbatasan dengan Dukuh Delukan, dan di sebelah timur berbatasan dengan wilayah kelurahan Pucang. Tahun 1970-an sudah berkembang dengan datangnya keluarga baru generasi ke dua yang ikut bermukim di dukuh Prapatan Tulung yaitu (Keluarga. Sahri, Bakdi, Kusnaini, Prapto Tarno, Amir, sisri, H. Sri Amanto, Tatin, Bari, Darosi, Daroji, Nyodi, Ratno (Lor), Warsi,yoso, Ratno (Kidul), Salim, Darmo Kasdi, Warto, Mardi, Sarmo, Yono, Ibu Sikus, Yatno Sugito, Parto Rebo, Hadi Sumarto. Kasimin, Anwar, Kasimin, Ibu Darmo Mar, Ibu Toyib/Ibu Mutik. Selain itu ada non warga yang berdagang (Dul Rosid, Sujarwo, Danuri) Aneka Usaha Dagang Berbagai macam dagang diantaranya Toko Klontong (Hadi Sumarto, Sarmo, H. Sri Amanto, Praptotarno, sahari), Soto (Salim, Warto, Parto Rebo, Ibu Mutik, Darmo Mar, mbah kromo dan suhadi), Sate (Darmo Kasdi, Yatno Sugito), Cukur Rambut (Mbah Jarwo). Usaha tambal ban Ratno dan marsam. Pakan ayam dan jagung Subari tami. Tukang jahit tatin, mustakim. Arsitektur Rumah Unik Design Arsitektur Rumah hampir sama seluruhnya di perkampungan prapatan berbentuk Ruko (Karena untuk usaha baik dagang maupun jasa yang lainnya). Kala waktu itu kesadaran serta kebersamaan masyarakat akan arsitektur dengan ciri khasnya setiap blok bangunan terdiri 2 atau 3 rumah akan terdapat gang kecil, berfungsi sebagai jalan dan juga tempat sirkulasi udara serta tidak panas sehingga merupakan rumah yang ramah lingkungan. dengan terdapatnya Pohon besar masih tumbuh kala waktu itu seperti pohon waru, trembesi, dan lainnya, sehingga Air Sumur masih melimpah serta tanah resapan air masih banyak sehingga sampai dengan tahun 1990 adalah merupakan tempat tinggal yang nyaman. Masjid An-Nur Prapatan Tulung Berdiri Sekitar Tahun 1979, Area Tanah Masjid pada waktu itu merupakan tanah kosong yang dipakai oleh keluarga bapak BARDAN (Bermukin di Dukuh Selogringging) kemudian diwakafkan untuk masjid. Takmir (Pengurus masjid) Kala itu di pimpin pak Daroji, Pak Bakdi, Pak nyodi. Status Awalnya sebagai Mushola lalu diubah fungsi sebagai Masjid untuk kegiatan sholat jumat. Pada tahun akhir 1980an atau Awal 1990an masjid diperlebar dengan membeli tanah di belakang masjid. Perkembangan Islam Sejarah perkembangan Islam di Prapatan bermula dari hijrahnya para penduduk pendahulu, Untuk kegiatan sholat masih dikerjakan di rumah masing-masing, Kala itu Sholat Jumat masih harus nebeng (Ikut) ke masjid yang terdekat seperti Masjid di Kampung Tegalan Tulung dan Masjid Selogringging. Untuk belajar mengaji Anak-anak remaja biasa ke Masjid di Selogringging. Setelah Masjid didirikan tahun 1979 kegiatan baik sholat harian atau sholat jumat dan mengaji dikerjakan di Masjid Annur. Tokoh Penggerak Kegiatan Masjid era tahun 1979 - 2000 adalah (Pak Daroji, Pak Bakdi, Pak Nyodi, Pak Majdi) Kegiatan Masjid Annur Berkembangnya kegiatan Masjid mencapai puncaknya ketika era tahun 1980 s/d 1990an, dimana masjid Annur sebagai tempat kegiatan mengaji bagi anak-anak Prapatan dan sekitarnya (anak asal Pucang Kulon, Delukan). Selain itu juga sebagai tempat ketika Sholat Jumat dari berbagai kampung (Delukan, Selogringging, Tagalan) dan lainnya. yang kadang ikut sholat. |