Tiyan Alile
Kehidupan AwalDibesarkan oleh kedua orang tuanya bersama keempat saudara kandungnya yang masing-masing memiliki hobi yang berbeda-beda. Ayahnya adalah seorang dokter ahli bedah - hewan sementara ibunya adalah seorang pengacara yang pensiun sebagai hakim kepala. Sejak kecil Alile sudah memiliki ketertarikan terhadap masakan, terlebih dukungan dari ibunya. Ketika masih di sekolah menengah, ia mencoba mengenali dunia kuliner lebih mendalam dengan mendirikan sebuah bisnis kue cup yang diberi nama dengan Tea Time Cakes pada tahun 1993. Produksi utama bisnis tersebut adalah kue-kue ringan yang pengelolaannya dibantu oleh ibunya. Ia juga telah menguasai beberapa teknik memasak dan membuat makanan Nigeria dengan penanganan yang lebih halus dan modern setelah bekerja sebagai koki di restoran Klub Golf Ibadan pada tahun 1999.[1] Empat tahun kemudian, pada tahun 2003 ia membuka restoran pertamanya bernama Matchsticks Concepts.[2] Pendidikan dan Karier AwalAlile memiliki latar belakang pendidikan sebagai sarjana hukum dengan spesifikasi konsultasi hukum perusahaan, namun ia juga memiliki sertifikat pro untuk pelatihan seni kuliner tingkat lanjut dan mulai mengajar memasak pada tahun 2007.[2] Setelah mendapat gelar sarjana hukum ia sempat bekerja di sebuah firma hukum di Lagos dan beberapa tahun kemudian memiliki firma konsultan di Washington DC, Amerika Serikat yang berperan sebagai konsultan penasihat bagi klien mereka yang akan melakukan investasi. Ia juga memeiliki kantor cabang di Afrika Barat dan Nigeria untuk menangani perkara yang sama dalam transaksi sektor minyak dan gas.[1][3] Pakar KulinerSelepas dari urusan hukumnya, ia kembali menetap sementara di Amerika Serikat untuk masuk ke sekolah kuliner L'Academia De Cuisine di Maryland.[3] Kemudian pada tahun 2012, ia mulai merintis sekolah kuliner di tempat asalnya, Nigeria, yang diberi nama Culinary Academy dan merupakan satu-satunya sekolah kuliner berbasis internasional di negaranya hingga saat ini. Culinary Academy adalah sebuah sekolah yang fokus mempelajari mengenai konsultasi perhotelan, gaya hidup, seni kuliner dan pastry melalui program diploma. Ide ini terwujud supaya dapat mengenalkan beragam masakan dari Afrika serta memajukan sumber daya manusianya agar dapat berpartisipasi lebih dalam dunia kuliner modern. Ia memiliki harapan dengan adanya sekolah tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan standar pendidikan seni kuliner di negaranya menjadi taraf internasional. Ia memberikan pelatihan di sekolahnya mengenai teknik, manajemen, dan seni kuliner kepada 500 siswa calon koki setiap tahunnya.[1][4][5] Selain itu ia juga memberikan layanan konsultasi ke hotel, fasilitas rekreasi, dan restoran mitranya mengenai pemberian praktik terbaik untuk mengoperasikan dan mengelola dapur. Ia juga berkontribusi dalam pembentukkan Kompetisi Koki Muda Afrika (AYCC) untuk menggerakkan generasi muda khususnya anak-anak. Disela kesibukannya sebagai koki senior ia sempat menerbitkan buku pertamanya berjudul Tale In A Pie, yang berisi kumpulan resep masakan serta segala hal tentang dunia kuliner.[3][6] Referensi
|