Sutan Aswar
Sutan Aswar (23 Juni 1925 – 27 Agustus 2006) adalah salah satu yang turut mendirikan Angkatan Udara Republik Indonesia dan merupakan pencipta bensin pesawat (AFTUR) pertama di Indonesia atas perintah Komodor Udara Halim Perdanakusuma pada tahun 1947. Pernah mengenyam pendidikan di Technische Hoogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung) sebelum bergabung dalam perjuangan kemerdekaan. Anggota Hakim Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), kemudian diangkat menjadi MPR-DPR RI Fraksi-ABRI 1966-1976 Cat. Sejarah Markas Besar TNI-AU RI: (Sewindu Angkatan Udara Republik Indonesia_9 April 1946-9 April 1954) Riwayat HidupKarier di AURIPada tanggal 28 Desember 1947 dari Yogyakarta dikirimkan Tetra Ethyl Fluid (TEL) ke Sumatra untuk pembuatan bensin udara. TEL tersebut diterima oleh AURI Yogyakarta dari Pabrik Minyak Cepu sisa-sisa pabrik tahun 1942. Dengan melalui darat TEL diangkut dari Pekan Baru melalui Bukitinggi ke Jambi; Komodor Udara Halim Perdanakusuma menunjuk OMU-2 Sutan Aswar pada jawatan minyak di Jambi diperbantukan SMU Mardjoeki. Alat-alat yang sangat minim dan sederhana dibuat oleh Jepang sebagai instalasi darurat, dengan sendirinya tidak sesuai standar untuk menghasilkan bensin ringan sebagai dasar bensin udara. Begitu pula alat-alat untuk memeriksa akurasi hasil bensin tersebut, hanya bisa untuk mengetahui berat jenis dan ASTM destillatie saja. Ahli-ahli tersebut pada pembuatan bensin udara itu tidak ada, sedangkan masukan-masukan yang diterima dari orang yang ahli dari Sawahlunto negatif, berhubung ybs. tidak setuju dengan kondisi alat yang tidak memadai (al. Alm. Jacob dan Soediardjo). Tenaga dari Pabrik Minyak Jambi yang banyak menyumbangkan tenaga hanyalah seorang tukang yang mengetahui seluk beluk alat saja, namun tidak kepada proses pembuatan bensin udara. Akan tetapi meskipun begitu OMU-2 Sutan Aswar dan SMU Mardjoeki dibantu oleh seorang tukang tersebut memberanikan diri melangsungkan proses pembuatan bensin udara, dengan risikonya adalah tanggung jawab OMU-2 Sutan Aswar. Hasil-hasil pertama didapat pada akhir bulan Februari 1948. Menurut contoh-contoh yang diperiksakan di Cepu, banyak juga diadakan perubahan dalam fraksi bensin oleh OMU-2 Sutan Aswar, tetapi belum juga memenuhi syarat-syarat bensin udara. Ketika bulan Maret 1948 pesawat Anson datang ke Jambi, dan karena harus mengisikan bensin maka OMU-2 Sutan Aswar memberanikan diri untuk menyatakan bahwa bensin udara tersebut siap dipakai. Mutu bensin udara disempurnakan oleh OMU-2 Sutan Aswar, dan percobaan dimulai dengan hasil bensin udara pertama Indonesia tersebut. Berhasil. Sejak itu hasil bensin udara dari Jambi terus dipakai oleh jawatan minyak seluruh Indonesia. Hal ini berarti suatu prestasi yang besar artinya dalam usaha ke arah self help pada masa perjuangan. PenemuanBensin udara; 91 oktan untuk pesawat Anson, C-47 untuk pesawat Dakota, 80 oktan untuk pesawat Stinson. PenghargaanIa dianugerahi berbagai macam bintang dan tanda jasa:
Referensi
Pranala luar
|