Staatsspoorwegen seri 200T dan 300T
Staatsspoorwegen seri 200T dan 300T ― Pembangunan jalur-jalur kereta api di Jawa Barat bagian utara, dimaksudkan untuk menyokong angkutan produk perkebunan dan pertanian. Untuk angkutan padi, perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) membangun jalan rel di sebelah utara kota Cikampek untuk menghubungkan sentra produksi padi ke berbagai unit penggilingan padi. Jalan rel ini menggunakan gauge (lebar) 600 mm yaitu pada rute Cilamaya – Cikampek (28 km, selesai dibangun tahun 1909) dan rute Cikampek – Wadas (16 km, selesai dibangun tahun 1912). Untuk melayani rute tersebut, SS mendatangkan 2 seri lokomotif uap yaitu SS 200T dan SS 300T, masing-masing seri terdiri dari 3 unit lokomotif uap seri SS 200T (SS 201T – SS 203T) dan 3 unit lokomotif uap seri SS 300T (SS 301T – SS 303T), sehingga total ada 6 unit. 2 seri lokomotif uap tersebut didatangkan pada tahun 1912-1913 dari pabrik Hartmann (Jerman). Lokomotif ini digunakan untuk menarik kereta campuran yang terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang. Pada tahun 1915, 2 seri lokomotif uap tersebut dipindah operasionalnya ke Jawa Timur yaitu pada rute Rambipuji – Balung – Puger (28 km, selesai dibangun tahun 1913) dan Balung – Ambulu (12 km, selesai dibangun tahun 1913). Pada tahun 1929, jalan rel dengan gauge 600 mm pada rute Rambipuji – Balung – Puger dibongkar karena diganti dengan jalan rel gauge 1067 mm pada rute Balung – Rambipuji (12 km, selesai dibangun tahun 1929). Rute ini terhubung dengan jalan rel rute Lumajang – Kencong – Balung (42 km, selesai dibangun tahun 1928). Lokomotif seri SS 200T dan SS 300T merupakan lokomotif yang menggunakan roda yang bersistem ’Golsdoft’. Sistem ’Golsdoft’ dikembangkan oleh insinyur dari Austria yaitu Karl Golsdoft. Sistem ’Golsdoft’ adalah suatu sistem yg digunakan untuk mengatur jalannya roda lokomotif dan berfungsi untuk membantu lokomotif agar mampu berbelok dengan mulus pada tikungan. Namun roda dengan sistem ’Golsdoft’ ini tidak dapat melalui jalan rel dengan radius tikungan kecil karena hanya mengutamakan pergeseran roda ke arah kiri/kanan ketika melewati tikungan. Lokomotif seri SS 200T dan SS 300T memiliki susunan roda 0-8-0T memiliki dua silinder berdimensi 290 mm X 340 mm dengan roda berdiameter 679 mm. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 25 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati. Walaupun lokomotif seri SS 200T dan SS 300T memiliki bentuk dan susunan roda yang sama namun secara teknis ada sedikit perbedaan yaitu pada panjang lokomotif, berat lokomotif dan kapasitas tangki air. Adapun data panjang lokomotif, berat lokomotif dan kapasitas tangki air untuk lokomotif seri SS 200T adalah 6740 mm, 17.1 ton dan 1.6 m3 sedangkan untuk lokomotif seri SS 300T adalah 6667 mm, 17.2 ton dan 1.7 m3. Lokomotif seri SS 200T dan SS 300T sempat diketahui berada di Waduk Cacaban, kemungkinan besar lokomotif tersebut digunakan untuk membantu proses pembangun waduk Cacaban. Waduk Cacaban dibangun pada tahun 1952 – 1959 dan terletak 20 km ke arah selatan kota Tegal (Jawa Tengah). Seluruh jalan rel dengan gauge 600 mm ditutup pada tahun 1972 – 1973 karena tidak mampu bersaing dengan moda transportasi darat lainnya. Pada akhirnya, lokomotif seri SS 200T dan SS 300T berada di Pabrik Gula Sragi (Pekalongan, Jawa Tengah). Tidak ada informasi yang dapat menjelaskan kenapa lokomotif seri SS 200T dan SS 300T dapat berada di pabrik gula tersebut. Lokomotif tersebut digunakan untuk menarik gerbong barang berisi tebu. Saat ini hanya tersisa 4 unit lokomotif seri SS 200T/SS 300T yaitu SS 201T (nomor baru: Sragi 13), SS 202T (nomor baru: Sragi 12), SS 203T (nomor baru: Sragi 16) dan SS 301T (nomor baru: Sragi 18). Referensihttps://heritage.kai.id/page/Lokomotif%20SS%20200T%20SS%20300T |