Sepak bola di Hindia BelandaSepak bola di Hindia Belanda adalah masa-masa kejayaan sepak bola di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Masa penjajahan Belanda di nusantara ikut berperan dalam memperkenalkan masyarakat Hindia Belanda kepada olahraga-olahraga yang sedang marak di Eropa seperti kriket dan sepak bola. Sama halnya seperti di Eropa pada waktu itu, di Hindia Belanda pun mulai berdiri klub atau perkumpulan olahraga yang sebagian besar didirikan oleh ekspatriat atau orang Belanda yang sedang berada di Indonesia, para keturunan China, dan juga sebagian kecil keturunan Arab. Namun ada juga warga pribumi yang pernah bersekolah di Eropa membawa olahraga tersebut ke tanah air atau warga pribumi yang hanya mengikuti mode olahraga pada waktu itu. SejarahOlahraga sepak bola di Hindia Belanda dimulai dari para orang Eropa, khususnya Belanda yang mengikuti demam sepak bola yang juga tengah berlangsung di Eropa. Sepak bola di pulau SumatraPada tanggal 16 November 1887 berdiri sebuah klub olahraga yang tidak hanya memainkan permainan sepak bola, tetapi juga kriket (lebih terkenal dari sepak bola pada waktu itu), tenis, dan atletik dengan nama Gymnastiek Vereniging di Medan. Tim ini tercatat sebagai klub sepak bola pertama yang lahir di Hindia Belanda.[1] Tidak banyak catatan mengenai awal mula dan pertandingan sepak bola yang dimainkan klub ini. Namun pada awal 1890-an, mereka sempat kedatangan klub dari Penang untuk bertanding dalam kriket dan sepak bola. Meskipun demikian, pertandingan sepak bola antar keduanya urung dilakukan.[1] Setelah itu, hingga akhir periode 1890-an hampir tidak ada kegiatan sepak bola yang terekam, hingga pada 1 Juni 1899 berdiri sebuah klub sepak bola bernama Oostkust Sport Club Sumatra (OSCS) di Medan dan biasa disebut dengan Sport Club atau SOK.[1] Di Padang pada tahun 1928 berdiri klub olahraga dengan nama Sport Vereniging Minang (SVM) yang bernaung organisasi sepak bola Padang yang dikenal dengan Ilans Padang Electal (IPE), yang menjadi cikal bakal lahirnya PSP Padang.[2] Sepak bola di pulau JawaDi Jawa sepak bola baru pertama kali bermula saat didirikan klub kriket dan sepak bola dengan nama Bataviasche Cricket-Football Club "Rood-Wit" pada tanggal 28 September 1893 di Batavia dan secara resmi disetujui statusnya pada bulan Mei 1894.[1] Di Surabaya juga berdiri sebuah klub dengan nama Victoria pada tahun 1894 dan melakukan pertandingan pertamanya dengan klub setempat, Sparta pada bulan Juni 1896 dengan hasil 6-1 untuk kemenangan Victoria.[1] KompetisiKompetisi federasi/kotaDalam sistem kompetisi sepak bola Hindia Belanda, hampir (namun tidak semua) setiap kota memiliki paling tidak sebuah federasi sepak bola. Federasi ini merupakan gabungan dari beberapa klub lokal dan kompetisi antar klub-klub lokal dijalankan oleh federasi tersebut. Setiap tahunnya dipilih pemain-pemain terbaik dari klub-klub lokal yang ada untuk mewakili federasi tersebut dalam kompetisi antar kota (Stedenwedstrijden). Pada masa sekarang, federasi-federasi kota ini, khususnya federasi dari etnis pribumi, berkembang menjadi klub sepak bola yang bermain di liga Indonesia. Biasanya nama mereka berawalan dengan "Perserikatan Sepakbola (PS)" seperti Persebaya, Persib, Persija, PSIM, dll. Kompetisi sepak bola lokal pertama kali diadakan di Surabaya pada tahun 1902, lalu di Batavia pada tahun 1904, dan di Medan pada 1907. Namun akibat seringnya terjadi perselisihan yang berbuntut perpecahan di antara klub dan pejabat, membuat kompetisi dan federasi sepak bola lokal yang sudah berjalan sering dihentikan dan kemudian dibubarkan.[1] Bataviaasche Voetbal Bond (BVB) merupakan federasi sepak bola lokal yang didirikan di Batavia pada 1906 dan kemudian dibubarkan dan digantikan oleh West Java Voetbal Bond (WJVB) pada tahun 1912, kemudian berganti nama menjadi Voetbalbond Batavia en Omstreken (VBO) pada tahun 1928. Sedangkan di Surabaya, berdiri federasi bernama Oost Java Voetbal Bond pada tahun 1907 dan digantikan oleh Soerabajasche Voetbal Bond (SVB) pada tahun 1909.[1] Pada tahun 1910, diadakan turnamen sepak bola yang bernama Droogdokbeker di Batavia, yang banyak diikuti oleh para tentara Belanda. Turnamen ini sempat terhenti akibat seorang perwira mengeluarkan peraturan yang melarang para tentara yang bertanding melawan tentara yang berbeda pangkat.[1] Daftar klub juara kompetisi lokalBataviaFederasi etnis Eropa
Federasi etnis Pribumi
SurabayaFederasi etnis Eropa
Federasi etnis Pribumi
Javanische StedenwedstrijdenPolitik kelas/golongan yang dianut oleh Belanda di Hindia Belanda pada waktu itu ikut berimbas dalam olahraga, khususnya sepak bola. Beberapa klub yang didirikan oleh etnis tertentu hanya boleh diisi oleh pemain yang berasal dari etnisnya.[3] Hal ini berdampak pada munculnya klub sepak bola bangsa Eropa, klub sepak bola bangsa keturunan China, dan klub sepak bola bangsa pribumi. Karena setiap etnis melarang pertandingan antar etnis, maka timbullah klub, federasi, dan versi kompetisi sepak bola yang berbeda pula untuk setiap etnis tersebut. Akan tetapi pada awalnya justru hanya kompetisi buatan bangsa Eropa-lah yang mengizinkan pertandingan antar etnis ataupun mengizinkan klub mereka diisi oleh etnis selain Eropa.[4] Kompetisi antar kota umumnya disebut sebagai Stedenwedstrijden. Stedenwedstrijden etnis EropaKlub-klub yang didominasi oleh bangsa Eropa asli dan juga sebagian kecil bangsa keturunan dan pribumi yang berkompetisi dalam turnamen lokal di beberapa kota besar di Jawa kemudian membentuk federasi sepak bola kota yang mewakili keseluruhan klub dari masing-masing kota. Pada akhirnya mereka membuat sebuah kompetisi antar federasi yang mewakili klub-klub kota asal peserta. Turnamen sepak bola antar federasi kota pertama yang diadakan diwakili oleh federasi empat kota besar di Jawa, yaitu Batavia, Surabaya, Bandung, dan Semarang yang dilangsungkan pada akhir bulan Agustus tahun 1914 di Semarang dengan nama Koloniale Tentoonstelling. Pemenang dari turnamen ini adalah federasi sepak bola Batavia (WJVB). Pemegang trofi pertama kompetisi ini adalah kapten kesebelasan federasi Batavia, yaitu Ben "Jos" Stom yang merupakan mantan pemain tim nasional Belanda dan pemegang rekor penampilan pertama kali bersama tim nasional Belanda dengan 9 penampilan. Turnamen antar federasi kembali digelar setiap tahun di tempat yang berbeda. Setahun setelah di turnamen pertama yang diadakan di Semarang, tahun berikutnya diadakan turnamen dengan nama Koloniale Tentoonstelling-Beker di Batavia. Pada turnamen ini WJVB masih diperkuat oleh Ben "Jos" Stom, walau trofi juara kemudian hilang karena dicuri pada kompetisi kedua ini.[4] Stedenwedstrijden etnis keturunan ChinaBeberapa tahun sesudah diadakan kompetisi antar federasi oleh etnis Eropa, etnis keturunan China yang banyak menghuni pulau Jawa membuat kompetisi yang serupa namun diikuti oleh klub sepak bola komunitas mereka sendiri yang menjuarai kompetisi pada setiap kota dan biasanya diadakan pada akhir pekan Paskah. Kompetisi ini hanya boleh diikuti oleh klub etnis keturunan China dan para pemainnya juga haruslah etnis keturunan China.[4] Juara kompetisi ini menerima piala yang disumbang oleh pengusaha keturunan China hingga dibentuk Comite Kampioen Wedstrijden Tiong Hoa (CKTH) sebagai organisasi kompetisi pada tahun 1927. Dari CKTH ini dibentuklah federasi sepak bola untuk klub keturunan China di Jawa dengan nama Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB).[3][4] Pada kompetisi NIVB/NIVU, ketika HNVB telah bergabung ke dalam NIVB, klub-klub etnis keturunan China sering memenangi kejuaraan dibawah federasi dikarenakan klub etnis Eropa menitikberatkan pada pengorganisasian, bukan memenangi kejuaraan seperti tujuan klub etnis China.[5] Klub UMS menjuarai kompetisi di Batavia pada musim 1932-1933, dan klub Tiong Hoa beberapa kali menjuarai kompetisi di bawah federasi Surabaya. Mereka bahkan menjadi juara dalam kejuaraan sepak bola antar klub-klub di pulau Jawa. CSC juga menjuarai kompetisi federasi Oost Sumatra pada tahun 1936. Klub-klub etnis keturunan China di federasi lain juga menjuarai liga mereka masing-masing di beberapa kota seperti Buitenzorg, Cirebon, Yogyakarta, Malang, Semarang, Sukabumi, dan Tegal. Hanya di Bandung tidak satupun klub etnis China pernah menjuarai kompetisi federasi.[5] Stedenwedstrijden etnis pribumiKompetisi Stedenwedstrijden versi pribumi ini pertama kali berlangsung pada tahun 1930 setelah dibentuk Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) di Yogyakarta. Kompetisi pribumi ini hanya boleh diikuti oleh etnis pribumi, sama halnya dengan kompetisi etnis keturunan China. Pengorganisasian sepak bolaNIVBPendirian NIVBPada tanggal 20 April 1919, empat federasi sepak bola kota terpenting di pulau Jawa, yaitu Batavia (WJVB), Surabaya (SBV), Bandung (BVB), dan Semarang (Semarangsch Voetbal-bond en Omstreken/SVO) membentuk sebuah badan nasional dengan nama Nederlandsch-Indische Voetbal Bond (NIVB). Statuta mereka secara resmi diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada 20 Oktober 1919. NIVB juga diangkat menjadi anggota FIFA pada tanggal 15 April 1924, dan ditetapkan pada 24 Mei 1924. Jumlah federasi anggota NIVB meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 1930 mereka telah memiliki 7 anggota federasi, yaitu Batavia (VBO), Surabaya (SBV), Bandung (BVB), Semarang (SVO), Malang, Yogyakarta, dan Sukabumi, dan 4 federasi lain tengah dalam proses menjadi anggota yaitu federasi Oost Sumatra (berpusat di Medan), Makassar, Banjarmasin, dan HNVB (Semarang). Kemunduran NIVBBanyaknya konflik yang terjadi di akhir era NIVB membuat NIVB kehilangan banyak anggotanya dan pada akhirnya dibubarkan.[6] Konflik ini bermula pada tanggal 16 Mei 1932 ketika NIVB mengadakan pertemuan di Surabaya dan mengangkat Willem van Buuren sebagai presiden federasi menggantikan Dijk Veenman. Willem van Buuren merupakan mantan presiden federasi Batavia (WJVB) dan juga mantan presiden klub Vios Meester Cornelis. Usai ditunjuk sebagai presiden, Willem van Buuren yang juga merupakan notaris di Surabaya memindahkan kepengurusan NIVB ke Surabaya. Hal ini menimbulkan ketidaksukaan anggota federasi yang berada di Batavia dan sekitarnya terhadap van Buuren. Terjadinya konflik di tubuh NIVB menjadi nyata setelah VBO dengan tegas menolak perubahan sitem kompetisi stedenwedstrijden yang mengharuskan setiap klub bermain di partai kualifikasi dalam liga mini daerah sebelum dapat maju ke final kompetisi yang berisi 4 tim pemenang liga mini daerah. VBO pun pada akhirnya mundur dari kompetisi ini pada tanggal 10 Desember 1933. Dalam rapat umum NIVB yang diadakan di Bandung pada 23 Desember 1933, VBO (sebelumnya bernama WJVB) akhirnya dibekukan. Hanya federasi dari Buitenzorg (sekarang Bogor) yang tidak mendukung pembekuan ini dalam voting, sementara federasi Sukabumi memilih untuk abstain. Sukabumi akhirnya ikut mundur dari NIVB dan membuat kompetisi antar kota tandingan pada tanggal 31 Maret 1934 bersama VBO dan Bandoeng Voetbal Unie (BVU), yang merupakan federasi tandingan dari federasi resmi Bandung yang diakui oleh NIVB, Bandoeng Voetbal Bond (BVB). Menyusul juga beberapa federasi lain dan satu federasi kota besar VSO Semarang dan bahkan BVB Bandung setahun sesudahnya. Tidak hanya federasi, klub yang bernaung dalam federasi di bawah NIVB pun banyak yang tidak menyukai gaya kompetisi NIVB. Klub besar Tiong Hoa yang berada di federasi SVB Surabaya pun tidak menyukai liga regional antar kota bentukan NIVB di mana mereka dimasukkan dalam kompetisi bersama klub-klub dari Surabaya, Malang, Blitar, Pasuruan, dan Probolinggo setelah terjadi konflik dalam kompetisi lokal SVB dan menyebabkan klub HBS serta Mena Moeria keluar dari keanggotaan SVB. Hal ini akhirnya membuat HNVB mundur dari NIVB pada saat stedenwedstrijden etnis China di akhir pekan Paskah 1935. Klub Era Hindia BelandaDaftar klub era hindia belanda, meskipun klub tersebut tidak berkompetisi., yaitu:
Pendirian NIVUHingga bulan Juni 1935 NIVB hanya menyisakan 5 anggota federasi kota, yaitu Surabaya (SVB), Malang, Yogyakarta, Solo, dan Tegal.[6] Pada saat yang sama, dibentuk federasi sepak bola regional bernama West Java Voetbal Federatie (WJVF) yang mengadakan kompetisi stedenwedstrijden di Batavia bersama federasi Batavia (VBO) dan Surabaya yang diwakili oleh Soerabajasche Voetbal Unie (SVU, yang merupakan federasi tandingan dari Surabaya), Bandoengsche Voetbal Bond en Omstreken (BVBO, hasil penggabungan BVB dan BVU). Pada kompetisi ini, federasi VBO, SVU, BVBO, Buitenzorg, dan Sukabumi membentuk Nederlandsch-Indische Voetbal Unie (NIVU). Dua minggu kemudian SVB dan SVU bergabung menjadi satu dan seluruh klub SVU kembali berada di bawah SVB yang telah menjadi anggota NIVU. Pada akhir bulan Juli 1935 NIVB resmi dibubarkan dan digantikan oleh NIVU dengan Teddy Kessler dan Leo Lopuisan menjadi ketuanya.[6] NIVU resmi menjadi anggota FIFA pada bulan Mei 1936. Anggota NIVU tidak hanya federasi yang berasal dari Jawa, tetapi juga dari luar Jawa seperti Oost Sumatra (Medan), Makassar, dan juga Voetbal-bond Padang en Omstreken (VPO). NIVU memperkenalkan format kompetisi dengan sistem promosi dan degradasi, di mana tim terakhir harus melalui kualifikasi untuk bertanding di stedenwedstrijden tahun berikutnya. Lihat jugaReferensi
|