Puteri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan
Puteri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan (sebelumnya Puteri Indonesia Perdamaian) adalah adalah gelar yang sejak 2006 diberikan kepada pemenang keempat (runner-up 3) kontes Puteri Indonesia. Sebelumnya, gelar ini diberikan sebagai Puteri Indonesia Perdamaian sejak penyelenggaraan edisi 2016-2018. Namun, mulai edisi 2024, gelar ini resmi diberikan kembali dengan nama Puteri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan. Pemegang gelar Puteri Indonesia Pendidikan dan Kebudayaan saat ini adalah Melati Tedja dari Jawa Timur. Pemegang gelar ini juga berkesempatan menjadi wakil Indonesia dalam ajang kontes kecantikan internasional yakni Miss Grand International (2016–2017). Sejarah2013, 2016–2017: Puteri Indonesia Perdamaian di Miss Grand InternationalPuteri Indonesia Perdamaian merupakan gelar yang diberikan kepada pemenang keempat Puteri Indonesia 2016 hingga 2018. Nama gelar Puteri Indonesia Perdamaian sebelumnya adalah 3rd Runner-up Puteri Indonesia, yang merupakan gelar khusus bagi peserta Puteri Indonesia yang dipilih oleh juri dari tahun 1992 hingga 2015. Pada 2016, gelar 3rd Runner-up mulai diubah menjadi Puteri Indonesia Perdamaian, karena pihak Yayasan Puteri Indonesia telah menandatangani kembali kontrak dengan Miss Grand International untuk mengirimkan wakilnya kembali berkompetisi di ajang Miss Grand International setelah keikutsertaan terakhir Novia Indriani Mamuaja di 2013. Pada 2016, 3rd Runner-up Puteri Indonesia, Ariska Putri Pertiwi berkompetisi di Miss Grand International 2016 atas bimbingan Yayasan Puteri Indonesia dan Puteri Indonesia 2014, Elvira Devinamira, di mana ia berhasil dinobatkan sebagai pemenang. Ia sebelumnya dijadwalkan tidak berkompetisi di ajang internasional manapun, mengingat ia bukan merupakan 3 Besar Puteri Indonesia 2016 yang telah difokuskan untuk berkompetisi di ajang internasional masing-masing. Namun karena banyaknya permintaan dari penggemar, akhirnya Yayasan Puteri Indonesia mengambil kembali lisensi Miss Grand International. Gelar Puteri Indonesia Perdamaian tidak dipilih khusus oleh juri dan otomatis akan diberikan oleh pemenang keempat Puteri Indonesia sejak tahun 2017. Dea Goesti Rizkita dari Jawa Tengah merupakan wanita pertama yang mendapat gelar Puteri Indonesia Perdamaian (de jure), ia dimahkotai oleh pendahulunya, Ariska Putri Pertiwi dibelakang panggung setelah kontes Puteri Indonesia 2017 berakhir. Sebagai penyandang gelar, otomatis Dea berkompetisi di Miss Grand International, ia mewakili Indonesia pada kontes Miss Grand International 2017 dengan berhasil masuk jajaran 10 Besar dan mendapat penghargaan Best National Costume.[1][2] 2018: Dihapusnya gelarPada kontes Puteri Indonesia 2018, Dilla Fadiela yang mewakili provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terpilih sebagai 3rd Runner-up dan diumumkan mendapat gelar sebagai Puteri Indonesia Perdamaian 2018 di akhir acara, ia dimahkotai oleh pendahulunya Dea Goesti Rizkita dari Jawa Tengah dibelakang panggung. Dilla tidak dapat berkompetisi di ajang internasional, karena pihak Miss Grand International telah memutus kontrak lisensi dengan Yayasan Puteri Indonesia. Dilla merupakan wanita terakhir yang menyandang gelar Puteri Indonesia Perdamaian. Pada 2019, karena gelar Puteri Indonesia Perdamaian sebelumnya tidak berkompetisi di kontes internasional, pada akhirnya gelar Puteri Indonesia Perdamaian tidak lagi dipakai oleh pemenang keempat Puteri Indonesia 2019, Annisa Fitriana dari Sumatera Barat . Pihak Yayasan Puteri Indonesia secara tidak resmi mengubah gelar Puteri Indonesia Perdamaian menjadi 3rd Runner-up Puteri Indonesia kembali, yang diberlakukan hingga sekarang. Sejak 2018, sudah tidak ada pemenang keempat Puteri Indonesia yang berkompetisi di ajang internasional. 2023: Puteri Indonesia Pendidikan dan KebudayaanPada 19 Februari 2024 di masa pra-karantina edisi ke-27, Yayasan resmi mengumumkan bahwa mereka telah membeli dan berhasil mendapatkan hak cipta warlaba nasional untuk kontes Miss Cosmo International–sebuah kontes kecantikan baru besutan UNICorp yang berbasis di Kota Hồ Chí Minh, Vietnam.[3] Sejak saat itu, diumumkan format penempatan akhir baru untuk kontes Puteri Indonesia 2024 dengan ditambah satu gelar atribut, ini menandai kembalinya gelar Puteri Indonesia Perdamaian setelah tidak diberikan selama 4 edisi berturut-turut sejak kemenangan Dilla Fadiela dari Daerah Istimewa Yogyakarta pada edisi ke-22. KontroversiPutusnya kontrak lisensi dengan Miss Grand InternationalPenyebab putusnya kontrak lisensi Yayasan Puteri Indonesia dan Organisasi Miss Grand International tidak dapat diketahui pasti, namun sebagian masyarakat dan pecinta kontes kecantikan menganggap putusnya kontrak lisensi tersebut karena munculnya hubungan yang kurang baik antara Yayasan Puteri Indonesia dan Organisasi Miss Grand International. Setelah putus kontrak lisensi, akhirnya lisensi Miss Grand International dimiliki oleh Yayasan Dharma Gantari. Penobatan Dilla FadielaPenobatan Putri Indonesia Perdamaian 2018 menuai banyak kritikan dari masyarakat. Pasalnya, Dilla Fadiela dimahkotai oleh pendahulunya Dea Goesti Rizkita dibelakang panggung, hal ini yang menuai kecaman dari masyarakat dan "Pageant-Lovers" Indonesia, mereka menganggap hal tersebut dianggap sebagai perlakuan kurang adil yang diterima oleh Dilla, mereka juga menganggap bahwa Dilla hanya digunakan sebagai pelengkap pemenang utama saja. Pasalnya, Yayasan Puteri Indonesia hanya fokus pada pemenang 3 Besar utama; Puteri Indonesia, Puteri Indonesia Lingkungan, dan Puteri Indonesia Pariwisata yang berkompetisi di ajang internasional. Daftar pemenang
Galeri pemenangReferensi
Pranala luar |