Pulau Siberut
1°23′S 98°54′E / 1.383°S 98.900°E Siberut adalah pulau terbesar dan paling utara dari Kepulauan Mentawai, terletak 150 kilometer sebelah barat Sumatra di Samudra Hindia. Sebagai bagian dari Indonesia, pulau ini menjadi rumah terpenting bagi Suku Mentawai. Paro barat pulau ini telah ditetapkan menjadi Taman Nasional Siberut pada 1993. Sebagian besar pulau ini ditutupi oleh hutan hujan, tetapi digunakan untuk pembalakan komersial. Pulau-pulau yang lebih kecil yang bertetangga dengan Pulau Siberut adalah Karamajet dan Masokut yang terletak di Selat Bungalaut di selatan pulau ini. Pulau ini dikenal karena sebaran primatanya, di antaranya bilou (Hylobates klossii), langur buntut babi (Simias concolor), langur Mentawai (Presbytis potenziani) dan beruk Pulau Pagai (Macaca pagensis). Siberut terkena dampak tsunami Gempa bumi Samudra Hindia 2004, tetapi seberapa banyak korban jiwa tidaklah diketahui. Sebuah laporan menyatakan bahwa pulau ini mengalami kenaikan dua meter karena gempa bumi. GeografiPulau Siberut memiliki iklim hutan hujan tropis yang basah, dengan curah hujan tahunan 4.000 mm. Suhu berkisar pada 22 sampai 31 °C, dan rerata kelembaban berkisar pada 81-85%. Pesisir timur memiliki pulau-pulau yang sangat kecil, teluk, dan terumbu karang, dan diliputi oleh hutan bakau selebar 2 sebelum memasuki hutan nipah. Pesisir barat diliputi oleh hutan barringtonia dan sukar dijangkau karena kerasnya ombak laut dan terjalnya tebing. Kawasan pedalaman berbukit-bukit dengan ketinggian 384 meter, dengan aliran yang membentuk sungai di hutan rawa dan dataran rendah yang ditumbuhi tanaman sagu. Juga terdapat kawasan hutan primer dipterocarpaceae. Keanekaragaman hayatiSiberut terpencil dari daratan utama dangkalan Sunda sejak pleistosen tengah. Keterpencilan ini menjadi pemicu keanekaragaman hayati, dengan kira-kira 900 spesies tumbuhan vaskular dan 31 spesies mamalia. 65 persen mamalia dan 15 persen hewan lain bersifat endemik pada beberapa tingkatan taksonomi, membuat Siberut unik. Dari 134 spesies burung yang dijumpai di Siberut, 19-nya adalah endemik pada beberapa tingkatan taksonomi. LingkunganSiberut diakui sebagai cadangan biosfer pada 1981. Pada 1993, bagian barat pulau ini ditetapkan sebagai Taman Nasional, seluas 1.905 km². Kira-kira 70% hutan di luar cagar alam digunakan untuk konsesi pembalakan, beberapa basih beroperasi, dan beberapa lainnya ditangguhkan. Pada 2001, UNESCO membawa fase baru pada Program Siberut yang diluncurkannya, dengan penekanan pada perlindungan ekosistem melalui pengembangan lokal. Fasa ini melibatkan penciptaan kemitraan perkumpulan lokal, kelompok perlindungan, dan pemerintah daerah, suatu pendekatan yang kian merakyat. BudayaBeberapa antropolog percaya bahwa beberapa ribu tahun lalu, Suku Batak di Sumatera Utara adalah orang yang pertama mendiami pulau ini. Namun, kini terdapat perbedaan dalam hal budaya dan bahasa di antara para penduduknya.[1] Antropolog asal Swiss, Reimar Schefold menghabiskan waktu bertahun-tahun di antara salah satu kelompok Siberut, yakni Sakuddei.[2] Di barat pulau ini, terdapat tradisi rumah panjang komunal yang disebut uma. Referensi
Bacaan lanjutan
|