Peternakan buluPeternakan bulu atau rambut hewan adalah praktik memelihara hewan spesies tertentu dengan tujuan untuk dimanfaatkan rambutnya sebagai bahan-bahan industri.[1] Beberapa spesies hewan yang paling sering dieksploitasi dalam perdagangan rambut yaitu cerpelai, chinchilla, kelinci, rubah, dan juga koyote.[2][3] Rambut yang berasal dari hewan alam liar tidak dianggap sebagai rambut hewan yang dibudayakan, malah sebaliknya dikenal sebagai "rambut hewan liar". Sebagian besar rambut hewan yang digunakan oleh berbagai penjuru dunia dihasilkan oleh para peternak bulu Eropa.[4][5] SejarahPada zaman Batu, orang biasanya menguliti hewan untuk diambil rambutnya dan digunakan sebagai alat pelindung diri, karena ketika itu mereka tidak memiliki kain. Selain itu, sebagian besar kulit hewan yang mereka gunakan tersebut berasal dari hewan yang telah mereka bunuh untuk dijadikan sebagai makanan dan keperluan lainnya. Tujuan mereka mengambil rambut hewan tersebut adalah untuk dijadikan pelindung diri ketika musim dingin, sehingga mereka dapat terhindar dari penyakit hipotermia.[6] Sementara praktik peternakan rambut yang sering terjadi saat ini menggunakan hewan yang bahkan masih tergolong muda untuk dibunuh dan diambil rambutnya. Bahkan dalam beberapa kasus, hewan yang telah dibunuh dikirim ke kebun binatang untuk dijadikan sebagai makanan.[5] Spesies hewanCerpelai dan rubah merupakan spesies hewan yang paling sering diternakkan untuk diambil rambutnya.[7][8] Selain cerpelai dan rubah, ada juga spesies hewan lain yang dapat diambil rambutnya, seperti chinchilla, kelinci, dan koyote. Dalam beberapa kasus, chincilia dan kucing bahkan dikawin silangkan agar dapat menghasilkan warna bulu baru yang memuaskan bagi konsumen. Bahkan dalam beberapa kasus yang terjadi di Tiongkok, spesies anjing dan kucing juga dipelihara untuk dimanfaatkan rambutnya.[9] Hewan-hewan tersebut sering disiksa dan dipukuli hingga mereka akhirnya dibunuh hanya untuk diambil rambutnya.[10] Rakun, berang-berang, anjing laut dan beruang juga termasuk hewan yang di eksploitasi untuk diambil rambut atau bulunya. Hewan yang memiliki ukuran tubuh yang lebih besar cenderung memiliki rambut yang lebih banyak. Rambut yang lebih banyak tersebut tentu akan memberikan lebih banyak keuntungan juga bagi para peternak rambut. Akan tetapi rambut yang didapatkan dari hewan seperti beruang lebih sering disebut "rambut liar", karena hewan-hewan tersebut tidak dibudidayakan, melainkan diburu. Dampak terhadap lingkunganPencemaran lingkungan sekitarPeternakan bulu intensif pada umumnya menghasilkan kotoran atau limbah ternak dalam jumlah yang sangat banyak, yang secara tidak langsung menjadi sumber penghasil emisi gas rumah kaca, aliran nutrisi, kehilangan keanekaragaman hayati dan masalah lingkungan lain. Selain itu limpasan dari limbah peternakan bulu juga dapat mencemari kualitas tanah dan saluran air.[11] Pencemaran airNutrisi yang berada dalam limpasan kotoran ternak yang berasal dari peternakan rambut hewan dapat memicu pertumbuhan ganggang beracun di saluran air, sehingga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Masalah tersebut juga berdampak pada kualitas air danau yang tidak bisa digunakan ikan untuk berenang. Terlebih lagi, ganggang beracun tersebut juga dapat membatasi jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh spesies hewan air.[12] Berdasarkan laporan dari Universitas Acadia yang dirilis oleh Departemen Lingkungan provinsi pada 2012, peternakan rambut hewan (Mink) kemungkinan besar menjadi sumber utama penyebab masalah kualitas air yang ada di sembilan danau Nova Scotia bagian barat, Kanada.[13][14] Menurut laporan oleh Mike Brylinsky dari Acadia Center for Estuarine Research, survei kualitas air yang dilakukan antara 2008 dan 2012 menunjukkan danau di DAS mengalami degradasi serius.[12] Hilangnya keanekaragaman hayatiPerdagangan rambut atau bulu hewan memiliki dampak parah terhadap keanekaragaman hayati dan dapat mengakibatkan spesies hewan menjadi langka atau bahkan punah.[15][16] Risiko kesehatan bagi manusiaSetelah seekor hewan dikuliti (diambil rambutnya), kulit tersebut harus dirawat dengan dengan prosedur yang benar untuk mencegahnya membusuk.[17] Cara perawatan kulit hewan pada umumnya menggunakan bahan-bahan kimia, termasuk penggunaan formaldehyde, kromium, dan amonia untuk mencegah rambut hewan mengalami biodegradasi.[18][19] Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses perawatan rambut atau kulit hewan dapat berdampak buruk bagi kesehatan konsumen yang memakai produk dan para pekerja yang ada di pabrik pengolahan rambut hewan. Laboratorium independen di Cina, Italia, Belanda dan Jerman menemukan bahwa tingkat racun berbahaya yang ada pada produk jadi dapat menyebabkan alergi, ketidakseimbangan hormon, bahkan kanker.[20][21][22] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
Video |