Pesut
Pesut (Orcaella) atau lumba-lumba air tawar adalah genus (marga) mamalia air yang menghuni wilayah perairan tawar di India, Indocina, Filipina, Kalimantan dan Australia. Nama dan sejarah taksonomiTidak ada catatan fosil. Pesut pertama kali dideskripsikan oleh Sir Richard Owen tahun 1866 berdasarkan satu spesiemen yang ditemukan tahun 1852, di pelabuhan Vishakhapatnum di pantai timur India.[1] Pesut adalah hewan yang tergabung dalam genus Orcaella. Kadang-kadang pesut terdaftar dalam beragam famili yang terdiri dari ia sendiri dan pada Monodontidae dan dalam Delphinapteridae. Sekarang ada persetujuan bahwa pesut termasuk famili Delphinidae. Secara genetis, pesut berhubungan dekat dengan seguni. Nama spesies brevirostris berasal dari bahasa Latin yang berarti berparuh pendek. Tahun 2005, analisis genetik menunjukkan bahwa lumba-lumba sirip pendek Australia merupakan spesies kedua dari genus Orcaella. Seluruh tubuh berwarna kelabu hingga biru tua, bagian bawahnya berwarna lebih pucat. Tidak ada pola yang khas. Sirip punggung kecil dan membulat di tengah punggung. Dahinya tinggi dan membulat; tidak bermoncong. Sirip tangan lebar membulat. Spesies di Kalimantan yang mirip adalah Porpoise tak bersirip, Neophocaena phocaenoides, mirip tetapi tidak punya sirip punggung: lumba-lumba bungkuk, Sausa chinensis, lebih besar, moncong lebih panjang dan sirip punggung lebih besar.[1] Dalam berbagai bahasa Orcaella brevirostris (nama Latin) adalah: Inggris: Irrawaddy dolphin, Dialek lokal Chilika: Baslnyya Magaratau Bhuasuni Magar (lumba-lumba penghasil minyak), Oriya: Khem dan Khera,[1] Prancis: Orcelle, Spanyol: Delfín del Irrawaddy, Jerman: Irrawadi Delphin, Burma: Labai, Indonesia: Pesut, Melayu: Lumbalumba, Khmer: Ph’sout, Lao: Pha’ka and Filipino: Lampasut.[2] Dalam bahasa Thai, salah satu namanya adalah pía loma hooa baht, karena kepalanya yang membundar dianggap menyerupai mangkuk rahib Budhha, hooa baht.[3] Habitat PesutPerairan pesisir tropis Indo-Pasifik Barat (mulai dari Teluk Benggala hingga Asia Tenggara) adalah habitat dari salah satu jenis mamalia air yang bernama lumba-lumba Irrawaddy (Irrawaddy Dolphin). Dalam dunia ilmu pengetahuan, lumba-lumba tersebut dikenal dengan nama ilmiah Orcaella brevirostris Gray, 1866. Di Indonesia, masyarakat menyebutnya pesut; nama yang diambil dan berasal dari sebutan masyarakat lokal yang tinggal di sepanjang S. Mahakam Kalimantan Timur. Sebutan pesut ini secara umum digunakan untuk lumba-lumba Irrawaddy baik yang hidup di perairan laut pesisir maupun di S. Mahakam, Indonesia. Untuk membedakannya, populasi di perairan tawar S.Mahakam disebut dengan nama pesut mahakam.[4] Pesut yang sedang berenang DeskripsiPenampilan pesut mirip dengan beluga, meski lebih berkerabat dengan orka. Spesies ini mempunyai melon (jaringan berlemak dan berminyak di kepala). Moncongnya tidak khas. Sirip punggung yang terletak dua pertiga posterior di punggung, pendek, tumpul, dan segitiga. Sirip tangan panjang dan lebar. Secara keseluruhan ia berwarna cerah, namun lebih putih di bawah tubuh daripada di punggung. Pesut dewasa beratnya lebih dari 130 kg dan panjangnya 2,3 m psaat dewasa. Panjang maksimum yang tercatat adalah jantan 2,75 m dari Thailand.[3] PerkembangbiakanLumba-lumba ini dianggap mencapai kedewasaan seksual pada 7 sampai 9 tahun. Di belahan bumi utara, perkawinan dilaporkan berlangsung pada bulan Desember sampai Juni. Masa hamilnya 14 bulan, melahirkan seekor anak setiap 2 hingga 3 tahun. Saat lahir panjangnya 1 m dan beratnya 10 kg. Anak itu disapih setelah berumur dua tahun. Umur pesut dapat mencapai 30 tahun. Legenda Pesut MahakamKisah legenda Pesut Mahakam berasal dari Kalimantan Timur. Bagi masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim), Pesut mahakam bukan sekadar hewan biasa, tapi merupakan jelmaan manusia. Konon, menurut cerita rakyat, satwa ini merupakan jelmaan sepasang kakak beradik anak dari pasangan petani. Dikisahkan, kedua bersaudara ini ditelantarkan oleh ayahnya. Suatu hari mereka pernah tidak diberi makan. Lalu, karena rasa lapar yang amat sangat, mereka pun masuk ke dalam dapur untuk mencari makan. Kedua bersaudara tersebut kemudian memakan bubur panas yang sedang mendidih dalam priuk. Karena kepanasan keduanya berlari menuju sungai merendamkan tubuh dan menyemburkan udara dari kepala. Hingga akhirnya datanglah orang tua kedua anak tersebut dan mendapati ada dua ekor pesut yang sedang menyemburkan air dari atas kepalanya. Sang ayah hanya bisa menangis, melihat anak-anaknya telah berubah menjadi ikan. Anak-anak yang berubah menjadi ikan tersebut pun sedih melihat ke arah ayahnya. Seolah-olah mengucapkan selamat tinggal, dua ekor ikan jelmaan yang berwarna hitam tersebut kemudian berenang ke tengah Sungai Mahakam dan tidak terlihat lagi. Dua anak-anak kecil tersebut pun hingga kini dipercaya menjadi legenda yang menghuni sungai Mahakam. Masyarakat Kutai menyebut ‘jelmaan’ tersebut dengan pesut atau pasut, sedangkan masyarakat di pedalaman Mahakam menyebutnya dengan bawoi.[5] Lihat PulaRujukan
|