Pertempuran Pulo Aura
Pertempuran Pulo Aura adalah salah satu pertempuran laut minor dalam Peperangan Napoleon, terjadi pada 14 Februari 1804. Dalam pertempuran itu satu konvoi besar East Indiaman, kapal dagang yang dipersenjatai dengan baik, milik Perusahaan Hindia Timur Britania (HEIC) mengintimidasi, mengusir, dan mengejar satu skuadron angkatan laut Prancis yang kuat. Meskipun pasukan Prancis jauh lebih kuat daripada konvoi Inggris, taktik agresif Komodor Nathaniel Dance telah mendesak Laksamana Pertama Charles-Alexandre Durand Linois untuk pergi setelah hanya sekali saling menembak. Dance kemudian mengejar kapal perang Prancis tersebut hingga konvoinya terlepas dari bahaya, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke India Britania. Linois kemudian menyatakan bahwa kapal dagang Britania yang tidak dikawal tersebut dibantu oleh delapan kapal tempur utama (ship of the line), suatu pernyataan yang dikritik oleh para perwira seangkatan dan sejarawan modern. Pertempuran tersebut terjadi dalam masa operasi perampokan kapal dagang yang dilakukan oleh skuadron kapal perang Prancis dipimpin oleh Linois dengan kapalnya Marengo. Linois berlayar ke Samudra Hindia pada 1803 sebelum pernyataan perang di bawah perintah untuk melakukan penjagaan koloni-koloni Prancis dan Belanda di wilayah tersebut dan sesekali menyerang kapal dagang Inggris. Salah satu target terkaya dan paling signifikan adalah "Armada Tiongkok", konvoi tahunan East Indiamen, dari Tiongkok dan pelabuhan-pelabuhan Timur Jauh lainnya yang membawa barang dagangan bernilai jutaan pound sterling. Berita mengenai pecahnya perang baru tiba di Pasifik dan satu-satunya kapal perang yang tersedia untuk menjaga armada tersebut adalah kapal jenis brig milik HEIC bernama Ganges. Informan Belanda memberitahu Linois mengenai tujuan armada dan tanggal keberangkatan dari Kanton ketika Lionis berada di Batavia, Jawa. Kemudian, pada 28 Desember 1803 ia berlayar untuk mencari konvoi tersebut, hingga akhirnya menemukannya pada awal Februari. Meskipun konvoi tidak dilindung kapal perang, Komodor Dance tahu bahwa para pengintai dapat melakukan kesalahan, dari kejauhan menganggap kapal East Indiaman besar adalah kapal tempur utama. Ia mengibarkan bendera lambang skuadron Angkatan Laut Britania dan membentuk posisi tempur. Kapal Linois jelas lebih unggul, tetapi reaksi kapal Inggris membuat Linois terkesima dan ia dengan cepat membatalkan pertempuran. Dance melanjutkan triknya, mengejar Linois selama dua jam hingga konvoi dirasa aman. Raja George III menganugerahi Dance gelar Knight Bachelor atas keberaniannya. Beberapa pedagang dan organisasi menghadiahi ia sejumlah besar uang. Sementara itu, Linois diberi hukuman langsung oleh Kaisar Napoleon atas kegagalannya menekan serangan pada musuh yang lebih lemah dan sangat berharga. Tetapi, ia masih bertugas selama dua tahun berikutnya dan memperoleh beberapa kesuksesan minor dalam serangan terhadap kapal-kapal dagang tanpa pengawalan. Ia mengalami serangkaian kekalahan dan terlibat dalam beberapa pertempuran tidak meyakinkan melawan kapal-kapal Inggris yang lebih lemah. Ironisnya, Linois ditangkap dalam Aksi 13 Maret 1806 oleh sejumlah kapal perang Inggris yang lebih unggul yang ia kira konvoi dagang. Latar belakangSelama Peperangan Napoleon, ekonomi Inggris bergantung pada kemampuan dagangnya dengan Imperium Britania, khususnya koloni-koloni berharga di India Britania. Perdagangan antarkontinen dikendalikan oleh HEIC. Mereka memiliki armada besar kapal dagang yang dipersenjatai dengan baik yang dikenal dengan nama East Indiamen.[1] Kapal-kapal ini memiliki bobot antara 500 hingga 1.200 ton dan mampu membawa hingga 36 senjata sebagai pertahanan. Meskipun demikian, dalam keadaan normal kapal tersebut tidak mampu menandingi fregat atau kapal tempur utama musuh. Senjata mereka biasanya didesain dengan kelas lebih rendah dan para awak lebih kecil dan kurang terlatih dibandingkan dengan kapal perang. East Indiamen hanya berusaha untuk memberikan jaminan keamanan kargo dan penumpangnya, bukan untuk mengalakan kapal musuh dalam pertempuran.[2] Meskipun ada kelemahan ini, dengan ukuran East Indiamen, dari kejauhan kapal ini terlihat mirip dengan kapal tempur utama yang kecil, untuk tipuan biasanya ditambah dengan teknik cat dan meriam tiruan.[3] Pada Insiden Selat Bali 28 Januari 1797 satu konvoi East Indiamen tanpa pengawalan telah menggunakan kelebihan ini untuk mengintimidasi skuadron fregat Prancis yang kuat hingga pergi tanpa perlawanan.[4] Pada Februari 1799 di Makau skuadron gabungan Prancis-Spanyol diusir tanpa bertempur oleh skuadron kecil Angkatan Laut Britania.[5][6] East Indiaman akan berkumpul di pelabuhan di India dan Timur Jauh dan dari sana berangkat ke Inggris dalam konvoi besar, sering membawa barang dagangan bernilai jutaan pounds terling. Perjalanan biasanya menghabiskan waktu enam bulan dan kemudian kembali membawa pasukan dan penumpang untuk menambah kekuatan Britania di India.[7] "Kapal rakyat", kapal dagang berukuran lebih kecil yang disewa untuk perdagangan lokal, kadang-kadang bukan bagian dari HEIC, akan bergabung dengan konvoi tersebut. Untuk melindungi kapal mereka dari bajak laut, HEIC juga mengoperasikan angkatan laut sendiri dengan kapal-kapal bersenjata kecil. Semua langkah ini efektif terhadap penyerangan kecil, tetapi bukan tandingan bagi kapal perang profesional.[8] Melihat pentingnya perdagangan Samudra Hindia dan melihat ancaman perang yang mulai tak terelakkan, Konsul Pertama Napoleon Bonaparte memerintahkan satu skuadron untuk berlayar ke India pada Maret 1803. Pasukan ini dipimpin oleh Laksamana Pertama Charles-Alexandre Durand Linois dan terdiri atas kapal tempur utama Marengo dan tiga kapal fregat. Linois bermarkas di Île de France dengan perintah menyerang kapal-kapal Britania begitu perang dimulai.[9] Saat berlayar ke Pondicherry di India pada bulan Juli, Linois bertemu dengan skuadron Britania dipimpin oleh Laksamana Muda Peter Rainier. Linois belum melakukan serangan karena berita perang dimulai pada 16 Mei baru tiba di Île de France pada bulan Agustus.[10] Bertekad untuk memperkuat kekuatan Prancis di wilayah tersebut, Linois mendaratkan pasukan dan logistik di Réunion dan Batavia. Dalam operasi itu, ia mengirimkan fregat Atalante ke Muscat, yang menangkap sejumlah kapal rakyat dan membakar pos dagang Britania di Bencoolen. Pada 10 Desember ia berlabuh di Batavia selama musim dingin.[11] Tidak lama setelah itu, diperoleh informasi mengenai komposisi dan tanggal keberangkatan "Armada Tiongkok" Britania,[12] yang mendorong Linois pergi untuk mencegatnya. Pada 28 Desember, skuadron Linois, terdiri atas Marengo, fregat Belle Poule dan Sémillante, korvet Berceau dan brig Belanda Aventurier, meninggalkan Batavia. Kapal-kapal tersebut membawa perbekalan untuk enam bulan karena Linois mengantisipasi dengan melakukan patroli di jalur mendekati Selat Malaka di Laut Tiongkok Selatan.[12] Armada Tiongkok adalah konvoi besar tahunan kapal dagang Britania yang berkumpul di Kanton di Sungai Mutiara selama musim dingin sebelum berlayar ke Inggris via India. Saat konvoi melewati Hindia Timur, bergabunglah kapal-kapal dari pelabuhan-pelabuhan Eropa lainnya hingga mencapai lusinan kapal. Tahun 1804 armada berangkat akhir Januari dan saat mendekati Selat Malaka, armada telah bertambah terdiri atas 16 East Indiaman, 11 kapal rakyat, satu kapal dagang Portugis dari Makau, dan satu kapal bersenjata dari Botany Bay di New South Wales.[13] Meskipun HEIC telah menyediakan brig kecil Ganges untuk mengawal, kapal tersebut hanya untuk menghalangi bajak laut; tidak diharapkan untuk menyaingi kapal perang Prancis. Tidak ada pengawalan militer: berita pecahnya perang sampai di Canton sebelum bantuan dari India tiba.[14] Mata-mata di Kanton telah memberikan informasi kepada Linois di Batavia mengenai komposisi dan tanggal keberangkatan Armada Tiongkok,[15] tetapi informan Belanda di Kanton juga telah menyampaikan laporan yang salah bahwa kapal perang Angkatan Laut Britania ikut dalam konvoi itu, laporan yang mungkin telah disengaja disebarkan oleh otoritas Britania.[3] Konvoi tersebut sangat berharga, kargonya berupa teh, sutra, dan keramik bernilai lebih dari £8 juta berdasarkan harga pada saat itu (setara dengan £700.000.000 pada tahun 2024).[16] Terdapat juga 80 tanaman Tiongkok yang dipesan oleh Sir Joseph Banks untuk kebun kerajaan dan dibawa dalam ruang yang dirancang khusus untuk tanaman.[17] Komite Pemilihan HEIC di Kanton sangat mengkhawatirkan keselamatan konvoi tanpa pengawalan itu dan penundaan keberangkatannya telah diperdebatkan. Konsultasi telah dilakukan dengan beberapa nakhoda, termasuk Henry Meriton, yang bersama kapalnya Exeter telah menangkap satu fregat dalam Aksi 4 Agustus 1800 di dekat Brasil.[18] Meriton menyarankan agar konvoi cukup kuat, baik dalam penampilan maupun kenyataan, untuk menangkal semua serangan. Ia ditentang oleh John Farquharson dari kapal Alfred, yang menganggap bahwa awak East Indiamen sangat kurang terlatih hingga tak mampu membela diri jika berhadapan dengan musuh yang gigih.[19] Meskipun demikian, Komite telah memutuskan bahwa keberangkatan armada tidak dapat ditunda lagi dan pimpinan diserahkan pada nakhoda paling berpengalaman, Komodor Nathaniel Dance, seorang perwira tinggi dengan pengalaman di laut lebih dari 45 tahun bersama kapal Earl Camden.[20] PertempuranPukul 08:00 tanggal 14 Februari 1804, Pulo Aura terlihat di barat daya jalur masuk timur Selat Malaka, Royal George memberikan sinyal menggambarkan tiga kapal mendekati konvoi dari arah pulau. Ketiganya adalah skuadron Linois yang telah berlayar di daerah tersebut selama sebulan sebelumnya untuk mengantisipasi kedatangan konvoi. Dance memerintahkan brig Ganges dan Indiaman Alfred, Royal George, Bombay Castle, dan Hope untuk mendekati kapal asing dan menginvestigasi yang dengan cepat mengetahui bahwa mereka adalah kapal perang musuh. Menjelang pukul 13:00, Dance telah mempersiapkan senjata dan mengatur konvoinya, dengan formasi Indiaman berbaris dalam posisi tempur untuk menerima serangan Prancis apabila mereka benar adalah kapal perang.[6] Sepanjang sore hari, skuadron Linois berada jauh di belakang barisan kapal dagang yang bergerak lambat. Dance mengharapkan serangan yang cepat, tetapi Linois sangat berhati-hati dan hanya mengamati konvoi itu, lebih memilih untuk menunggu hingga keesokan pagi sebelum menyerang musuh.[2] Dance memanfaatkan penundaan Linois itu untuk mengumpulkan kapal-kapal dagang kecil di belakang barisan Indiaman, brig Ganges menuntun mereka dan mengumpulkan para sukarelawan dari awak mereka untuk memperkuat pelaut-pelaut di Indiamen.[13] Linois kemudian memberikan alasannya menunda penyerangan konvoi dengan mengatakan perlunya kehati-hatian:
Saat fajar 15 Februari, pihak Inggris dan Prancis mengibarkan bendera masing-masing. Dance berharap dapat meyakinkan Linois bahwa armadanya terdiri atas kapal-kapal perang bersenjata lengkap dan ia lalu memerintahkan brig Ganges dan empat kapal utama mengibarkan bendera biru, sementara lainnya mengibarkan bendera merah. Berdasarkan sistem bendera nasional yang digunakan kapal-kapal Inggris, hal ini menunjukkan bahwa kapal dengan bendera biru adalah kapal perang bagian dari skuadron Laksamana Rainier dan lainnya adalah kapal-kapal dagang di bawah perlindungan mereka.[2] Dance tidak mengetahui bahwa ia telah terbantu oleh informasi yang diterima Linois di Batavia yang menyebutkan bahwa ada 23 kapal dagang dan brig dalam konvoi. Dalam perjalanan, ada tambahan enam kapal dan identitas kapal-kapal itu tidak diketahui oleh Prancis, yang beranggapan bahwa beberapa dari kapal yang tidak diketahui itu adalah kapal perang, apalagi beberapa kapal telah dicat di Kanton menyerupai kapal tempur utama.[21] Pukul 09:00 Linois masih hanya mengamati konvoi, enggan menyerang hingga ia yakin jenis kapal lawan. Dance menanggapi dengan berbaris membentuk formasi tempur dan meningkatkan kecepatan konvoi agar mencapai selat sebelum Linois.[17] Karena konvoi terlihat kurang mengancam, Linois mulai secara perlahan mendekati kapal-kapal Britania.[22] Menjelang pukul 13:00 terlihat jelas bahwa kapal Linois yang lebih cepat membahayakan belakang konvoi dan Dance memerintahkan kapal-kapal utamanya untuk bermanuver, sehingga mereka dapat berada di antara ekor konvoi dan skuadron Prancis. Kapal-kapal Britania berhasil melakukan manuver dan pukul 13:15 Linois membuka tembakan pada kapal utama Royal George yang dinakhodai John Fam Timmins.[21] Royal George dan empat kapal berikutnya, Ganges, Dance's Earl Camden, Warley dan Alfred, semua membalas menembak. Ganges awalnya salah menyerang Royal George. Kapten James Prendergrass di kapal Hope, urutan berikutnya dalam barisan, sangat ingin ikut bertempur, sehingga ia salah memperhitungkan kecepatannya dan bertabrakan dengan Warley.[17] Saling tembak dilakukan dalam jarak jauh selama 43 menit dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.[23] Di Royal George seorang awak bernama Hugh Watt tewas, seorang terluka, dan mengalami kerusakan di lambung. Tidak ada kapal Britania atau Prancis yang melaporkan mengalami kerusakan parah dalam pertempuran itu.[24] Pukul 14:00, Linois melepaskan pertempuran itu, memerintahkan skuadronnya untuk pergi dan berlayar ke timur, menjauh dari konvoi. Untuk memperkuat kesannya sebagai kapal perang, Dance memerintahkan kapal-kapal berbendera angkatan laut, termasuk kapalnya Earl Camden, untuk mengejar kapal Prancis. Tak satupun kapal dagang yang mampu mengimbangi kecepatan kapal Prancis, tetapi upaya pengejaran itu diharapkan dapat mencegah kapal Prancis kembali.[24] Selama dua jam, skuadron Dance mengikuti Linois, Hope mendekat untuk menangkap Aventurier, tetapi akhirnya tak mampu melewati kapal itu. Pukul 16:00, Dance memutuskan untuk mengumpulkan seluruh kapalnya dan kembali ke tujuan semula daripada mengambil risiko serangan dari pihak lain atau tak mampu mengawasi konvoinya dalam kegelapan. Menjelang pukul 20:00, seluruh konvoi Britania telah melempar sauh di jalur masuk Selat Malaka.[25] Pada 28 Februari, kapal tempur Britania HMS Sceptre dan Albion bergabung dan menjaga mereka hingga selama tiba di Saint Helena di Atlantik Selatan. Dari sana HMS Plantagenet mengawal konvoi ke Inggris. Lima kapal penangkap ikan paus dan kapal Carmarthen yang dinakhodai Kapten Doree, juga bergabung. Selain itu kapal Blackhouse, dari pantai Guinea, bergabung di laut.[26][Note 1] Konvoi kembali ke Inggris tanpa ada insiden lain.[22] Skuadron Linois mencapai Batavia beberap hari kemudian setelah pertempuran tanpa bertemu dengan kapal Britania lain. Di sana bergabung Atalante lalu berlayar ke Île de France, tiba pada 2 April.[27] Brig Belanda Aventurier tinggal di Batavia dan di sana kapal itu hancur saat penyerangan oleh Britania pada November 1806.[28] Pemimpin dalam Pertempuran
CatatanReferensi
Bibliografi
Pranala luar
|