Pertempuran Gunung Song
Pertempuran Gunung Song atau dalam bahasa Jepang di kenal dengan Pertempuran Ramou (拉孟 の 戦 い) terjadi pada 1944. Pertempuran ini merupakan bagian dari kampanye barat daya China selama Perang Dunia Kedua. Pertempuran yang terjadi antara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Republik Tiongkok ini terjadi pada 4 Juni 1944 hingga 7 September 1944 di daerah Gunung Song, Tiongkok. PertempuranTentara Revolusioner Nasional bertujuan untuk merebut kembali Jalur Burma sedangkan Angkatan Darat Jepang yang berada di selatan Yunnan berusaha untuk memutus laju pasukan Inggris dan Amerika di utara Burma. Tentara Jepang melakukan pemblokiran jalan selama mungkin. Mereka membangun terowongan dan bunker selama dua tahun dan menjadikan gunung tersebut menjadi benteng pertahanan mereka. Mereka juga membangun lubang-lubang perlindungan yang tersembunyi untuk menyergap pasukan Tiongkok. Wilayah Songshan (dalam bahasa Tionghoa) atau Matsuyama (dalam bahasa Jepang) diblokir hingga ke belakang Sungai Salween. Meskipun pada akhirnya Tentara Revolusioner Nasional dapat menyeberang sungai dengan sedikit kerugian, mereka mendapati pertahanan mereka sangat terbatas. Pada awalnya pasukan Tiongkok tidak menyadari pertahanan Jepang yang cukup kuat dan meremehkan kekuatan Jepang, sehingga mereka mengalami korban yang cukup besar dan akhirnya bergerak lambat serta hati-hati. Serangan Artileri Tiongkok dan Amerika Serikat juga tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap pasukan Jepang yang bersembunyi di bawah tanah. Barulah setelah tiga bulan pertempuran, pasukan Tiongkok akhirnya berhasil merebut kembali Gunung Song melalui pengeboman dan bantuan dari Amerika Serikat. Mereka menggunakan beberapa ton TNT untuk meledakkan terowongan-terongan yang terletak di bawah benteng.[2] Akhirnya setelah menguasai dan membuka kembali Jalur Burma, pasokan pasukan Tiongkok dapat kembali menggunakan jalur darat. Serangan ini merupakan tempat pertama yang direbut kembali oleh pasukan Tiongkok selama berlangsungnya Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Untuk mengenang peristiwa pertempuran ini, pemerintah Tiongkok membangun sebuah taman memorial di atas gunung dengan 402 patung yang mewakili tentara dari Angkatan Darat Ekspedisi Tiongkok dan tersebar di area seluas 190.000 meter persegi.[3] Korban PertempuranDari pihak Jepang, tercatat hanya satu orang yang selamat yaitu Kapten Kinoshita, seorang perwira artileri, sedangkan satu prajurit lain sudah pergi malam sebelum benteng direbut oleh pasukan Tiongkok, untuk mengirimkan informasi ke pusat komando Jepang. Sumber catatan Tiongkok, mereka menangkap tujuh prajurit, tetapi sumber Jepang tidak menyebutkan adanya tahanan. Berdasarkan pengakuan perwira staff senior, Masanobu Tsuji, sekitar 12 orang wanita penghibur Jepang turut bunuh diri menjelang pengepungan dan lima atau enam orang wanita penghibur korea ditangkap oleh pasukan Tiongkok dan Amerika, mereka akhirnya dipulangkan.[4] Referensi
Bacaan lebih lanjut
Bahasa Jepang
|