Padi, Tulakan, Pacitan
Sebelah Utara: Desa Bungur Sebelah Selatan: Desa Jetak dan Desa Sidomulyo Sebelah Timur: Desa Kluwih dan Desa Pagerjo Sebelah Barat: Desa Wonoanti SejarahBerdasarkan cerita dari para sesepuh desa dan beberapa tokoh masyarakat desa Padi, dapat diuraokan dengan singkat bahwa desa Padi sudah ada sejak zaman penjajah Belanda. Pertama kali dipimpin oleh seorang dari Keraton Kartosurohadiningrat yang bernama HADI JAYANINGRAT atau sering disebut dengan sebutan Mbah Jayan. Pada saat itu kondisi desa masih belum menentu, karena masyarakat merasa tercekam oleh kekejaman penjajah Belanda. Masyarakat sangat ketakutan oleh kekejaman fisik tentara Belanda, kehidupan masyarakat sangat memprihatinkan, sumber daya manusia masih sangat rendah, hamper semua orang buta huruf, desa pada saat itu dipimpin oleh seorang demang yang ditunjuk oleh tentara Belanda hingga sampai tahun 1942. Pada saat itu sebenarnya sudah ada pembangunan yang diprakarsai oleh tentara Belanda, walau baru sebatas pembuatan jalan setapak dan jembatan menuju lokasi penghasil pertanian terutama kopi. Alat transportasi yang digunakan saat itu adalah kuda dan juga dipikul oleh pundak manusia. Pada tahun 1942 datanglah tentara Jepang yang ingin menguasai dan mengatur desa sehingga nama Demang diganti dengan nama Lurah yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Carik, Putungan, Jogoboyo dan Kamituwo. Adapun pejabat yang memerintah desa Padi adalah sebagai berikut:
Desa Padi terdiri dari 6 dusun 13 RW dan 40 RT dengan jumlah penduduk 6.224 jiwa dengan perincian laki-laki 3.060 jiwa dan perempuan 3.169 jiwa dan jumlah KK sebanyak 1.678 KK. kebanyakan dari penduduknya berprofesi sebagai petani palawija. Pranala luar
|