Orang Filistin
Orang Filistin (Ibrani: פְּלִשְׁתִּים, Plištim) adalah sebuah kelompok etnik yang disebutkan dalam Alkitab Perjanjian Lama. Sumber-sumber Rabinis menerangkan bahwa orang Filistin yang disebutkan dalam Kitab Kejadian tidak sama dengan orang Filistin yang disebutkan dalam kitab-kitab sejarah deuteronomistis (Kitab Yosua, Kitab Hakim-hakim, Kitab Samuel, Kitab Raja-raja).[1] Kitab-kitab sejarah deuteronomistis menggambarkan negeri orang Filistin sebagai sebuah pentapolis di barat daya Levant yang terdiri atas lima negara kota yakni Gaza, Askelon, Asdod, Ekron, dan Gat, mulai dari Wadi Gaza di selatan sampai ke Sungai Yarkon di utara. Penggambaran ini menampilkan mereka pada suatu masa sebagai salah satu seteru paling berbahaya bagi Kerajaan Israel.[2] Di lain pihak, kanon Alkitab Kristen Timur, LXX, menggunakan istilah "allophuloi" (bahasa Yunani: ἀλλόφυλοι) yang berarti "orang-orang lain" sebagai ganti istilah "filistin." Sejumlah ayat Alkitab mempertalikan orang Filistin dengan kelompok-kelompok lain dalam Alkitab seperti orang Kaftorim serta orang Kreti dan orang Pleti, yang telah diidentifikasikan sebagai Kreta[3] sehingga menimbulkan teori yang sudah lama diyakini bahwa mereka berasal dari kawasan Aegea,[4] meskipun kini telah dipertanyakan kembali.[5][6][7] Pada 2016, penemuan sebuah lokasi pemakaman orang Filistin yang sangat luas, mencakup 150 makam, tampaknya meneguhkan teori akan asal usul Aegea orang Filistin. Uji genetis pada tulang-belulang manusia yang didapati dalam penemuan itu tentunya akan menghasilkan informasi yang lebih mendalam lagi.[3][8][9][10]
Tahun 1940-an, tanah Palestina mulai banyak didatangi kaum Arab imigran. Ketika bangsa Israel (Yahudi) mulai pulang ke tanahnya kembali sebagai aksi Zionisme , mulailah timbul pergesekan antara bangsa Israel kaum Arab pendatang. Dan ketika Israel memproklamirkan kemerdekaannya tahun 1948, mulai timbullah pertikaian antara bangsa Israel dan kaum Arab pendatang. Dan peperangan pun tak dapat dihindari mulai tahun 1948 sampai sekarang ini yang selalu dimenangkan oleh Israel. Dan hampir seluruh wilayah Canan (yang sekarang bernama Palestina), telah dikuasai oleh bangsa Israel (Yahudi). Belakangan, kaum Arab pendatang mulai memproklamirkan mereka sebagai bangsa Palestina, untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan internasional.[12] Etimologi"Orang Filistin" dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Arab فلستيون, yang merupakan padanan untuk kata Philistinus dalam bahasa Latin Klasik (terdapat dalam karya-karya tulis Yosefus), dari bahasa Yunani Akhir Philistinoi (Phylistiim dalam Septuaginta - terdapat dalam karya-karya tulis Filo), dari bahasa Ibrani Plištim, (misalnya dalam Taurat: Kejadian 21:34:(TB), "di negeri [orang?] Plištim" בארץ פלשתים; dalam Kedua Belas Neviyim kecil: Hakim-hakim 14:3:(TB); 1 Samuel:17:36-(TB); Amos 1:8:(TB)), yang berarti "orang-orang Plešt".[13] Istilah Ibrani "pelisytim" muncul 286 kali dalam naskah Masora dari Alkitab Ibrani (dari jumlah itu, 152 kali muncul dalam Kitab Samuel Pertama). Istilah ini juga muncul dalam Taurat Samaria.[14] Dalam sastra sekunder berbahasa Aram, yakni Penglihatan-penglihatan Amram (4Q543-7), terdapat penggunaan istilah "Filistia". Kitab ini dapat diperkirakan berasal dari zaman "sebelum masa pemerintahan Antiokhus IV dan sebelum timbulnya pemberontakan Ḥasymona'im", mungkin sekali pada masa jabatan Imam Besar Israel Onias II; Kitab Yobel 46:1-47:1 agaknya menggunakan Kitab Penglihatan-penglihatan Amram sebagai salah satu sumbernya.[15] Dalam Alkitab versi Yunani yang disebut Septuaginta, istilah padanannya, phylistiim muncul 12 kali, juga di dalam Pentateukh.[16] BahasaTidak ada yang diketahui secara pasti tentang bahasa yang dituturkan oleh orang Filistin. Pecahan tembikar dari periode sekitar 1500-1000 SM telah ditemukan memuat prasasti dalam bahasa non-Semit, termasuk satu tembikar yang ditulis dalam Aksara Siprus-Minoa.[17] Alkitab tidak menyebutkan masalah bahasa antara orang Israel dan orang Filistin, seperti halnya dengan kelompok lain sampai pendudukan oleh Asyur dan Babilonia.[18] Kemudian, Nehemia 13:23-24 menulis di bawah Achaemenid mencatat bahwa ketika pria Yudea mengawinkan wanita dari kota Moab, Amon, dan Filistin, setengah dari keturunan pernikahan Yudea dengan wanita dari Asdod hanya dapat berbicara bahasa ibu mereka, Ašdôdît, bukan Ibrani Yudea (Yehûdît); meskipun pada saat itu bahasa ini mungkin merupakan dialek bahasa Aram.[19] Ada beberapa bukti terbatas yang mendukung asumsi bahwa orang Filistin pada mulanya adalah suatu penutur bahasa Indo-Eropa Kuno, mungkin penutur bahasa Yunani Kuno atau bahasa Luwia dari pesisir Asia Kecil, berdasarkan beberapa kata yang berhubungan dengan Filistin yang ditemukan dalam Alkitab tidak tampak berhubungan dengan bahasa Semit lainnya.[20] Teori-teori semacam itu menunjukkan bahwa unsur-unsur Semit dalam bahasa tersebut dipinjam dari tetangga mereka di wilayah tersebut. Misalnya, kata Filistin untuk kapten, yaitu "seren", mungkin terkait dengan kata Yunani, yaitu tyrannos (dianggap para ahli bahasa telah diserap dari bahasa Anatolia, seperti bahasa Luwia atau Lidia[20]). Meskipun sebagian besar nama orang Filistin memakai nama Semit (seperti Ahimelekh, Mitinti, Hanun, dan Dagon),[18] beberapa nama Filistin, seperti Goliat, Akhis, dan Pikhol, tampaknya berasal dari non-Semit, dan etimologi Indo-Eropa telah disarankan. Penemuan prasasti terbaru yang ditulis dalam Hieroglif Luwia di Palistin memperkuat hubungan antara bahasa Kerajaan Palistin di Anatolia dan orang Filistin di Syam barat daya.[21][22][23] Catatan AlkitabTradisi Ibrani yang tercatat dalam Kejadian 10:14 menyatakan bahwa "Filistim" (פלשתים, Ibrani Standar Pəlištim, Ibrani Tiberias Pəlištîm) berasal dari Kasluhim, yaitu keturunan dari Mizraim (Mesir), anak Ham. Orang Filistin tinggal di Filistia (פלשת, Ibrani Standar Pəléšet/Pəlášet, Ibrani Tiberias Pəléšeṯ/Pəlāšeṯ) di sepanjang pantai timur Laut Tengah pada masa bangsa Israel menetap di dataran tinggi Yudea. Acuan Alkitab kepada orang Filistin yang hidup di daerah ini sebelum masa ini, pada masa Abraham atau Ishak (lihat Kejadian 21:32-34) dianggap anakronistik oleh sebagian ahli modern. Kelompok ini juga disebut-sebut dalam Kitab Nabi Amos dan digambarkan berasal dari Kaftor: "Bukankah Aku telah menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari Kir?" (Amos 9:7). Kemudian, pada abad ke-7 SM, nabi Yeremia juga menyebutkan bahwa mereka berasal dari Kaftor. Para sarjana menghubungkan Kaftor dengan Siprus dan Kreta serta tempat-tempat lainnya di Laut Tengah sebelah timur. Penggunaan IstilahPara penulis Inggris pada abad XIX dan awal abad XX kadang-kadang menyebut orang Arab Palestina sebagai "orang Filistin." Ini dikarenakan keyakinan akan kaitan yang kuat antara orang Palestina dengan orang Filistin, dan sebagai ungkapan yang menunjukkan bahwa kata "Filistin" berarti "penduduk asli Palestina". Lihat pulaReferensiKutipan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Philistines.
|