Nada Sōsō (film)
Nada Sōsō (涙そうそう , Air Mata Tak Berhenti Mengalir) (juga dikenal dengan judul Tears for You) merupakan sebuah film Jepang yang dirilis pada tahun 2006, disutradari oleh Nobuhiro Doi. Film ini dibintangi oleh Satoshi Tsumabuki dan Masami Nagasawa. Film ini ditayangkan perdana di Jepang pada tanggal 30 September 2006 di Toho Theatre. Film ini menceritakan perjuangan seorang pemuda yang bekerja keras agar dapat membuka restoran. Ia tinggal bersama adik tirinya, dan menyayanginya meskipun tidak ada hubungan darah di antara mereka. Bahkan ia mengesampingkan kondisi kesehatannya demi bekerja keras agar dapat melihat adiknya hidup bahagia. Pada akhirnya, maut memisahkan mereka. Cerita tersebut terinspirasi dari lirik lagu yang ditulis oleh penyanyi Jepang Ryoko Moriyama dengan judul yang sama, yang mengekspresikan perasaan kehilangan seorang saudara.[1] Sutradara Nobuhiro Doi mengadopsinya menjadi motif cerita untuk menggambarkan kehangatan cinta antara kakak adik yang tidak memiliki hubungan darah.[1] Alur ceritaNada Sōsō bercerita tentang kehidupan seorang pemuda bernama Yōtaro Aragaki (Satoshi Tsumabuki) yang hidup mandiri di Naha, sebuah kota di kepulauan Okinawa. Pada suatu hari, Kaoru (Masami Nagasawa)—adiknya yang tinggal terpisah dengannya selama bertahun-tahun di pulau lain—memutuskan untuk melanjutkan sekolah sebagai siswi SMA di Naha. Yōtaro tahu bahwa ia tidak memiliki hubungan darah dengan adiknya; namun Kaoru tidak mengetahuinya. Ayah Kaoru adalah seorang musikus Jazz, yang kemudian pergi meninggalkan keluarganya. Seiring kepergiannya, ibu Yōtaro jatuh sakit, kemudian meninggal. Akhirnya, Yōtaro dan Kaoru tinggal bersama nenek mereka. Pada usia 16 tahun, Yōtaro kembali ke Naha, tidak melanjutkan pendidikan dan memutuskan untuk bekerja. Setelah Yōtaro dan Kaoru bertemu kembali, kehidupan Yōtaro semakin ramai. Atas bantuan Tuan Kameoka, Yōtaro berhasil mendapatkan lahan dan modal untuk membangun restoran. Tetapi saat impian itu terwujud, ia menyadari bahwa ia telah ditipu, dan lahan yang dipakainya untuk mendirikan restoran adalah ilegal. Demi membantu kakaknya, Kaoru bekerja sambilan secara diam-diam, tetapi Yōtaro mengetahuinya dan sangat tidak setuju. Kaoru pun kecewa, dan dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan ayahnya, yang memberitahu bahwa tidak ada hubungan darah antara Yōtaro dengannya. Hari berikutnya, setelah melihat pengumuman kelulusan di SMA, Kaoru memutuskan untuk tinggal terpisah dengan Yōtaro dengan alasan agar lebih dekat dengan kampusnya, Universitas Ryukyu. Kemudian, Yōtaro mengetahui bahwa ayah tirinya telah membeberkan rahasia kepada Kaoru. Yōtaro marah atas tindakan ayah tirinya, tetapi semua sudah telanjur terjadi; Kaoru tetap pergi meninggalkan Yōtaro. Satu setengah tahun kemudian, Kaoru mengirimkan surat pada Yōtaro bahwa ia akan mengikuti upacara Hari Kedewasaan. Yōtaro pun bekerja keras agar dapat memberikan hadiah kepada adiknya saat upacara itu berlangsung. Pada suatu malam, badai melanda wilayah Okinawa, merusak jendela rumah kontrakan Kaoru. Dalam keputusasaan, Yōtaro muncul dan segera menolongnya. Saat badai mereda, Kaoru menyadari bahwa Yōtaro sedang demam tinggi. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter mengatakan bahwa Yōtaro menderita radang penyakit jantung parah, yang disebabkan kerja keras secara berlebihan. Tak lama kemudian, Yōtaro meninggal dunia. Tak beberapa lama setelah pemakaman kakaknya, Kaoru menerima hadiah yang dikirim oleh Yōtaro lewat pos, yang dipersiapkan jauh sebelum hari kematiannya. Setelah dibuka, ia mendapati sebuah kimono dan sepucuk surat. Ia pun membaca surat tersebut, kemudian menangis dan menyadari bahwa selama ia kuliah, kakaknya telah bekerja keras demi memberikan hadiah itu untuknya. Pemain
Respons dan penghargaanFilm ini merupakan salah satu film terlaris di Jepang, termasuk film dengan penghasilan kotor tertinggi saat dirilis pada akhir tahun di Jepang,[2] dengan pendapatan melebihi 3 miliar yen.[3] Dari perilisannya di beberapa negara di Asia, film ini memperoleh pendapatan sebanyak USD 6.402.070.[4] Film ini menempati peringkat ke-9 sebagai film terlaris di Jepang pada tahun 2006, dengan film Tales from Earthsea menempati posisi puncak.[5] Meskipun demikian, film ini dinominasikan sebagai film terburuk pada tahun 2006 dalam ajang Bunshun Kiichigo Awards (Bunshun Rapsberry Awards).[6] Film ini menempati urutan ke-4 sebagai film terburuk tahun itu, sedangkan film Tales from Earthsea menempati peringkat pertama.[6] Dalam penghargaan yang sama, Masami Nagasawa yang memerankan Kaoru Aragaki dinominasikan sebagai aktris terburuk pada tahun 2006 atas perannya dalam film itu.[7] Komentar Mark Schilling dalam The Japan Times menyatakan bahwa film tersebut "memiliki rasa lebih dari sekadar perjuangan keras, waktu dan tempat yang terkesan hidup, namun kegigihan, pengorbanan, dan kematian tokoh utama sudah biasa didapati seperti mencari sumpit."[8] Kritikus film Victor Chan mengomentari film tersebut, dan menyatakan "Nada Sou Sou mengumbar akting bagus para pemainnya, dan gaya sederhana namun bersahajanya mengimbangi latar pedesaan Okinawa yang kuat, membuat film ini sebagai penguras air mata yang tidak hanya menghibur remaja penggemar film Jepang, tapi juga penonton yang lebih tua yang ingin mendapatkan film bagus yang bisa mencucurkan air mata."[9] Calvin McMillin, yang mengulas untuk LoveHKFilm, mengkritik hubungan antara Tsumabuki dan Nagasawa, dan berkata bahwa mereka "melakukan pekerjaan sebagai pasangan kekasih yang cocok, tetapi penampilan mereka agak kurang memuaskan saat pembuatannya. Meski cukup menyenangkan, tampaknya Tsumabuki tidak mampu menangani adegan emosional, sebagaimana ia selalu kelihatan mau tertawa bahkan saat berurai air mata." Ia mengkritik akting Nagasawa dengan menyatakan "[ia] terlalu riang gembira (mungkin tak disengaja) di bagian awal film sehingga lebih cocok sebagai tokoh yang kehadirannya mengganggu daripada tokoh yang harus disayangi. Bagaimanapun, penampilan Nagasawa berkembang pesat seiring banyaknya aspek dramatis alur cerita mulai memuncak." Ia juga menggarisbawahi bahwa kegagalan utama film itu saat mencoba mematuhi estetika "Cinta Sejati" yang para pembuat film benar-benar mengabaikan rintangan yang dapat muncul dari hubungan romantis antara saudara tiri dengan sengaja menghindari masalah bagaimanapun caranya." [10] Referensi
Pranala luar
|