Mentayan, Bantan, Bengkalis
Mentayan adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Indonesia. Luas desa ini 11 km², jumlah penduduk 1.141 jiwa dan kepadatan penduduk 104 jiwa/km². SejarahSekitar 60-70 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 1950. Beberapa nelayan yang berasal dari pulau besar Sumatera, Bengkalis, Mentayan Batu dan Bengkalis sendiri sering berlabuh di kuala Sei. Liong, karena Sei. Liong ini panjang, dan para nelayan ini sering berlabuh dan menetap sementara di daratan tanah ini dan di antara nelayan ini ada yang membuka lahan untuk dijadikan tempat tinggal karena merasa nyaman, di tempat ini juga nelayan ini berangsur membuka lahan pertanian untuk bercocok tanam. Ketika itulah mereka mendapati wilayah ini sangat sesuai untuk tanaman padi ladang, dan itu terbukti memang benar sehingga sampai saat ini wilayah tersebut menjadi lambang beras No. 1 di wilayah kecamatan Bantan. Seiring berjalannya waktu, profesi nelayan-nelayan ini ada yang berubah menjadi petani dan ada juga yang menjadi pelaut yang menyeberang ke Malaysia yang populer disebut SEMOKEL (Smok Kell), yang mungkin karena sifatnya menyeludup maka ada perintah untuk mematikan rokok agar tidak ketahuan oleh pihak berwenang saat itu, dan semokel itu sendiri sempat mencapai puncaknya sekitar tahun 1970-an yaitu pengiriman TKI ilegal. Kembali ke sejarah, masih dengan kegiatan para nelayan ini karena ada yang berprofesi menjadi petani maka mereka membuka ladang ini lewat tepian Sei. Liong. Dalam proses perjalanan inilah mereka menemukan beberapa gentong (Tempayan), sementara pembuka yang dari tepian Sei. Liong adalah dari suku melayu maka disebut Tempayan dan sejak saat itulah mereka menyebut wilayah ini Tempayan yang akhirnya dengan sendirinya berubah menjadi Mentayan. Jauh sebelumnya Mentayan hanya sebuah lingkungan Rukun Tetangga (RT) ketika itu dibawah kepemimpinan Desa Selat Baru, menurut sesepuh atau Kepala Desa waktu itu H. Bakrie, Mentayan terdiri dari tiga parit, yang pertama parit Sumo, seterusnya parit Lamijo, dan parit Kabeb. Parit Sumo di tepian pantai papal, parit lamijo di tengah dan parit kabeb di sudut selatan yang antara lain parit Mangun dan H. Ikhsan. Ketika Selat Baru mekar maka lahirlah desa Mentayan dan Mentayan berubah menjadi Rukun Keluarga (RK) atau Rukun Warga (RW) saat itu, seiring dengan berjalannya waktu terbentuklah Mentayan menjadi sebuah dusun dengan nama dusun IV Mentayan. Pada tanggal 18 Desember 2013, dusun ini disarankan menjadi sebuah desa dengan digabungkannya satu RW di dusun Belas waktu itu. Tiga tahun perjuangan pemekaran ini selain keputusan menteri desa juga tidak terlepas dari perjuangan teman-teman forum desa pemekaran sekabupaten Bengkalis yang akhirnya terealisasikan pada tanggal 18 Desember 2013 berkat kerja sama dari pihak terkait. Dan pada akhirnya jadilah Mentayan sebuah Desa definitif pada tanggal 28 Agustus 2017. EkonomiSektor usaha yang menjadi penopang utama perekonomian masyarakat Mentayan adalah sektor Pertanian. Komoditas Pertanian yang menjadi basis ekonomi masyarakat adalah komoditas Padi. Luas Pertanian Padi di Desa Mentayan mencapai 200 Ha atau setara dengan 30,78% dari luas total wilayah Desa. Komoditas Pertanian lain yang menjadi sektor usaha masyarakat adalah jahe/sayur dan beberapa komoditas buah-buahan. Berdasarkan tata guna lahan existing Desa Mentayan adalah komoditas buah-buahan yang dikembangkan masyarakat Mentayan adalah Durian, Jambu Madu, Lengkeng, Mangga, dan Jeruk. BudayaPenduduk Desa Mentayan berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan berasal dari Suku Jawa, sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Mentayan dan hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat. Kehidupan beragama masyarakat Desa Mentayan masih sangat kental akan nilai-nilai agamanya. Kehidupan beragama ini ditandai dengan adanya Majelis Taqlim setiap malam jumat di meunasah, dan juga pengajian oleh anak-anak di tingkat RT dan Dusun yang ada Desa Mentayan. Kehidupan masyarakat juga sangat rukun dan damai. Meskipun kegiatan bergotong royong dilakukan tidak rutin dalam artian dilakukan jika akan dilaksanakan acara tertentu saja, masyarakat tetap turut serta dalam gotong royong ini saat acara tersebut hendak dilaksanakan. |