Makanan superMakanan super adalah istilah yang digunakan kepada makanan yang memiliki nutrisi dan manfaat yang relatif tinggi bagi kesehatan.[3] Namun lembaga Cancer Research UK menyatakan bahwa istilah "makanan super" tidak berdasarkan pada definisi secara ilmiah untuk menyebut hal tersebut melainkan hanya istilah pemasaran produk saja.[4] Makanan yang disebut "super" sering kali merupakan makanan yang mengandung antioksidan, vitamin, atau nutrisi lainnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan makanan lain.[5] Istilah "makanan super" tidak digunakan oleh pakar nutrisi yang sering kali meragukan manfaat makanan super yang dipromosikan oleh pihak tertentu.[6] Sejak Juli 2007, Uni Eropa melarang suatu produk dipasarkan sebagai "makanan super" kecuali didampingi oleh bukti ilmiah dan medis yang mendukung hal tersebut.[7] Berbeda dengan istilah makanan super, makanan fungsional digunakan untuk menjelaskan makanan yang memiliki manfaat khusus terhadap fisiologis tubuh secara spesifik, misal terhadap hati atau ginjal, untuk meningkatkan kondisi maupun pencegahan penyakit. Istilah makanan fungsional digunakan di Uni Eropa dan Jepang, dan bukan merupakan obat maupun suplemen.[8] ContohContoh makanan yang diklaim sebagai makanan super umumnya berupa buah beri, buah geluk, serealia semu, sayuran hijau, ikan berminyak, serealia utuh, dan sebagainya. Blueberry yang disebut dengan makanan super masih belum terbukti memiliki khasiat super.[9] Blueberry hanya memiliki tiga nutrisi yang terkandung dalam jumlah tinggi, yaitu Vitamin C, Vitamin K, dan mangan.[2] Istilah "makanan super" bukan berarti makanan yang aman untuk dikonsumsi. Gulma laut yang dipromosikan sebagai makanan super, mengandung toksin yang terdapat pada spesies tertentu.[6] Makanan yang dipromosikan super lainnya seperti chia, goji, dan rumput gandum belum memiliki khasiat yang terbukti secara ilmiah. Konsumsi "makanan super" tersebut secara berlebihan, terutama oleh penggila diet, berisiko menggantikan porsi makanan dengan nutrisi seimbang yang biasa dikonsumsi sehingga dapat berakibat buruk.[10] Namun berbagai jenis makanan yang sudah disebut "super" telah diproses oleh industri untuk didapatkan ekstraknya sebagai strategi pemasaran produk tertentu, misal teh hijau dengan polifenolnya dan kedelai dengan isoflavonnya.[11] Meski manfaat konsumsi teh hijau masih belum terbukti secara luas[12] dan cenderung disalah-artikan serta memberikan miskonsepsi terhadap apa sebenarnya manfaat kesehatan dari produk tersebut. FDA telah melarang iklan yang mengklaim teh hijau memiliki manfaat dalam mencegah kanker karena belum terbukti secara ilmiah.[13] Lihat pulaReferensi
|