Mahāsāṁghika
Mahāsāṃghika (Brahmi: 𑀫𑀳𑀸𑀲𑀸𑀁𑀖𑀺𑀓, "bagian dari Sangha Besar", Pinyin: Dà zhòng bù) adalah salah satu dari pembagian besar aliran Buddhis awal di India. Mereka adalah salah satu dari dua komunitas awal yang muncul dari perpecahan pertama dari Buddhisme prasektarian (aliran lainnya bernama Sthavira nikāya). Perpecahan ini secara tradisional dianggap terjadi setelah Sidang Buddhis Kedua, yang terjadi pada suatu saat selama atau setelah pemerintahan Asoka. Mahāsāṃghika nikāya berkembang menjadi banyak aliran yang menyebar ke seluruh penjuru India kuno. Beberapa ahli berpendapat bahwa Vinaya Mahāsāṃghika (aturan monastik) mewakili sumber monastik Buddhis tertua. Meskipun tradisi Mahāsāṃghika sudah tidak ada lagi, banyak ahli memandang tradisi Mahāsāṃghika sebagai sumber awal beberapa gagasan yang kemudian diadopsi oleh Buddhisme Mahāyāna. Beberapa dari gagasan ini mencakup pandangan bahwa Buddha adalah makhluk yang sepenuhnya transenden (istilah "lokottaravada", "transendentalisme"), gagasan bahwa ada banyak Buddha dan bodhisattva sezaman di seluruh alam semesta, doktrin tentang kemurnian dan kecerahan yang melekat pada alam semesta. pikiran (Sanskerta: prakṛtiś cittasya prabhāsvarā), doktrin kesadaran refleksif (svasamvedana), dan doktrin prajñapti-matra (nominalisme absolut atau konseptualisme murni). PenyebaranPusat awal dari aliran Mahāsāṃghika terdapat di Magadha, tetapi mereka juga mndirikan pusat-pusat penting seperti di Mathura dan Karli.[1] Kukkuṭika terletak di India timur sekitar Vārāṇasī dan Pāṭaliputra dan Bahuśrutīya di Kośala, Andhra, dan Gandhara. Subaliran Lokottaravāda sendiri mengaku merupakan 'Negeri Tengah', yaitu wilayah Cekungan Gangga di utara India. Mahāsāṃghika dan subaliran Lokottaravāda juga memiliki pusat-pusat di wilayah Gandhara. Ekavyāvahārika tidak diketahui dari waktu kemudian.[2] Cabang Caitika berpusat di wilayah Pesisir Andhra dan terutama di Amarāvati dan Nāgārjunakoṇḍā. Cabang Caitika ini termasuk Pūrvaśaila, Aparaśaila, Rājagirika, dan Siddhārthika. Akhirnya, Madhyadesa menjadi rumah bagi Prajñaptivādin.[3] Situs-situs Buddhis kuno Lembah Krishna, termasuk Amarāvati, Nāgārjunakoṇḍā, dan Jaggayyapeṭa, "dapat ditelusuri setidaknya hingga abad ketiga SM, jika tidak lebih awal."[4] Kuil-kuil gua di Gua Ajaṇṭā, Gua Ellora, dan Gua Karla dikaitkan dengan Mahāsāṃghika.[5] Asal mulaSebagian besar sumber menempatkan asal mula Mahāsāṃghika pada saat Konsili Buddhis Kedua. Tradisi-tradisi mengenai Konsili Kedua membingungkan dan ambigu, tetapi disepakati bahwa hasil keseluruhannya adalah perpecahan pertama dalam Sangha antara Sthavira nikāya dan Mahāsāṃghika nikāya, meskipun tidak disepakati oleh semua mengenai faktor penyebab perpecahan ini.[6] Andrew Skilton telah mengemukakan bahwa masalah laporan-laporan kontradiktif diselesaikan oleh Śāriputraparipṛcchā Mahāsāṃghika, yang merupakan laporan mengenai skisma yang paling awal dan masih bertahan.[7] Dalam laporan ini, konsili berlangsung di Pāṭaliputra mengenai persoalan vinaya, dan dijelaskan bahwa perpecahan tersebut disebabkan karena mayoritas (Mahāsaṃgha) menolak untuk menerima penambahan aturan-aturan ke dalam Vinaya oleh minoritas (Sthavira).[7] Karenanya, para Mahāsāṃghika melihat Sthavira sebagai kelompok yang memisahkan diri yang berusaha untuk mengubah Vinaya asli.[8] Para akademisi umumnya setuju bahwa masalah perselisihan itu memang masalah vinaya, dan telah mencatat bahwa laporan Mahāsāṃghika ini didukung oleh naskah-naskah vinaya itu sendiri, karena vinaya-vinaya yang terkait dengan Sthavira berisi aturan-aturan yang lebih banyak daripada aturan dalam Vinaya Mahāsāṃghika.[7] Oleh karena itu, pengetahuan modern umumnya setuju bahwa Vinaya Mahāsāṃghika merupakan yang tertua.[7] Menurut Skilton, para akademisi masa depan mungkin menentukan bahwa sebuah studi mengenai aliran Mahāsāṃghika akan memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik mengenai Dhamma-Vinaya awal daripada aliran Theravada.[8] Lihat jugaReferensi
Bibliografi
Pranala luar
|