Lempeng SangiheLempeng Sangihe dipaparkan pada tahun 1990-an sebagai lempeng mikro di Zona Tabrakan Laut Maluku, Indonesia timur. Tektonika bagianSusunan tektonik wilayah Laut Maluku cukup unik. Ini adalah satu-satunya contoh tabrakan antarbusur aktif di dunia yang menenggelamkan sebuah cekungan samudra melalui subduksi secara dua arah. Lempeng Laut Maluku telah ditenggelamkan oleh dua lempeng tektonik mikro, Lempeng Halmahera dan Lempeng Sangihe. Kerumitannya saat ini dikenal sebagai Zona Tabrakan Laut Maluku. Keberadaan Sangihe sebagai lempeng tektonik yang terpisah dari Lempeng Laut Maluku belum disepakati oleh para paleogeolog. Ada yang melihat Sangihe sebagai sambungan barat Lempeng Laut Maluku dan Halmahera sebagai sambungan timurnya. Hal yang tampak saat ini adalah Sangihe merupakan bagian dari perpanjangan Laut Maluku yang bersubduksi pada masa Neogene antara 45 dan 25 juta tahun yang lalu.[1] Seismisitas menunjukkan lempeng Sangihe mencapai kedalaman sekitar 650 kilometer (400 mi).[2] Baik Sangihe maupun Halmahera terekspos ke permukaan, sedangkan lempeng Laut Maluku sepenuhnya tenggelam di bawah dua lempeng mikro ini. Batas selatan Lempeng Laut Maluku juga merupakan batas Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Australia. Batas tersebut bergerak ke atas. Karena Lempeng Sangihe dan Halmahera bersambung dengan Lempeng Laut Maluku, ini berarti ketiga sambungan tersebut bergerak ke utara di mantel bersama Lempeng Australia.[1] Lihat pulaReferensi
|