Kōtoku-in
Kōtoku-in (高徳院 ) adalah sebuah kuil Buddhis dari sekte Jōdo-shū di kota Kamakura di Prefektur Kanagawa, Japan. Nama gunungnya adalah Taiizan (大異山 ), dan nama kuil umumnya adalah Shōjōsen-ji (清浄泉寺 ). Kuil tersebut dikenal karena Buddha Raksasa Kamakura (鎌倉大仏 , Kamakura Daibutsu), sebuah patung perunggu Amitābha luar ruangan yang monumental, yang merupakan salah satu ikon paling terkenal Jepang. Patung ini juga ditetapkan sebagai Pusaka Nasional, dan salah satu dari dua puluh dua situs bersejarah yang termasuk dalam proposal Kamakura untuk dimasukkan ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Kamakura DaibutsuBuddha Raksasa Kamakura (鎌倉大仏 , Kamakura Daibutsu) adalah patung perunggu besar dari Amitābha, terletak di halaman kuil. Termasuk dasarnya, patung ini memiliki tinggi 13.35 m dan berat sekitar 93 ton.[1] Menurut catatan kuil, patung ini berasal dari sekitar 1252, pada zaman Kamakura.[2] Patung ini berongga, dan pengunjung dapat melihat bagian dalamnya. Banyak pengunjung telah meninggalkan grafiti di bagian dalam patung tersebut.[3] Pada suatu waktu, ada tiga puluh dua kelopak teratai perunggu di dasar patung, tetapi hanya empat yang tersisa, dan sudah tidak ditempatkan di situ.[4] Sebuah pemberitahuan di gerbang masuk berbunyi, “Orang asing, siapa pun engkau dan apa pun keyakinanmu, ketika engkau memasuki tempat suci ini, ingatlah bahwa engkau menginjak tanah yang disucikan oleh pemujaan selama berabad-abad. Ini adalah Kuil Buddha dan gerbang keabadian, dan oleh karena itu harus dimasuki dengan rasa hormat.”[5] SejarahPatung perunggu yang sekarang didahului oleh sebuah patung Buddha kayu raksasa, yang diselesaikan pada tahun 1243 setelah sepuluh tahun pembangunan, dananya digalang oleh Nyonya Inada no Tsubone dan biksu Buddhis Jōkō dari Tōtōmi. Patung kayu tersebut rusak akibat badai pada tahun 1248, dan aula yang menampungnya hancur, sehingga Jōkō mengusulkan untuk membuat sebuah patung yang baru dari perunggu, dan jumlah uang yang banyak yang dibutuhkan untuk hal ini dan sebuah aula yang baru digalang untuk proyek tersebut.[6] Patung perunggu ini kemungkinan dibuat oleh Ōno Gorōemon[7] atau Tanji Hisatomo,[8] keduanya adalah pengrajin terkemuka pada zamannya.[9] Pada suatu waktu, patung ini disepuh. Masih ada jejak daun emas di dekat telinga patung.[10] Aula tersebut hancur akibat sebuah badai pada tahun 1334, dibangun kembali, rusak lagi akibat badai lainnya pada tahun 1369, dan dibangun kembali lagi.[6] Bangunan terakhir yang menampung patung tersebut was tersapu oleh tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi Nankai 20 September 1498, pada zaman Muromachi.[11] Sejak saat itu, Buddha Raksasa telah berdiri di udara terbuka.[11] Gempa Besar Kantō 1923 menghancurkan dasar di mana patung tersebut duduk, tetapi dasarnya diperbaiki pada tahun 1925.[6] Perbaikan pada patung tersebut dijalankan pada tahun 1960–61, ketika lehernya diperkuat dan langkah-langkah diambil untuk melindunginya dari gempa bumi.[6] Pada awal tahun 2016, riset, pekerjaan restorasi, dan preservasi lebih lanjut dilakukan pada patung tersebut.[12] Ukuran
Dalam seni dan puisiPatung ini disebut sebagai ″Buddha di Kamakura″ dalam beberapa bait yang mengawali bab-bab awal dari novel Kim karya Rudyard Kipling (1901). Bait-bait tersebut diambil dari puisi dengan nama yang sama yang ditulis oleh pengarangnya setelah mengunjungi Kamakura pada tahun 1892.[14] Puisi ini muncul dalam keseluruhannya dalam koleksi puisi Kipling The Five Nations pada tahun 1903.[14]
Galeri
Referensi
Pranala luar
|