Kerajaan Sapanang

Kerajaan Sapanang adalah salah satu kerajaan Suku Makassar yang pernah berkuasa di wilayah Kabupaten Jeneponto. Dalam mitologi masyarakat di Kabupaten Jeneponto, raja pertama Kerajaan Sapanang adalah Tumanurung. Informasi tentang Kerajaan Sapanang berhubungan erat dengan Kerajaan Bangkala. Wilayah kekuasaan Kerajaan Sapanang meliputi Sidenre,, Binamu, Jeneponto, dan Jeneponto. Kerajaan Sapanang akhirnya menjadi menjadi bagian dari Kerajaan Binamu sebelum berada dalam kendali Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.

Sejarah

Sejarah Kerajaan Sapanang tercatat dalam naskah Lontara' Patturioloang. Naskah ini memberitahukan bahwa Kerajaan Sapanang adalah salah satu dari enam kerajaan lokal di wilayah Kabupaten Jeneponto. Sementara itu, narasi tentang Kerajaan Sapanang dan kerajaan lokal lain di Kabupaten Jeneponto menjadi tradisi lisan. Penceritaannya disajikan dalam mitologi Tumanurung. Informasi mengenai Kerajaan Bangkala sedikit memberikan keterangan mengenai pertautan di kerajaan lain, termasuk Sapanang.[1]

Wilayah kekuasaan

Kerajaan Sapanang merupakan salah satu kerajaan Suku Makassar di wilayah Kabupaten Jeneponto.[2] Kerajaan Sapanang memiliki beberapa wilayah yang menjadi daerah bawahan, yaitu Sidenre, dan Jeneponto. Ketiga daerah ini terletak di hilir Sungai Jeneponto. Setelah Kerajaan Sapanang bergabung sebagai bagian dari Perserikatan Binamu, daerah-daerah ini bersama dengan Kerajaan Sapanang menjadi daerah bawahan Kerajaan Binamu.[3] Pada akhirnya, wilayah kekuasaan Kerajaan Sapanang berada dalam kendali Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.[4]

Penguasa

Kerajaan-kerajaan lokal di Jeneponto memiliki mitologi mengenai penguasa pertama mereka. Mereka meyakini bahwa Tumanurung merupakan penguasa pertama. Keyakinan ini juga berlaku di Kerajaan Sapanang.[5] Kerajaan Sapanang memiliki sistem pemerintahan dan tradisinya sendiri.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Hadrawi, Muhlis (2017). "Bangkala dan Binamu: Suatu Kajian Naskah Lontara' dalam Sosial-Politik Jeneponto Kuno" (PDF). Etnosia: Jurnal Etnografi Indonesia. 2 (2): 132. 
  2. ^ Rijal, S., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pulau Libukang Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 40. ISBN 978-623-94120-0-5. 
  3. ^ Caldwell, I. dan Bougas, W. A. (2004). "Fajar Sejarah Binamu dan Bangkala" (PDF). The Origins of Complex Society in Sulawesi. hlm. 21. Diakses tanggal 11 September 2022. 
  4. ^ Rijal, S., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Tanjung Mallasoro Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 40. ISBN 978-623-94120-3-6. 
  5. ^ Arifin, M., dkk. (2020). Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Tamarunang Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 43. ISBN 978-623-94120-5-0. 
  6. ^ Salim, M. A. M., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Birta Ria Kassi Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 40. ISBN 978-623-94120-1-2. 
Kembali kehalaman sebelumnya