Kerajaan Burgundy

Kerajaan Burgundy merupakan sebuah kerajaan yang terdiri dari beberapa negara yang terletak di Eropa Barat pada masa Abad Pertengahan. Sejarah Burgundy berkorelasi dengan wilayah perbatasan Prancis, Italia dan Swiss dan termasuk kota-kota modern Jenewa dan Lyon.

Sebagai sebuah entitas politik, Burgundy telah eksis di dalam sejumlah bentuk dengan batas-batas yang berbeda, terutama ketika dibagi ke dalam Burgundy Hulu dan Hilir dan Provence. Kedua entitas ini — yang pertama pada sekitar abad ke-6, yang kedua pada sekitar abad ke-11— disebut sebagai Kerajaan Burgundy. Pada saat itu terdapat Burgundy Hilir, Kadipaten Burgundy dan Provinsi Burgundy.

Kerajaan Burgundy setelah pemukiman mereka di Savoia dari tahun 443.
Burgundy sebagai bagian dari Kerajaan Franka di antara tahun 534 dan 843.
Kerajaan-kerajaan Burgundy Hulu dan Hilir pada tahun 879 dan 933.
Kerajaan Arles (1033–1378).
Kepemilikan Wangsa Valois-Burgundy di masa pemerintahan Charles Martin pada akhir abad ke-15.

Kerajaan Burgundy (abad ke-4 – 534 M)

Burgundy dinamakan seperti Burgundian, Suku bangsa Jermanik yang berasal dari daratan Skandinavia yang kemudian menetap di pulau Bornholm, yang namanya di dalam bahasa Norse kuno adalah Burgundarholmr ("Pulau Burgundian"). Dari sana mereka bermigrasi ke selatan melalui wilayah-wilayah Jerman ke Galia Romawi dan menetap di wilayah bagian barat Pegunungan Alpen dan lembah Rhone, dan mendirikan sebuah Kerajaan Barbar suku bangsa Burgundy.

Dokumentasi pertama meskipun tidak historis memastikan Raja Burgundian adalah Gjúki (Gebicca), yang hidup di akhir abad ke-4. Di dalam perjalanan dari Penyeberangan Rhine pada tahun 406 suku bangsa Burgundian menetap sebagai Foederatus di dalam provinsi Romawi Germania Inferior di sepanjang Rhine Tengah. Situasi mereka memburuk ketika di sekitar tahun 430 raja mereka Gunnar memulai beberapa serangan ke negara tetangganya Gallia Belgica, yang menyebabkan kekalahan telak oleh gabungan pasukan Romawi dan Hun di bawah pimpinan Flavius Aetius pada tahun 436 di dekat Worms, Jerman (asal puisi abad pertengahan Nibelungenlied).

Burgundian yang tersisa dari tahun 443 seterusnya menetap di wilayah Sapaudia (antara lain wilayah Savoia), sekali lagi sebagai again as Foederatus di dalam Provinsi Maxima Sequanorum, Romawi. Upaya mereka untuk memperbesar kerajaan mereka di sepanjang Sungai Rhone mengantar mereka ke dalam konflik dengan Kerajaan Visigoth di selatan. Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476, Raja Gondovald bersekutu dengan Raja Franka, Clovis I melawan ancaman Theodoric yang Agung. Ia kemudian mampu mengatur akuisisi Burgundian berdasarkan Hukum Burgundian, sebuah undang-undang Jermanik kuno.

Kemerosotan Kerajaan dimulai ketika mereka diserang oleh mantan sekutu Franka mereka. Pada tahun 523 putra-putra Clovis I berkampanye di wilayah-wilayah Burgundy dengan hasutan ibunda mereka, Clotilda, yang ayahandanya Raja Chilperic II telah dibunuh oleh Gondebaud. Pada tahun 532 bangsa Burgundian dengan telak dikalahkan oleh suku Franka di Autun, dimana rajanya, Godomar III dibunuh dan wilayah-wilayah Burgundian dianeksasi oleh Kerajaan Franka pada tahun 534.

Burgundy Franka, 534–933

Sementara itu tidak ada lagi sebuah kerajaan Burgundian yang mandiri, di antara tahun 561 dan 584 dan di sekitar tahun 639 dan 737 beberapa penguasa Franka dari Dinasti Meroving menggunakan gelar "Raja Burgundy".

Kerajaan Provence, 855–863

Partisi kerajaan Charlemagne oleh ahli waris langsungnya dari Wangsa Karoling menyebabkan kerajaan berumur pendek di Franka Tengah, yang diciptakan setelah Perjanjian Verdun pada tahun 843. Perjanjian tersebut termasuk wilayah-wilayah dari Laut Utara ke Italia selatan dan dipimpin oleh Kaisar Lothair I. Bagian barat laut di bekas wilayah-wilayah Burgundian sebagai Kadipaten Burgundy (Burgundy) dimasukkan ke dalam kerajaan Franka Barat. Sesaat sebelum kematiannya pada tahun 855, Lothair I membagi kerajaannya di antara ketiga putranya menjadi tiga bagian - Lotharingia, Kerajaan Italia dan wilayah-wilayah Burgundy Hilir dan Provence yang diserahkan kepada putra bungsunya - Charles dari Provence. Pembagian tersebut menimbulkan konflik yang lebih banyak lagi, karena wangsa Karoling yang lebih tua yang memerintah di Franka Barat dan Franka Timur menilai diri mereka sendiri sebagai ahli waris Franka Tengah yang sejati.

Karena Charles dari Provence masih terlalu muda untuk memerintah, kekuasaan yang sesungguhnya dipegang oleh pemangku takhta, Count Gérard II yang istrinya adalah saudari ipar Kaisar Lothair I. Gérard II merupakan seorang pemangku raja yang kuat, ia membela kerajaan dari bangsa Viking, yang menjarah sampai sejauh Valence. Pamanda Charles, Karl yang Botak dari Franka Barat, berupaya untuk campur tangan di Provence pada tahun 861 setelah menerima banding intervensi dari Count Arles. Ia menyerang Provence sampai Macon sebelum ditahan oleh Hincmar.

Burgundy Hulu dan Hilir

Setelah pada tahun 858 Comte Gérard mengatur apabila Charles dari Provence meninggal tanpa keturunan, Kerajaan Provence akan kembali ke tangan kakanda Charles, Lothaire II dari Lorraine yang memerintah di Lotharingia. Ketika Charles meninggal pada tahun 863, kakanda sulungnya, Ludwig II menuntut Provence untuk dirinya sendiri, sehingga kerajaan dibagi di antara dua saudaranya yang tersisa: Lothaire II menerima keuskupan Lyon, Vienne dan Grenoble, yang akan dipimpin oleh Gérard; dan Ludwig II menerima Arles, Aix dan Embrun.

Setelah kematian Lothaire II, menurut Perjanjian Meerssen pada tahun 870, bagian utara bekas wilayah Franka Tengah dialokasikan untuk Raja Ludwig II si Jerman dari Franka Timur dan wilayah-wilayah selatan Charles dari Provence diberikan kepada Karl yang Botak dari Franka Barat.

Setelah pemecatan Karl yang Botak pada tahun 877, diikuti oleh kematian putranya yang tidak cakap, Louis II dari Prancis dua tahun kemudian, seorang bangsawan Franka yang bernama Boso dari Provence mengumumkan dirinya sendiri sebagai "Raja Bourgogne dan Provence" di Vienne pada tahun 879 dan mendirikan kerajaannya di Burgundy Hilir dan Provence.

Burgundy Hulu (yang berpusat di wilayah yang sekarang Swiss barat, dan termasuk beberapa wilayah tetangga sekarang di Prancis dan Italia dan beberapa yang kemudian menjadi Franche-Comté) tetap berada di bawah pengaruh raja Franka Timur, Karl III. Dari tahun 887 wilayah-wilayah utara tersebut membentuk Kerajaan Burgundy Hulu, yang dicanangkan oleh bangsawan Welf Rodolphe dari Burgundy di Saint-Maurice, Swiss.

Kerajaan Arles, 933–1378

Penguasa Burgundy Hulu, Rodolphe II (putra dan ahli waris Rodolphe I) memperoleh Burgundy Hilir dari Hugues dari Italia pada tahun 933 dan menciptakan sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Arles yang mandiri sampai tahun 1033 ketika kerajaan tersebut diserap ke dalam Kekaisaran Romawi Suci di bawah pimpinan Konrad II. Kerajaan tersebut merupakan salah satu dari tiga kerajaan di dalam Kekaisaran dari zaman abad pertengahan, yang lainnya adalah Kerajaan Jerman dan Kerajaan Italia.

Kerajaan tersebut perlahan-lahan terfragmentasi karena terus dibagi di antara ahli waris atau hilang dan diperoleh melalui diplomasi dan pernikahan dinastik.

Pada tahun 1378, ketika Kerajaan Arles punah, sebagian besarnya telah dipegang oleh Provinsi Savoia dan wilayah-wilayah sisanya diserahkan kapada Dauphin Prancis, Charles VI oleh Kaisar Karl IV yang menciptakan Dauphiné.

"Tiga Kerajaan Burgundy"

Di akhir abad ke-15, Karl yang Botak menciptakan sebuah proyek kerajaan mandiri sepenuhnya dengan menggabungkan wilayah-wilayahnya ke dalam sebuah "Tiga Kerajaan Burgundy" dengan dirinya sendiri sebagai rajanya. Karl bahkan membujuk Kaisar Friedrich III, Kaisar Romawi Suci untuk memahkotainya sebagai raja di Trier. Upacara yang direncanakan tidak dapat dilangsungkan karena Kaisar melarikan diri suatu malam di bulan September 1473, karena ia merasa tidak nyaman dengan sikap adipati tersebut. Pada akhirnya kadipaten ini berakhir dengan sebuah wilayah yang mandiri dengan kekalahan dan mutilasi Karl di medan Pertempuran Nancy.

Lihat pula

Sumber

Kembali kehalaman sebelumnya