Kekerasan di Kejuaraan Eropa UEFA 2016 meliputi peristiwa hooliganisme sepak bola seperti kerusuhan antarpendukung tim sepak bola di dalam maupun luar stadion selama Kejuaraan Eropa UEFA 2016 berlangsung di Prancis. Peristiwa yang paling disoroti adalah kerusuhan dari pendukung tim nasional Rusia yang menyerang pendukung tim nasional Inggris pada 10 Juni2016 waktu setempat.[1] Dampaknya adalah sanksi denda bagi Uni Sepak Bola Rusia sebesar €150.000 dan terancam didiskualifikasi dari kejuaraan.[2]
Peristiwa
Marseille
Pada tanggal 10 Juni, suporter tim nasional Inggris bentrok dengan kepolisian di Marseille. Polisi pun harus mengeluarkan gas air mata untuk membubarkan bentrokan. Dua orang ditahan, yakni satu suporter dan satu penduduk setempat.[3] Enam supoerter Inggris lainnya diamankan petugas kepulisian dan didakwa karena melempar botol ke kerumunan suporter dan kepolisian.[4] Akibat bentrokan ini, satu suporter timnas Inggris dibawa ke rumah sakit, sementara belasan orang lainnya mengalami luka ringan.[5][6]
Esok harinya, Suporter Inggris dan Rusia bentrok sebelum pertandingan antara dua tim. Kepolisian kembali menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mengendalikan kerumunan. Segera setelah pertandingan, yang berakhir imbang 1-1, sekitar 150 fans Rusia di Stade Vélodrome justru merangsek masuk ke tribun pendukung tim nasional Inggris dengan meledakkan suar dan menyerang suporter tim lawan di tribun tersebut.[7] Selama pertandingan pula, dua pendukung Rusia ditangkap karena masuk ke dalam lapangan.[8] Dua suporter Inggris koma setelah dihajar palu dan palang besi oleh pendukung Rusia.[9][10][11]
Seminggu kemudian sebelum pertandingan antara Islandia dan Hungaria di Stadion Stade Vélodrome, suporter Hungaria sempat ricuh dengan petugas penatalayan. Dalam laporan The Guardian, beberapa supoeter mencoba memanjat pagar dan melemparkan suar ke dalam stadion. Namun pertandingan tersebut berjalan dengan aman.[12]
Lille
Bentrokan terjadi pada tanggal 12 Juni antara pendukung tim nasional Jerman dan Ukraina di Lille.[13] Melihat kejadian-kejadian bentrokan yang udah terjadi, UEFA menyebut mereka memiliki "keprihatinan serius" atas keamanan di Lille.[14] Tambahan 4.000 petugas kepolisian dikerahkan dalam persiapan pertandingan antara Rusia dan Inggris di Lens.[15]
Pada 15 Juni, suporter Inggris dan Rusia kembali bentrok dalam pertandingan Rusia melawan Slowakia di Stadion Stade Pierre-Mauroy.[16][17] Beberapa jam setelah pertandingan, keributan kecil antara fans Inggris dan Rusia pecah di pusat kota sekitar tengah malam.[15] Setidaknya 36 orang ditangkap dalam bentrokan tersebut; sementara 16 orang lainnya terluka dan dirawat di rumah sakit setempat.[18]
Nice
Pada tanggal 12 Juni, bentrokan pecah antara hooligan Prancis dan pendukung Irlandia Utara yang sedang berpesta minum dengan suporter Polandia di Nice, menjelang pertandingan Irlandia Utara melawan Polandia. Laporan berita kemudian menunjukkan serangan itu telah diprovokasi oleh hooligan Prancis lokal. Enam orang asal Irlandia Utara dan pendukung Polandia terluka, salah satu dari mereka luka serius.[19][20]
Pada tanggal 17 Juni, beberapa fans Spanyol yang mengenakan lencana neo-Nazi ditangkap karena melakukan perampokan disertai kekerasan menjelang pertandingan Spanyol melawan Turki di Stadion Allianz Riviera.[21] Pertandingan tersebut sendiri diganggu oleh suporter Turki yang melempar suar menjelang akhir pertandingan..[22]
Paris
Sebelum pertandingan antara Kroasia dan Turki pada 12 Juni, beberapa pendukung Kop of Boulogne (salah satu pendukung klub PSG) menyerang suporter tim nasional Turki.[23][24][25] Dalam pertandingan yang berlangsung di Parc des Princes, beberapa pendukung KoB memasang spanduk ejekan berbunyi "Pendukung Turki tidak disambut dengan hangat di sini".[26]
Cologne
Pada malam tanggal 16 Juni, hooligan Rusia menyerang tiga wisatawan Spanyol di kota Cologne, Jerman. Serangan itu dipicu ketika dua pria dan satu wanita asal Spanyol menempelkan stiker dengan slogan-slogan anti-fasis di tiang listrik. Menurut polisi, serangan dari hooligan Rusia dilakukan oleh anggota dari kelompok sayap kanan. Enam penyerang ditahan, lima dari mereka langsung ditahan beberapa saatsetelah serangan dan satu lagi ditangkap di bandara setempat.[27]
Saint-Étienne
"Mereka bukan penggemar Kroasia, mereka adalah teroris. Yang saya sakitkan adalah bahwa negara tidak ingin berurusan dengan itu. Ini adalah aksi teroris. Saya berharap bahwa negara akan mengidentifikasi mereka dan menangkapnya di mana pun mereka berada."
Pelatih tim nasional Kroasia Ante Čačić dalam menanggapi kerusuhan tersebut.[28]
Dalam pertandingan antara Republik Ceko dan Kroasia pada 17 Juni di Saint-Étienne, seorang hooligan Kroasia melemparkan suar ke dalam lapangan Stadion Stade Geoffroy-Guichard. Hal ini menyebabkan wasit Mark Clattenburg menghentikan pertandingan beberapa waktu sebelum pertandingan berakhir di saat suporter saling serang melawan sesama suporter tim.[29][30] Seorang penatalayan dilempari petasan setelah penggemar Kroasia melemparkannya ke lapangan dan hampir mengenai striker Ivan Perišić. Sebanyak delapan suar, serta benda-benda lainnya, dilemparkan ke lapangan. Petugas keamanan gagal mencoba menenangkan kerumunan, sementara Clattenburg mengarahkan pemain ke tengah lapangan untuk menghindari cedera.[28][31]
Sebelum pertandingan, Komite Helsinki Kroasia memperingatkan pihak berwenang dan penyelenggara untuk menegakkan langkah-langkah keamanan tambahan dengan masuknya 300 anggota Torcida Split (pendukung ultras dari HNK Hajduk Split) ke dalam kota.[30] Satu kelompok dihentikan oleh polisi di perbatasan Kroasia karena membawa masker dan obat-obatan terlarang.[32] Media Kroasia melaporkan bahwa sebelum dimulainya pertandingan, Torcida telah mengumumkan kabar akan rencana aksi kerusuhan di dalam stadion oleh kelompok Bad Blue Boys, Armada Rijeka, dan Ultrasi.[33][34] Kelompok-kelompok tersebut berniat memberontak melawan Federasi Sepak Bola Kroasia (HNS), yang sayangnya justru mempermalukan negara.[28][30][32][35]
Presiden HNS Davor Suker mengkonfirmasi kerusuhan ini.[36] Komisaris HNS menyatakan bahwa mereka telah berkolaborasi dengan kepolisian Kroasia dan Prancis serta UEFA dalam memberikan informasi bahwa gangguan yang direncanakan terjadi di menit ke-85 pertandingan. Dari informasi ini, tindakan dilakukan kepolisian Prancis dengan merangsek ke dalam stadion stadion dua menit sebelumnya. Dilaporkan bahwa insiden itu direncanakan dan dilakukan oleh ultras Torcida Split yang memiliki hubungan baik dengan penggemar AS Saint-Étienne.[37]
Lyon
Saat pertandingan antara tim nasional Albania dan Rumania di Parc Olympique Lyonnais, Lyon, tanggal 19 Juni, kekacauan terjadi dari masing-masing suporter. Pendukung masing-masing kesebelasan saling melepaskan bom asap, melempar beragam benda dan masuk ke dalam lapangan. Menurut jaksa Prancis, satu orang asal Albania menyembunyikan suar di dalam rektum dan menyelundupkannya ke stadion.[38]
Tanggapan
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.