Kedungbanteng, Bakung, Blitar
Kedungbanteng merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis Desa Kedungbanteng berbatas dengan wilayah: - Utara : Desa Bendosari Kecamatan Kademangan - Selatan : Desa Sidomulyo Kecamatan Bakung - Timur : Desa Lorejo Kecamatan Bakung - Barat : Desa Ngrejo Kecamatan Bakung Desa Kedungbanteng SejarahDulunya Desa Kedungbanteng sebelum menjadi Desa bagian dari Desa Ringin Anom (yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Kademangan) dan juga Desa Ngrejo (yang sekarang masuk wilayah Kecamatan Bakung). Desa Kedungbanteng mulai di rintis pada tahun 1823 oleh orang yang bernama Ki Toirono asal dari Trenggalek Provinsi jawa Timur. Mereka datang bersama sekelompok orang dan hidup menetap di wilayah Desa Kedungbanteng. Pola hidup mereka sebagai petani yang berpindah-pindah dengan cara menebang hutan. Dengan semangat yang tinggi dan tak kenal lelah maka yang dulunya hutan belantara sebagian wilayah Desa kedungbanteng, sekarang menjadi tempat tinggal dan lahan pertanian untuk bercocok tanam. Cara bercocok tanam waktu itu masih sangat sederhana karena belum adanya alat-alat pertanian yang modern seperti sekarang ini. Diwaktu tengah hari Ki Toirono sebelum Sholat Dzuhur membersihkan tubuhnya/mandi ke sungai. Setelah sampai disungai Ki Toirono melihat Banteng tua yang mati. Kemudian oleh Ki Toirono tempat ini di umumkan kepada pengikutnya dinamakan Kedungbanteng, yang artinya kedung adalah bahasa jawa dan dalam bahasa Indonesia artinya kolam atau bagian dari sungai yang kedalaman airnya lebih dalam. Dan sekarang tempat itu masuk di salah satu wilayah Desa Kedungbanteng yaitu Dusun Krajan Desa Kedungbanteng Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar. Selanjutnya Mereka masuk hutan meneruskan babat alas kembali. Mereka memasuki tempat yang terkenal angker, ditempat itu mereka menemukan hal-hal yang aneh. Ki Toirono sebagai Pemimpin dari kelompok yang membabat alas tersebut melakukan meditasi. Dari hasil meditasi tersebut Ki Toirono seperti dibimbing untuk berjalan disebuah tempat. Ditempat itu Ki Toirono menemukan Kerangka manusia yang disampingnya terdapat Keris dan Berang, kemudian Kerangka manusia, keris dan berang tersebut dimakamkan ditempat itu. Malam harinya ketika Ki Toirono tidur dibawah pohon didekat makam tersebut bermimpi bertemu dengan seseorang yang mengaku Orang yang dimakamkan tadi. Dalam mimpi tersebut banyak yang dibicarakan orang yang menemuinya itu. Dia mengaku seorang prajurit Mataram yang melarikan diri sewaktu perang melawan belanda. Prajurit tersebut walau sudah Tua tetapi masih Jejaka. Setelah bangun dari tidur Ki Toirono menceritakan mimpinya kepada pengikutnya. Makam tersebut kemudian diberi nama Punden Mbah Joko Tuwo. Semenjak kejadian itu Kegiatan membabat Alas seperti ada yang membantu. Tidak ada rasa lelah,tidak ada rasa malas,semangatnya seperti bara api. Dan makam Mbah Joko Tuwo sampai dengan saat ini bagi seluruh warga Desa Kedungbanteng di jadikan tempat keramat atau tempat Suci. Ki Toirono dan pengikutnya berhasil mendapatkan tempat tinggal. Pada tahun 1825 Kedungbanteng masuk pemerintahan Desa Ringin Anom. Dan kemudian pada tahun 1850 masuk Pemerintahan Desa Ngrejo. Pada tahun 1912 Kedungbanteng berdiri sendiri menjadi Desa, dengan nama Desa Kedungbanteng. Kepala Desa / Lurah di jabat urut-urutan mulai: 1. KROMO KARSO TAHUN 1912 s/d 1917 2. BONGSO REJO KABIR TAHUN 1917 s/d 1921 3. TJOKRO SENTONO TAHUN 1921 s/d 1930 4. IRO KARSO TAHUN 1930 s/d 1931 5. TJOKRO WISASTRO TAHUN 1931 s/d 1944 6. MARNI TAHUN 1944 s/d 1949 7. BOLENTUNG TAHUN 1949 s/d 1966 8. MOENASIR TAHUN 1968 s/d 1969 9. HASJIM TAHUN 1969 s/d 1995 10. SUTIKNO TAHUN 1995 s/d 2004 11. MARSAID TAHUN 2005 s/d 2010 12 MARSAID TAHUN 2011 s/d 2017 13 MARSAID, SP TAHUN 2019 s/d 2025 Dari mulai perjalanan berdirinya menjadi sebuah desa yang diakui oleh Pemerintah dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan walaupun belum sampai pada pemenuhan kebutuhan dasar, sehingga kepada masyarakat dan tokoh-tokoh yang ada di Desa Kedungbanteng mempunyai kewajiban untuk menghargai pendiri Desa dengan melanjutkan membangun bersama-sama, saling bahu membahu dan berpartisipasi demi kesejahteraan bersama. DemografiBerdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2010, jumlah penduduk Desa Kedungbanteng adalah terdiri dari 1.164 KK, dengan jumlah total 3.817 jiwa, dengan rincian 1.911 laki-laki dan 1.906 perempuan. Dari data di atas tampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20-49 tahun Desa Kedungbanteng sekitar 1.850 atau hamper 48,46% Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga produktif dan SDM. Tingkat kemiskinan di Desa Kedungbanteng termasuk tinggi. Dari jumlah 1.164 KK di atas, sejumlah 612 KK tercatat sebagai Pra Sejahtera; 137 KK tercatat Keluarga Sejahtera I; 182 KK tercatat Keluarga Sejahtera II; 212 KK tercatat Keluarga Sejahtera III; 21 KK sebagai sejahtera III plus. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK golongan I digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka sekitar 79,98 % KK Desa Kedungbanteng adalah keluarga miskin. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 400 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data yang ada, selama tahun 2001 curah hujan di Desa Kedungbanteng rata-rata mencapai 1.800 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan September hingga bulan april, yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2001-2010. Secara administratif, Desa Kedungbanteng terletak di wilayah Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bendosari Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar. Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ngrejo Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar. Di sisi Selatan berbatasan dengan Desa Sidomulyo Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Lorejo Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar. Jarak tempuh Desa Kedungbanteng ke ibu kota kecamatan adalah 4,5 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 30 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam. PEMBAGIAN WILAYAHWilayah Desa KEDUNGBANTENG terdiri dari 4 Dusun yaitu: Dusun Krajan, Dusun Kedunggong, Dusun Banaran,Dusun Janggan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Dusun. Posisi Kasun menjadi sangat strategis seiring banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini. Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di Desa Kedungbanteng,dari keempat dusun tersebut terbagi menjadi 6 Rukun Warga (RW) dan 29 Rukun Tetangga (RT). EkonomiTingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Kedungbanteng Rp. 600.000,-/ bulan. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Kedungbanteng dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 1.993 orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 339 orang, yang bekerja di sektor industri 8 orang, dan bekerja di sektor lain-lain 458 orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 2.709 orang. Berikut ini adalah data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian. 1 Pertanian Jumlah 1.993 Prosentase 73,5 2 Jasa/ Perdagangan Jumlah 15 Prosentase 0,55 1.Jasa Pemerintahan Jumlah 132 Prosentase 4,87 2.Jasa Perdagangan Jumlah 12 Prosentase 0,44 3. Jasa Angkutan Jumlah 28 Prosentase 1,03 4. Jasa Ketrampilan Jumlah 163 Prosentase 6,02 3 Sektor Industri Jumlah 8 Prosentase 0,30 4 Sektor lain Jumlah 458 Prosentase 16,91 Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Kedungbanteng masih cukup rendah. Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 20-55 yang belum bekerja berjumlah 398 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 1.802 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka pengangguran di Desa Kedungbanteng. Sumber Daya AlamLahan pertanian (sawah) seluas 18,5 Ha, Tegal 873,4 Ha, Hutan rakyat 59,7 Ha yang masih dapat ditingkatkan produktivitasnya karena saat ini belum dikerjakan secara optimal. Tersedianya pakan ternak yang baik untuk mengembangkan peternakan seperti sapi, kambing dan ternak lain, mengingat usaha ini baru menjadi usaha sampingan. Banyaknya sisa kotoran ternak sapi dan kambing, memungkinkan untuk dikembangkan usaha pembuatan pupuk organik. Adanya hasil panen padi, lombok, dan lainnya yang cukup yang melimpah dari hasil pengelolaan pertanian masyarakat Tempat menarik |