KRI Tanjung Nusanive (973)
KRI Tanjung Nusanive (973) adalah kapal pasukan Angkatan Laut Indonesia. Kapal ini dibangun di Meyer Werft, Papenburg dan selesai dibangun pada tahun 1984 sebagai kapal feri penumpang KM Kambuna milik perusahaan pelayaran negara Pelni. KM Kambuna bertugas di Pelni hingga tahun 2005 ketika dia dipindahkan ke Angkatan Laut Indonesia, yang mengoperasikan kapal tersebut hingga dinonaktifkan pada awal tahun 2020. KarakteristikKapal tersebut memiliki panjang 144 m (472 ft), lebar 234 m (768 ft), tinggi 40 m (130 ft) dengan draft 59 m (194 ft) dan tonase terukur sebesar 13,954 GRT. Kapal tersebut ditenagai oleh dua mesin diesel MaK, dengan total keluaran tenaga sebesar 16,760 tenaga kuda (0,012498 MW) yang didistribusikan dalam dua poros. Kapal tersebut juga dilengkapi dengan pendorong manuver yang terletak di haluan. Kapal tersebut memiliki jangkauan 5.500 mil laut (10.200 km) saat melaju pada kecepatan 12 knot (22 km/h).[2] Sebagai kapal feri penumpang, kapal tersebut dapat menampung 100 penumpang kelas satu, 200 penumpang kelas dua, 300 penumpang kelas tiga, 472 penumpang kelas empat, dan 500 penumpang kelas ekonomi. Sebagai kapal pasukan, kapal tersebut dapat mengangkut 119 personel, dan dapat mengangkut hingga 2000 pasukan serta dilengkapi dengan dua Rheinmetall Mk 20 Rh-202 dalam satu dudukan.[2] Kapal tersebut juga mempunyai fasilitas VIP dan VVIP untuk kepala negara dan pejabat tinggi lainnya,[2] terdiri dari tiga ruang VVIP, dua belas ruang VIP, ruang pertemuan, ruang makan, dan ruang hiburan.[3] Sejarah layananKapal tersebut dibangun pada awal tahun 1980-an di Meyer Werft, Papenburg sebagai KM Kambuna, kapal feri penumpang milik perusahaan pelayaran milik negara Pelni. Kambuna entered mulai beroperasi dengan Pelni pada 25 Maret 1984.[2] Kapal tersebut melayani rute Jakarta-Surabaya-Makassar.[4] Pada tanggal 13 Mei 2005, Kambuna bersama KM Rinjani dipindahkan ke Angkatan Laut Indonesia sebagai KRI Tanjung Nusanive dan KRI Tanjung Fatagar.[2] Kapal-kapal tersebut akan menjalani reparasi untuk diubah menjadi angkutan pasukan dan kemudian ditugaskan pada tanggal 1 September 2005. Selama bertugas di Angkatan Laut, Tanjung Nusanive terlibat dalam berbagai operasi militer, antara lain pengangkutan pasukan perbatasan dan logistiknya, pengangkutan bantuan bencana alam, serta turut serta dalam upaya Angkatan Laut dalam pembangunan nasional melalui program ABRI Masuk Desa dan Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya. Selain untuk mengangkut pasukan dan logistik, kapal tersebut juga digunakan para pejabat tinggi saat melakukan inspeksi.[2] Kapal tersebut juga digunakan untuk mengangkut orang pada musim mudik tahunan, dengan kelas mulai dari kelas ekonomi hingga kelas VVIP.[3] Selama periode 11-22 November 2011, Tanjung Nusanive ditambatkan di Pelabuhan Boom Baru, Sungai Musi di Palembang untuk dijadikan "hotel terapung" bagi panitia dan asisten tim Pesta Olahraga Asia Tenggara 2011. Selain sebagai “hotel terapung”, kapal ini juga membuka kunjungan masyarakat untuk edukasi dunia maritim Indonesia.[5] Pada tanggal 29 April 2015 pukul 16:30 UTC+9, Tanjung Nusanive terlibat dalam kecelakaan dengan kapal feri penumpang KM Nggapulu milik Pelni di Pelabuhan Jayapura. Saat Tanjung Nusanive sedang melakukan manuver berlabuh untuk berlabuh di Dermaga 4, kapal tersebut menabrak dermaga dan menyerempet Nggapulu yang sedang berlabuh di dermaga sebelahnya. Akibat kecelakaan tersebut, keberangkatan Nggapulu tertunda selama satu jam dan haluan kanan Tanjung Nusanive rusak sementara Nggapulu hanya mengalami goresan cat di lambung kirinya. Menurut Komandan Tanjung Nusanive, kecelakaan tersebut disebabkan oleh angin kencang yang berasal dari sisi kiri kapal.[6][7] Dalam rapat di Kementerian Pariwisata pada 7 Februari 2019 lalu, Tanjung Nusanive rencananya akan ditenggelamkan di Kepulauan Seribu, Jakarta untuk dijadikan tempat wisata bawah laut.[8] Setelah bertugas selama 15 tahun, Tanjung Nusanive was dinonaktifkan pada 24 Januari 2020 dalam upacara di Dermaga Pelindo JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara.[2] Galeri
Referensi
Pranala luar |