Jurnalisme lumpur merah muda
Istilah "jurnalisme lumpur merah muda" diciptakan oleh jurnalis Ryan Smith pada 2012.[4] Sedangkan istilah "fatamorgana berita" diciptakan pada 2024 oleh jurnalis Miranda Green dan David Folkenflik untuk merujuk pada situs web yang "terlihat seperti berita, namun sebenarnya corong" bagi perusahaan atau kelompok advokasi dengan agenda non-jurnalistik.[5] Organisasi pengawas media, Newsguard melaporkan pada Juni 2024 bahwa "jumlah media yang didukung partisan yang dirancang agar terlihat seperti media berita yang tidak memihak telah secara resmi melampaui jumlah surat kabar harian lokal asli di AS.[6] RingkasanIstilah "jurnalisme lumpur merah muda" mengacu pada "lumpur merah muda" yaitu produk sampingan daging yang digunakan sebagai pengisi daging olahan yang kadang dianggap sebagai daging berkualitas lebih tinggi di restoran cepat saji.[7] Ciri-ciri utama jurnalisme lumpur merah muda adalah:[1]
Tidak semua penerbit berkualitas rendah yang sangat bergantung pada AI atau pembuatan konten otomatis lainnya dan bermaksud menerbitkan berita lokal memiliki motivasi partisan. Dua contohnya adalah Hoodline[8] dan Newsbreak.[9] Selain itu, beberapa situs web kategori fatamorgana berita menghasilkan karya yang relatif berkualitas tinggi, namun mengaburkan agenda non-jurnalistik penerbitnya, yang mungkin merupakan kelompok advokasi atau perusahaan yang mementingkan diri sendiri.[5] Produksi kontenJurnalisme pink-lumpur biasanya melibatkan alihdaya berita lokal kepada karyawan berupah rendah atau menggunakan otomatisasi komputer untuk menghasilkan berita dari berbagai kumpulan data.[3] Situs web jurnalisme lumpur merah muda sering kali dapat dikenali dari banyaknya penggunaan konten yang dibuat atau dibuat secara otomatis dan kurangnya pelaporan asli. Fokus pada berita lokalDengan menurunnya jumlah surat kabar selama dekade terakhir, saluran media merah muda lah yang mengisi kekosongan akibat ditinggalkan oleh surat kabar lokal yang tutup.[3] Digunakan sebagai alat partisanSitus web lumpur merah muda sering kali dibiayai oleh partisan politik, dan dalam konten beritanya, menampilkan kandidat dan kebijakan yang disukai oleh partisan yang mendanai situs tersebut dengan cara yang menguntungkan, sementara menampilkan kandidat dan kebijakan yang tidak disukai oleh para partisan yang mendanai situs web tersebut dengan pandangan negatif.[10] KuantitasColumbia Journalism Review mengidentifikasi sekitar 450 situs web yang tampak seperti saluran berita berwarna merah muda dalam laporannya pada bulan Desember 2019[3] dan pada laporan agustus 2020 menyebutkan jumlahnya meningkat hampir tiga kali lipat menjadi lebih dari 1.200 situs web pada bulan-bulan sebelum pemilu presiden Amerika Serikat 2020.[11] ContohPerusahaan yang berdiri tahun 2006, Journatic memproduksi konten berita hiperlokal dan mendistribusikannya ke penerbit lain. Artikelnya dibuat menggunakan kombinasi generasi komputer dan penulis berupah rendah yang bukan berasal dari daerah tempat mereka menulis. Beberapa penulis adalah pekerja bergaji rendah dari luar Amerika Serikat yang menulis dengan nama palsu. Selanjutnya, surat kabar di seluruh Amerika Serikat termasuk Chicago Tribune, San Francisco Chronicle, dan Houston Chronicle menerbitkan artikel dari Journatic.[12] Praktik Journatic terungkap pada 2012 dalam laporan This American Life, yang mewawancarai Ryan Smith, jurnalis yang pernah bekerja untuk Journatic dan pencipta istilah "jurnalisme lumpur merah muda".[4] Laporan tersebut juga mengungkap penggunaan baris penulis palsu, kutipan palsu, dan materi plagiat oleh Journatic.[3] Akibat pengungkapan ini, surat kabar pun membatalkan kontrak mereka dengan Journatic, termasuk Chicago Tribune yang telah memberhentikan karyawannya dan mengganti pekerjaan mereka dengan artikel dari Journatic.[12] Selanjutnya, Journatic berganti nama menjadi Locality Labs pada tahun berikutnya.[3] Pada Oktober 2024, Pro Publica melaporkan bahwa surat kabar dengan kata "Katolik" dalam judulnya didistribusikan di lima negara bagian yaitu Arizona, Michigan, Nevada, Pennsylvania dan Wisconsin yang merupakan area pemilihan presiden. Surat kabar tersebut tidak berafiliasi dengan Gereja Katolik dan ditelusuri kembali ke pengusaha jurnalisme terkenal Brian Timpone. Sebagian besar isi surat kabar, menurut Pro Publica, "melemahkan Wakil Presiden Kamala Harris dan menopang mantan Presiden Donald Trump".[13] Lihat juga
Referensi
|