JJ Rizal
JJ Rizal, S.S. adalah sejarawan Indonesia yang aktif dalam menghadapi dan memahami persoalan-persoalan di masyarakat melalui tulisan-tulisan di berbagai media cetak dan online. Ia menyelesaikan kuliah pada 1998 di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI), dengan skripsi berjudul “Sitor Situmorang: Biografi Politik 1956-1967.” Beberapa bagian skripsinya ini kemudian diterbitkan pada 2014 dalam buku Sitor Situmorang: Biografi Pendek 1924-2014 sebagai obituari panjang ketika sastrawan itu meninggal pada 21 Desember 2014. Selain itu ia juga mengumpulkan dan menjadi penyunting hampir semua karya Sitor dari mulai sajak, cerpen, esai, cerita anak, drama, dll.[1] Ia mendirikan dan memimpin Penerbit Komunitas Bambu (Kobam) sejak 1998 sampai kini. Penerbit ini secara khusus menggarap buku-buku tema sejarah dan dinilaitelah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pemahaman sejarah di tengah masyarakat.[2] Pada 2006, Rizal mengembangkan membuat anak penerbit baru di Komunitas Bambu yaitu Masup Jakarta yang khusus menerbitkan buku-buku sejarah lokal Jakarta. Atas dedikasinya menjadikan pengetahuan sejarah terjangkau secara luas di masyarakat pada 2011, dia mendapat Jakarta Book Awards Ikatan Penerbit Indonesia Jakarta. Pada 2019, Rizal menjadi anggota komite Jakarta World Book Capital City. Sejarah Jakarta memang spesialisasi Rizal. Spesialisasi ini pula yang mengantarnya menjadi kolomnis sejarah Batavia-Betawi-Jakarta di sebuah majalah Internasional yang berpusat di Belanda, MOESSON Het Indisch Maandblad (2001-2006). Dia juga menjadi tim penulis buku muatan lokal DKI Jakarta Ragam Budaya Betawi (2001) dan kelompok kerja pengkajian buku muatan lokal DKI Jakarta yang dibentuk Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB, 2003). Rizal memang produktif menulis kolom-kolom sejarah Jakarta secara rutin di majalah dan koran Tempo, Warta Kota serta Kompas.[3] Beberapa kolomnya di Kompas itu kemudian dibukukan dalam Politik Kota Kita (2006). Sebab itu pada 2009, dia mendapat Anugerah Budaya Gubernur DKI Jakarta. Setelah anugerah ini Rizal masih terus menjadi kolomnis sejarah Jakarta, salah satunya secara rutin sepanjang 2010-2014 mengisi di majalah Djakarta! Selain itu ia juga memiliki acara siaran radio sendiri “Jakarta Punya Cerita” setiap Jum’at sore (2013-2016) di Sindo Trijaya FM. Beberapa KaryaMenulis biografi pendek juga sering menjadi pilihan Rizal. Tulisan biografisnya tersebar, seperti di Jurnal Prisma,[4] Jurnal Perempuan[5] dan atas keseriusannya dalam genre ini tulisannya tentang Junghuhn di National Geographic Indonesia terpilih sebagai “The Best International 2010” oleh National Geographic International Magazine menyisihkan artikel-artikel dari 36 majalah National Geographic di luar Amerika.[6] Selain riwayat orang, Rizal juga menaruh perhatian pada riwayat seputar makanan. Artikelnya tentang sejarah sambal, ikan asin, nasi goreng, rijstaffel, roti menarik perhatian. Risetnya tentang sejarah kecap telah mengantarnya pada 20011 masuk sebagai tim kampanye sejarah semur sebagai kuliner pusaka Nusantara yang dilakukan perusahaan kecap nasional dan bersejarah Bango.[7] Pada 2016, Rizal menulis artikel panjang Sukarno dan politik pangan nasional yang disusul dengan penerbitan kembali buku resep masakan Indonesia warisan Sukarno yang banyak dilupakan, Mustika Rasa[8]. Beberapa karyanya juga telah muncul dalam jurnal, seperti di dalam negeri Prisma dan luar negeri Archipel. Karyanya juga dimuat dalam buku kumpulan bersama, antara lain Onze Ong: Onghokham dalam Kenangan (2007); Sejarah yang Memihak: Mengenang Sartono Kartodirdjo (2008); Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi Indie dan Nasionalisme (2009); Raffles dan Kita: Peringatan 200 Tahun History of Java (2017).[9] Rizal juga menaruh perhatian kepada sastra dan sejarahnya. Karya puisinya yang dibacakan dalam aksi-aksi demonstrasi 1998 dibukukan dalam Pura-Pura dalam Perahu (1998). Ia juga mengumpulkan sajak-sajak lengkap Sitor Situmorang dan menerbitkannya dengan pengantar panjang biografi kreatifnya dalam buku Sitor Situmorang: Kumpulan Sajak 1948-2008. Kemudian cerpen-cerpen lengkap SM Ardan, Terang Bulan Terang di Kali: Cerita Keliling Jakarta. Akan segera terbit kumpulan sajak lengkap Ajip Rosidi yang dikumpulkannya. Selain itu Rizal juga membuat film pendek Tayang Weta Un Lalan: Perjalanan Sejarawan Adrian B Lapian (2009) dan Memuja Rare Angon: Sekilas Tradisi Layangan Bali (2010). Ikut mendirikan grup musik etno religius NGeK ketika masih sebagai mahasiswa dan telah mengeluarkan satu album Wajib Ngaji. Tak selang lama lulus, ia membuat sejumlah karikatur dari pengalamannya mengikuti aksi-aksi mahasiswa pada 1998 yang kemudian dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) pada peringatan setahun jatuhnya Soeharto. Beberapa AktivitasSebagai sejarawan publik yang aktif berperan dalam menghadapkan pengetahuan kesejarahan dengan masalah-masalah aktual di masyarakat, Rizal menjadi cukup dikenal dan mengakibatkan beberapa kali ia menjadi pemberitaan, seperti ketika pada 2009, ia menjadi korban salah tangkap polisi dan menjadi salah satu yang pertama membawa kasus ini ke pengadilan serta berhasil memenjarakan pelakunya.[10] Selain itu ia juga pernah dicalonkan untuk menjadi Wali Kota Depok pada 2014.[11] Referensi
|