Istana Basa Pagaruyung
Istano Basa Pagaruyung yang lebih terkenal dengan nama Istana Besar Kerajaan Pagaruyung adalah museum berupa replika istana Kerajaan Pagaruyung terletak di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini berjarak lebih kurang 5 kilometer dari Batusangkar. Istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat. Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang asli.[1] Istano Basa yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan dibakar habis pada tahun 1804 saat terjadi Perang Padri. Istana baru didirikan kembali tetapi terbakar lagi pada tahun 1966.[2] SejarahIstana Pagaruyung pada mulanya di Bukit Batu Patah dan terbakar saat terjadi Perang Padri pada tahun 1804. Istana baru sempat dibangun kembali, tetapi terbakar pada tahun 1966. Istana baru dibangun lagi pada tahun 1976. Meski demikian, gagasan pembangunan kembali Istana Pagaruyung sudah dicetuskan pada tahun 1968 oleh Gubernur Sumatera Barat Harun Zain. Harun Zain merasa diperlukannya warisan yang bisa mempersatukan orang Minang setelah peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).[3] Pada tanggal 1 November 1975, disepakatilah sebuah perjanjian pendirian bangunan replika Istana Pagaruyung. Istana ini tidak dibangun pada situs aslinya tetapi berpindah lebih selatan dari situs aslinya. Pembangunan dimulai pada 27 Desember 1976 dengan upacara penamanam tonggak tuo dan baru selesai secara keseluruhan pada tahun 1985.[3] Istana Pagaruyung dimaksudkan untuk menjadi ikon Sumatera Barat. Setelah selesai dibangun, istana menjadi dikenal publik sebagai tempat kunjungan wisata dan museum.[3] Kebakaran 2007Pada malam 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak istana.[4][5] Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan.[6] Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, yang berjarak 2 kilometer dari Istano Basa.[7] Sementara itu, biaya pendirian kembali istana ini diperkirakan lebih dari Rp20 miliar. Pembangunan kembali istana selesai selama enam tahun dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013.[8] Pada istana yang lama terdapat tonggak tengahnya yang disumbangkan oleh Datuk Rajo Adil dari Negeri Lubuk Bulang (yang sekarang dalam wilayah Kabupaten Dharmasraya) sebelum disambar petir 2007, tonggak tersebut dari kayu Kulin. Datuk Rajo Adil tiap tahun mengantarkan upeti dan pajak dari daerah rantau. MuseumMuseum Istano Basa Pagaruyung merupakan museum khusus[9], artinya museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi[10]. Museum ini merupakan replika dari kompleks Istano Basa Pagaruyung yang memperlihatkan keindahan dan keunikannya melalui arsitektur tradisional Minangkabau. Dibangun oleh kerajaan Pagaruyung pada abad ke-14, Istano ini merupakan pusat pemerintahan dan kebudayaan yang penting di wilayah tersebut. Kompleks Istano terdiri dari beberapa bangunan utama, seperti rumah gadang, balai adat, dan surau (tempat ibadah), Museum Istano Basa Pagaruyung ini mencerminkan kekayaan sejarah dan kebudayaan Minangkabau[11] Kunjungan dan pengelolaanMuseum Istano Basa Pagaruyung ini dibuka untuk umum setiap hari dari pukul 08:00 WIB hingga 18:00 WIB. Tiket masuk untuk pengunjung domestik dikenakan sebesar Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp10.000 untuk anak-anak. Sedangkan pengunjung mancanegara baik anak-anak ataupun dewasa sebesar Rp 30.000.[12] Istana ini dikelola oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tanah Datar dan sering menjadi destinasi wisata budaya serta tempat edukasi sejarah Minangkabau. Koleksi museumMuseum Istano Basa Pagaruyung menyimpan berbagai koleksi barang antik yang mencerminkan sejarah dan budaya Minangkabau. Beberapa koleksi penting yang ada antara lain:[3][13]
Koleksi ini sebagian besar adalah replika karena banyak artefak asli yang hancur dalam berbagai kebakaran yang terjadi pada tahun 1804, 1966, dan 2007 di Istano, namun tetap memberikan gambaran yang kaya akan sejarah dan budaya Kerajaan Pagaruyuang.[13] ArsitekturIstana Basa Pagaruyung asli dibangun seluruhnya dengan batang-batang kayu. Adapun bangunan saat ini sudah dibangun dengan struktur beton modern. Meski demikian, Istano Basa Pagaruyuang tetap dibangun dengan mempertahankan teknik tradisional dan material kayu yang dihias dengan 60 ukiran yang menjelaskan filosofi dan budaya Minangkabau.[14] Ukiran yang dominan di istana ini adalah ornamen ukiran bunga-bunga dan dedaunan. Istana ini memiliki tiga lantai dengan 72 tiang dan gonjong sebagaimana pada umumnya Rumah Gadang, yang dilengkungkan serupa tanduk dari 26 ton serat ijuk. Istana ini juga dilengkapi dengan lebih dari 100 replika furnitur dan artefak antik Minang, yang bertujuan agar istana dihidupkan kembali sebagai pusat budaya Minangkabau serta objek wisata di Sumatera Barat. Galeri
Lihat pulaRujukan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Istana Basa Pagaruyung. |