Iskandar (militer)
Marsekal Madya TNI (Purn.) Iskandar (15 Januari 1932 – 11 Januari 1987) merupakan seorang perwira tinggi angkatan udara dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dari tahun 1986 hingga wafat pada tahun 1987. Masa kecilIskandar lahir pada tanggal 15 Januari 1932 di Sumedang, Jawa Barat, dari orangtua yang bekerja sebagai pegawai kehutanan. Sejak bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School pada tahun 1938, Iskandar telah berpisah dari kedua orang tuanya. Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1944 dan melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama. Ia tamat dari Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1947 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas hingga lulus pada tahun 1950.[1] Karier militerUsai menamatkan Sekolah Menengah Atas, Iskandar menempuh pendidikan sebagai navigator di kursus navigator yang diadakan di landasan udara Halim Perdanakusuma dan di Amerika Serikat hingga tahun 1953. Ia juga sempat menjalani pendidikan di Sekolah Dasar Perwira dan Sekolah Ilmu Siasat di landasan udara Halim Perdanakusuma pada tahun 1952. Iskandar kemudian ditugaskan sebagai navigator dan perwira operasi. Ia terlibat dalam penumpasan MMC di Jawa Tengah, DI/TII di Aceh, dan gerombolan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.[1] Setelah menjadi perwira cadangan di pesawat, Iskandar mengikuti pendidikan lanjutan di Kalijati dalam bidang penerbangan dan peluru kendali. Iskandar kemudian menjadi penerbang. Ia sempat mengikuti operasi penumpasan PRRI dan Permesta di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat.[1] Iskandar kembali bertugas di landasan udara Halim Perdanakusuma sebagai instruktur penerbang dari tahun 1960 hingga 1962 setelah penumpasan PRRI dan Permesta. Menurut Iskandar, masa tersebut merupakan masa yang paling berkesan baginya karena ia harus "menghadapi berbagai bagai macam watak manusia". Masa ini juga ia manfaatkan untuk "senantiasa melakukan mawas diri".[2] Pada saat berlangsungnya Operasi Trikora, Iskandar kembali ditugaskan sebagai penerbang. Ia diminta untuk menerbangkan pesawat pemburu Mustang. Iskandar berangkat pada pukul 22.00 dari lapangan terbang di Ambon dalam keadaan cuaca yang sangat buruk dan sejumlah bagian pada pesawatnya mengalami kerusakan. Akibatnya, Iskandar harus memindahkan tangki bensin dan menurunkan ketinggian pesawat. Iskandar kemudian terbang rendah dan menyusul kawan-kawannya ke Irian Jaya. Ia kembali ke Ambon pada esok harinya dan tiba pada pukul tujuh pagi. Panglima Mandala saat itu, Mayjen Soeharto, mengantarkan dan menjemputnya baik ketika ia berangkat maupun tiba di lapangan terbang Ambon.[2] Iskandar kembali menjalani kursus di Kalijati setelah Operasi Trikora usai. Kursus yang dijalaninya kali ini terkait dengan peluru kendali. Iskandar kemudian ditugaskan untuk mengemban jabatan sebagai Komandan Skuadron Siswa Peluru Kendali. Setelahnya, ia mengemban sejumlah jabatan lain terkait dengan peluru kendali seperti perwira udara pada Wing Persiapan Peluru Kendali dan Komandan Skadron 100 Peluru Kendali.[1] Dari peluru kendali, Iskandar kemudian ditugaskan ke dalam berbagai jabatan fungsional di landasan udara Halim Perdanakusuma, diantaranya sebagai perwira staf operasi, asisten operasi, dan kepala staf. Iskandar memperoleh pangkat marsekal pertama ketika ditugaskan sebagai Panglima Komando Daerah Udara I yang meliputi Sumatera dan Kalimantan Barat.[1] Setelah mengemban jabatan sebagai Panglima Komando Daerah Udara I, Iskandar dilantik sebagai Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Bagian Udara pada tanggal 16 Oktober 1975.[2] Iskandar meninggalkan jabatannya tersebut pada tanggal 7 September 1978. Ia kemudian memegang jabatan sebagai Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional hingga tahun 1984.[1] Pada akhir bulan Juni 1986, Iskandar dilantik sebagai Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dengan pangkat marsekal madya.[3] Ia menjabat selama beberapa bulan saja, karena pada awal tahun 1987 ia meninggal dunia.[4] WafatIskandar wafat akibat serangan jantung pada tanggal 11 Januari 1987 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka oleh Menteri Ginandjar Kartasasmita pada hari yang sama sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan dipimpin oleh KSAU Marsdya Oetomo.[4] Saat pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata dihadiri pula oleh Panglima ABRI, Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani (Benny Moerdani).Templat:Berdasarkan kesaksian keluarga yang hadir saat di pemakaman KeluargaIskandar menikah dengan Ida Dalfa pada tanggal 4 Maret 1964 di Sukabumi. Keluarganya memiliki 3 anak perempuan dan 1 anak laki laki.[2] PenghargaanIa mendapatkan penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[5]
Referensi
|