Ferry KockFrederik de Kock (16 Januari 1904 – 23 Juni 1946) adalah seorang aktor dan penyanyi Indonesia yang aktif pada tahun 1930an dan 1940an. Dia adalah salah satu dari lima bintang teratas Dardanella, bersama Devi Dja, Astaman, Tan Tjeng Bok, dan Miss Riboet II.[1][2][3]
BiografiFrederik de Kock lahir pada 16 Januari 1904 di Duymaer van Twist, sebuah kapal kargo milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij, perusahaan pelayaran Hindia Belanda yang terletak di Ambon.[4] Ia memiliki adik laki-laki, Eduard de Kock, seorang aktor, lahir pada tahun 1905, kemudian dikenal sebagai Eddy Kock dan membintangi Kedok Ketawa (1940).[5][6] Kehidupan PribadiFerry Kock adalah seorang Kristen Protestan (Protestanisme). Ia menikah dengan Noni Magdalena yang kemudian menjadi aktris dan menggunakan nama panggung Dewi Mada, pasangan ini kemudian bergabung dengan rombongan Dardanella dan membintangi bersama Rentjong Atjeh (1940) dan Matula (1941). Pernikahan mereka berlangsung hingga kematian Kock & Mada.[7] KarirFerry Kock memulai debut filmnya di Dr. Samsi (1937), sebuah film drama yang diadaptasi dari naskah drama modern karya Andjar Asmara. Film ini diproduksi di Calcutta, British Raj (kini India), dengan bantuan studio Radha Film Coy, dan diiklankan sebagai film berbahasa Melayu pertama yang dibuat di India. Film tersebut kemudian menyebabkan krisis keuangan dan membagi Dardanella menjadi dua kelompok. Rombongan Willy A. Piedro kemudian melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat, dan rombongan Andjar Asmara kembali ke Hindia Belanda, termasuk Kock. Pada tahun 1940, Kock dan istrinya direkrut oleh The Teng Chun untuk memulai karir di industri film. Ia bersama istrinya kemudian membintangi Rentjong Atjeh (1940), di mana ia menyanyikan Oh Ajah dan Iboekoe karya Mas Sardi, dan lagu-lagu tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku untuk publisitas oleh Departemen Musik JIF.[8][9] Peristiwa Kematian Ferry KockPada bulan Juni 1946, Ferry Kock dan istrinya tampil bersama rombongan mereka di Tegal, Jawa Tengah, untuk Lasjkar Rakjat. Ferry Kock menjadi wasit sepak bola yang berada salah satu Stadion di Tegal. Selama pertandingan sepak bola pada tanggal 23 Juni 1946, tiba-tiba dia mendadak muntah darah dan kemudian jatuh pingsan. CPR dilakukan padanya dan dia dilarikan ke rumah sakit. Dan pada malam harinya setelah dirawat intensif, Ferry Kock meninggal pada usia 42 tahun.[10] Ia dimakamkan di Pemakaman Europese Begraafplaats, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pemakaman yang dihadiri warga Tegal dan diiringi lagu Djauh Dimata, sesuai wasiatnya. Dua tahun setelah Ferry Kock, Dewi Mada telah meninggal dunia menyusul sang suami pada tahun 1947 di Cirebon, Jawa Barat. Filmografi
Referensi
|