F.D.J. PangemanannF.D.J. Pangemanann (juga ditulis Pangemanan; 1870–1910) adalah jurnalis dan novelis Minahasa yang aktif di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). BiografiPangemanann lahir dari klan Pagemanan suku Minahasa pada tahun 1870. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa ia bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda sebelum pensiun dan menjadi jurnalis, tetapi penulis dan kritikus sastra Indonesia Pramoedya Ananta Toer tidak percaya karena Pangemanann masih muda saat meninggal dunia. Toer justru masih percaya Pangemanann terluka saat bertugas sehingga memaksanya pensiun dini.[1] Sekitar tahun 1894, Pangemanann menjadi wartawan untuk harian berbahasa Melayu, Bintang Betawi, yang berpusat di ibu kota kolonial Batavia (sekarang Jakarta). Saat itu ia sudah aktif menulis karya fiksi. Karyanya, Tjerita Rossina, diterbitkan dalam bentuk serial di surat kabar.[1] Pangemanann menerbitkan novel pertamanya, Tjerita Si Tjonat, tahun 1900. Sukses besar, novel ini mengisahkan kebangkitan dan kejatuhan seorang bandit bernama Tjonat.[2] Novel kedua sekaligus yang terakhir, kumpulan serial Tjerita Rossina, diterbitkan tiga tahun kemudian.[2] Keduanya merupakan cerita bandit dan memakai formula yang serupa.[3] Pada tahun 1902, Pangemanann mulai bekerja di kantor berita Warna Warta.[4] Setelah Bintang Betawi ditutup tahun 1906, Pangemanann bekerja di harian Kabar Perniagaan (kemudian berganti nama menjadi Perniagaan) milik seorang pengusaha Peranakan Tionghoa Indonesia, Tjoe Toei-Jang. Tahun 1906, ia menjabat sebagai anggota pendiri dewan pers pertama Hindia Belanda.[1] Pangemanann meninggal dunia tahun 1910.[1] TanggapanTjerita Si Tjonat sukses di pasaran. Novel ini segera diadaptasi menjadi pertunjukan panggung.[2] Pada tahun 1929, Nelson Wong menyutradarai sebuah adaptasi filmnya.[5] Tjerita Rossina juga dengan cepat dibuatkan dramanya. Novel ini dicetak ulang tahun 1910 tetapi mencantumkan nama H.F.R. Kommer. Toer menganggap ini plagiarisme terang-terangan meski juga mengakui tidak ada hukum hak cipta di Hindia Belanda waktu itu.[2] Tjerita Rossina kelak diadaptasi menjadi syair oleh Tulis Sutan Sati (diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1933).[3] Ahli Indonesia C. W. Watson menulis bahwa Pangemanannan, bersama jurnalis Indo F. H. Wiggers dan H. Kommer, "membantu memberikan dorongan dan arahan terhadap penulisan cerita-cerita asli berlatar Indonesia".[6] Ia mencatat ketiganya fasih berbahasa Melayu dan tampak nyaman bergaul dengan masyarakat pribumi dan Tionghoa.[6] Catatan kakiReferensi
|