Emesis gravidarum


Emesis Gravidarum
Informasi umum
Nama lainNausea and vomiting of pregnancy, nausea gravidarum, emesis gravidarum, pregnancy sickness
SpesialisasiObstetrics
PenyebabUnknown
Aspek klinis
Gejala dan tandaNausea, vomiting
KomplikasiWernicke encephalopathy, esophageal rupture
Awal muncul4th week of pregnancy
DurasiUntil 16th week of pregnancy
DiagnosisBased on symptoms after other causes have been ruled out
Kondisi serupaHyperemesis gravidarum
Tata laksana
PencegahanPrenatal vitamins
PerawatanDoxylamine and pyridoxine
Prevalensi~75% of pregnancies

Emesis gravidarum atau nausea gravidarum (NVP), dikenal juga dengan istilah mual muntah, adalah gejala mual muntah yang terjadi pada awal kehamilan dan umum terjadi pada trisemester pertama. Kondisi ini umumnya dialami oleh lebih dari separuh wanita hamil yang disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen. Dalam beberapa kasus, gejala yang sama pula dialami oleh para wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal, atau menjalani bentuk-bentuk terapi hormonal tertentu. Gejala ini biasanya timbul di pagi hari dengan frekuensi yang akan menurun setiap harinya sering dengan bertambahnya usia kehamilan.

Berdasarkan studi pada tahun 2017, diperkirakan 70 hingga 80 persen ibu hamil mengalami mual muntah. Gejala ini dimulai sekitar minggu ke-6 kehamilan. Rasa mual biasanya akan berakhir pada 14 minggu kehamilan serta pada beberapa kasus yang jarang terjadi, dapat berlanjut sampai trimester kedua dan ketiga kehamilan.[1]

Tanda dan Gejala

Sekitar 66% wanita mengalami emesis gravidarum atau mual muntah dan sisanya sekitar 33% mengalami mual saja. Pada minggu ke 10 dan 16 kehamilan, ibu hamil akan mengalami puncak dari mual dan muntah dan akan mereda sekitar minggu ke 20[2]. Setelah 22 minggu akan mereda dan hanya sekitar 10% wanita yang terus mengalami gejala tetap tersebut.

Berdasarkan data dari penelitian Collaborative Perinatal Project, mual muntah sering terjadi pada wanita muda, primigavida, wanita dengan pendidikan kurang dari 12 tahun, bukan perokok, dan wanita dengan obesitas.[2] Selain itu, mual dan muntah juga dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara endokrin, pencernaan, faktor festibular, penciuman, genetik, dan psikologi[3].

Gejala mual dan muntah juga ditunjukkan dari hasil studi kasus pasien mola hidatidosa yang mengindikasi adanya rangsangan mual dan muntah berasal dari plasenta bukan janin. Hal ini diperkuat dengan gejala mual dan muntah yang biasanya terjadi setelah implantasi dan bersamaan dengan produksi hCG mencapai puncaknya. Hormon itulah yang memicu mual dan muntah melalui rangsangan terhadap otot dan poros lambung[3]

Penyebab

Hingga saat ini penyebab atas gejala ini belum diketahui secara pasti, namun perkiraan beberapa penyebab yang menimbulkan gejala ini antara lain adalah:

  • Meningkatnya kadar sirkulasi hormon estrogen dalam tubuh.[4] Kadar hormon estrogen dalam tubuh umumnya akan meningkat pada masa kehamilan, namun hingga saat belum anda penelitian yang dapat membuktikan keterkaitan antara peningkatan kadar hormon ini dengan gejala emesis gravidarum tersebut.
  • Kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglicemia) yang disebabkan penyerapan energi yang dilakukan oleh plasenta,[5] namun belum ada penelitian yang berhasil membuktikannya.
  • Meningkatnya kadar hormon hCG. Meskipun tidak terkait secara langsung, peningkatan hormon ini memancu peningkatan hormon estrogen sehingga menimbulkan gejala ini.[6]
  • Meningkatnya sensitivitas terhadap bau.
  • Peningkatan kadar bilirubin yang disebabkan karena meningkatnya kadar enzim dalam hati.

Bahaya emesis gravidarum bagi ibu hamil dapat berlanjut menjadi lebih berat dan mengakibatkan kehilangan cadangan karbohidrat dan lemak untuk keperluan energi. Apabila ibu hamil oksidasi lemaknya tidak sempurna maka menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam asetonasetik, asam hidroksibutirik, dan aseton dalam darah[3]

Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah akan kekurangan cairan yang diminum dan dehidrasi sehingga cairan estraseluler dan plasma darah berkurang. Natrium dan klorida darah menurun, klorida air kemih juga akan menurun. Bahaya lainnya yakni apabila ibu hamil dehidrasi dapat menyebabkan hemo-konsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang, jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan juga berkurang, serta zat akan tertimbun[3].

Referensi

  1. ^ Karnesyia, Annisa (2022-03-24). "40 Ciri Hamil Muda, Dilihat dari Perubahan Raut Wajah hingga Perut Buncit". Hai Bunda. Diakses tanggal 2022-03-28. 
  2. ^ a b Lee, Noel M.; Saha, Sumona (2011-06). "Nausea and Vomiting of Pregnancy". Gastroenterology Clinics of North America. 40 (2): 309–334. doi:10.1016/j.gtc.2011.03.009. ISSN 0889-8553. PMC 3676933alt=Dapat diakses gratis. PMID 21601782. 
  3. ^ a b c d Fauziah, Nur Alfi; Komalasari, K.; Sari, Dian Nirmala (2022-04-25). "Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I". Majalah Kesehatan Indonesia (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 13–18. doi:10.47679/makein.202227. ISSN 2745-8008. 
  4. ^ "First Trimester Pregnancy". The Visible Embryo. Diakses tanggal 2008-07-06. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Erick, Miriam (2004). Managing Morning Sickness: A Survival Guide for Pregnant Women. Bull Publishing Company. ISBN 0923521828. Diakses tanggal 2008-07-06. 
  6. ^ Niebyl, Jennifer R. (2010). "Nausea and Vomiting in Pregnancy". New England Journal of Medicine. 363 (16): 1544–1550. doi:10.1056/NEJMcp1003896. PMID 20942670. 

Bacaan lanjutan

Kembali kehalaman sebelumnya