Di bawah ini adalah daftar kaisar dinasti Song lengkap, termasuk nama kuil, nama anumerta, nama pemberian dan nama era mereka. Dinasti tersebut didirikan oleh Zhao Kuangyin, yang menjadi Kaisar Taizu (memerintah 960–976) dan berakhir dengan kematian Zhao Bing (memerintah 1278–1279). Kaisar terakhir Song Utara adalah Kaisar Qinzong (memerintah 1126–1127), sementara kaisar Song selatan pertama adalah Kaisar Gaozong (memerintah 1127–1162).
Kaisar, atau huangdi, adalah kepala negara tertinggi pada era kekaisaran Tiongkok (221 SM – 1912), termasuk dinasti Song. Ia adalah penguasa warisan yang berbagi kekuasaan eksekutif dengan para pejabat sipil yang diangkat pada berbagai tingkat jabatan menurut penampilan mereka dalam eksaminasi birokratik. Perimbuhan pengaruh pada birokrasi sipil dan kelas priyayi nasional pada masa dinasti Song berujung pada banyaknya peran yang makin terbatas untuk kaisar dalam membentuk kebijakan publik, meskipun ia masih memegang otirtas otokratnya. Ia memiliki hak tunggal untuk menghimpun hukum-hukum baru, meskipun ia kurang dihargai dalam hal hukum ketimbang para kaisar sebelumnya dari dinastinya.[1]
Gambar kiri: Potret Kaisar Taizong (memerintah 976–997) karya seorang artis Song anonim Gambar kanan: Potret Kaisar Shenzong (memerintah 1067–1085) karya seorang artis Song anonim
Kaisar Gaozong (memerintah 1127–1162), seorang putra dari Kaisar Huizong, melarikan diri ke selatan dan mendirikan kembali dinasti Song di sebuah wilayah yang sekarang disebut Nanjing.[5] Ia mendirikan sebuah ibu kota temporer di Lin'an (sekarang Hangzhou) pada 1129, sehingga pada 1132, ia mendeklarasikannya menjadi ibu kota resmi Kekaisaran Song.[6] Jin membuat beberapa upaya gagal untuk menaklukan Song Selatan, tetapi pada 1165, Kaisar Xiaozong dari Song (memerintah 1162–1189) dan Kaisar Shizong dari Jin (memerintah 1161–1189) menyepakati sebuah perjanjian perdamaian yang dihasilkan dalam sebuah catatan diplomatik yang diraih antara dua kekaisaran tersebut.[7] Song masih memerintah selatan Tiongkok sampai 1279, saat dinasti Yuan pimpinan Kublai Khan, KhaganMongol,[8] menginvasi dan menaklukan Song. Penguasa terakhirnya adalah Zhao Bing (memerintah 1278–1279), yang dibunuh pada 19 Maret 1279[9] saat Pertempuran Yamen di wilayah yang sekarang disebut Kota Yamen, Distrik Xinhui, Kota Jiangmen, Provinsi Guangdong.[10][11]
Gelar dan nama
Dari dinasti Qin (221–206 SM) sampai dinasti Qing (1644–1912), kepala negara yang memerintah dikenal sebagai huangdi, atau kaisar.[12] Dalam teks-teks sejarah Tiongkok, para kaisar dinasti Song, bersama dengan dinasti Tang dan Yuan, disebut oleh nama-nama kuil mereka.[13] Sebelum dinasti Tang (618–907), para kaisar umumnya disebut dalam teks-teks sejarah dengan nama anumerta mereka.[13] Pada zaman dinasti Ming (1368–1644) dan Qing, para kaisar sejarah khusus disebut dalam teks-teks sejarah dengan nama era tunggal mereka, sementara para kaisar dari dinasti sebelumnya, termasuk Song, biasanya memiliki nama era berganda.[14] Sejumlah karakter tertulis yang dipakai dalam nama-nama anumerta berkembang pesat dari dinasti Han (202 SM - 220 M) dan seterusnya dan kemudian menjadi lama dipakai saat merujuk kepada kedaulatan.[13] Contohnya, nama anumerta Nurhaci (memerintah 1616–1626), pendiri negara Manchu yang kemudian mendirikan dinasti Qing, berisi 29 karakter tertulis.[13] Pada dinasti Tang, nama-nama kuil yang lebih pendek dipakai saat merujuk kepada kaisar, sebuah pemakaian yang dilakukan sampai dinasti Song.[13] Setiap kaisar juga memiliki nama makam (陵號; linghao) dan berbagai gelar kehormatan lainnya.[15]
Kepala negara
Dalam teori, kekuasaan politik kaisar bersifat absolut, tetapi pada masa dinasti Han, ia berbagi kekuasaan eksekutif dengan para pejabat sipil dan biasanya mendasarkan keputusan-keputusannya atas nasihat dan konsensus resmi dari para menterinya.[17] Pada masa dinasti Song, sebuah sistem eksaminasi nasional (Ujian Pelayanan Sipil) diadakan oleh para sarjana-birokrat dan dipakai untuk merekrut para pegawai; orang-orang yang lolos eksaminasi istana – eksaminasi tingkat tertinggi dalam kekaisaran – langsung diangkat oleh kaisar menjadi para pejabat pemerintahan pusat tertinggi.[18] Seperti halnya rakyat biasa, para pejabat senior tersebut menuruti maklumat-maklumatnya sebagai hukum atau akan dihukum.[1] Namun, para pejabat senior tak hanya menantang kaisar atas kebijakan, tetapi menuntunnya dengan memberikan gagasan-gagasan dan nilai-nilai Konghucu lebih dari kelas priyayi dimana mereka datang.[19]
Pada masa dinasti Tang, eksaminasi pelayanan sipil tak menghasilkan jumlah pejabat setinggi zaman dinasti Song;[20] sebuah aristokrasi warisan yang masih dependen pada pemerintahan dalam hal jabatan dan pangkat yang dipegang.[21] Para penguasa Song, terutama Kaisar Huizong, menjalin kesepakatan besar terhadap perlawanan politik meskipun berupaya untuk memegang gagasan-gagasan raja-raja bijak pada masa lampau. Ketidakmampuan penguasa untuk memonopolisasi otoritas politik berhubungan dengan kebangkitan kelas baru dari priyayi dan sarjana-pejabat yang mengisi birokrasi.[22]
Saat dinasti Song berdiri, kalangan elit politik terdiri dari para pejabat (dan putra mereka) yang menjabat dalam era Lima Dinasti, serta orang-orang yang datang dari keluarga-keluarga berpengaruh berdarah aristokratik dan memegang jabatan dari generasi ke generasi.[23] Sejak para kaisar Song mula-mula berharap untuk menghindari dominasi pemerintahan dengan kekuatan militer seperti jiedushi dari era sebelumnya, mereka membatasi kekuasaan para perwira militer dan berfokus pada pembangunan pendirian sipil yang kuat.[24] Pada abad ke-11, ekspansi sekolah dan akademi lokal terhadap kelas priyayi di seluruh negeri sebagian besar tersedia jika tidak semuanya resmi.[25] Pada akhir abad ke-11, strategi pernikahan elit dari keluarga berpengaruh terkikis karena politik partisan intens menjelang Kebijakan-Kebijakan Baru (新法; xin fa) dari KanselirWang Anshi (1021–1086). Keluarga-keluarga besar tersebut digantikan oleh para pejabat yang mewakili garis priyayi lokal yang beragam di sepanjang negara tersebut.[26]
Peter K. Bol menyatakan bahwa para pendukung pemerintahan sentral aktif ekspansionis Wang Anshi dalam Kebijakan-Kebijakan Barunya menbahwa bahwa ia memahami dao yang membawa utopia kepada Zhou Barat (s. 1050 SM – 771 SM) pada masa lampau dan memutuskan untuk menyamankan masyarakat menurut visinya. Kaisar termarginalisasi tersebut – aristokrat terakhir yang tersisa dengan kekuasaan politik apapun yang sebenarnya – mengeluarkan sebuah pernyataan palsu bahwa ia menyukai para raja bijak pada masa lalu yang membawa masyarakat menuju negara harmoni total dengan ritual istana dan reformasi kebijakan.[22] Sehingga setelah masa pemerintahan Kaisar Huizong, para penguasa dan pejabat Song tampaknya tak menyetujui Kebijakan-Kebijakan Baru dan sebagai gantinya berfokus pada reformasi masyarakat melalui persetujuan masyarakat lokal.[22] Contohnya, Kaisar Huizong berupaya dari 1107–1120 untuk menguji siapapun yang tak menghadiri sekolah pemerintahan dari pelayanan dalam kantor publik. Ia kemudian menolak siapapun yang tidak memahami bahwa pendirian ideologi Konghucu-nya bersifat ortodoksi.[27] Namun, sistem sekolah yang dijalankan pemerintah pada masa Song Selatan kemudian kalah tanding dengan akademi-akademi swasta, dimana sekolah-sekolah pemerintah kalah jumlah ketimbang pada awal masa Song Utara.[28] Bahkan sebelum masa pemerintahan Kaisar Huizong, Sima Guang (1019–1086), seorang kanselir berpengaruh dan pesaing poltik Wang Anshi, sedikit menyinggung soal peran kaisar dalam membentuk reformasi-reformasi besar dan kebijakan publik, hanya menyebut bahwa kaisar membuat pelantikan-pelantikan besar saat dibutuhkan.[29]
Para Kaisar dapat memilih untuk memajukan birokrasi kebijakan atau memberikan beasiswa, kultus, hobi atau wanita sebagai gantinya. Namun, Frederick W. Mote berpendapat bahwa kebanyakan kaisar Song – yang menjalani sebagian masa kecilnya berdiam dan terisolasi dalam sebuah istana mewah – merupakan orang-orang yang meraih kenyamanan dan terjauhkan dari urusan dunia normal dan kemudian beraih jabatan untuk memegang pemerintahan.[30] Meskipun pendangan umum menyatakan bahwa pemerintahan Song menyanjung tingkat tertinggi dari pengekangan dan penghormatan terhadap para pegawai sipil, protokol baru dari penindakan deferensial yang dicanangkan oleh para pejabat terhadap kaisar pada masa konferensi-konferensi dan pertemuan-pertemuan makin mengikis kontak dekat kaisar dengan para menterinya.[31]
^David C. Wright (2012). David Andrew Graff; Robin D. S. Higham, ed. A Military History of China. University Press of Kentucky. hlm. 73. ISBN978-0-8131-3584-7.
^Pada 1129, Kaisar Gaozong dipaksa untuk abdikasi dalam rangka menaikkan putranya yang berusia dua tahun Zhao Fu, dengan nama era Mingshou, tetapi tak lama setelah Kaisar Gaozong direstorasi oleh pasukan yang loyal terhadapnya, Zhao Fu tak dianggap menjadi kaisar Song oleh para sejarawan tradisional, maupun menjadi nama era yang diakui. Lihat Bo (1977), pp. 941–942.
Bo Yang (1977). Timeline of Chinese History 中國歷史年表. Taipei: Sing-Kuang Book Company Ltd.
Bol, Peter K. (2001). "Whither the Emperor? Emperor Huizong, the New Policies, and the Tang-Song Transition". Journal of Song and Yuan Studies. 31: 103–134. JSTOR23496091.
Hartwell, Robert M. (1982). "Demographic, Political, and Social Transformations of China, 750–1550". Harvard Journal of Asiatic Studies. 42 (2): 365–442. JSTOR2718941.
Hennessey, William O. (July 1984). "Classical Sources and Vernacular Resources in "Xuanhe Yishi": The Presence of Priority and the Priority of Presence". Chinese Literature: Essays, Articles, Reviews. CLEAR. 6 (1/2): 33–52. JSTOR823445.
Hymes, Robert P. (1986). Statesmen and Gentlemen: The Elite of Fu-Chou, Chiang-Hsi, in Northern and Southern Sung. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN0-521-30631-0.
Needham, Joseph (1972). Science and Civilization in China: Volume 1, Introductory Orientations. London: Syndics of the Cambridge University Press. ISBN0-521-05799-X.
Tillman, Hoyt C.; West, Stephen H. (1995). China Under Jurchen Rule: Essays on Chin Intellectual and Cultural History. Albany: State University of New York Press. ISBN0-7914-2273-9.
Wang, Yu-ch'uan (June 1949). "An Outline of The Central Government of The Former Han Dynasty". Harvard Journal of Asiatic Studies. 12 (1/2): 134–187. JSTOR2718206.