China Railway Group Limited
China Railway Group Limited, juga dikenal sebagai CREC (akronim dari pendahulu dan perusahaan induknya, China Railway Engineering Corporation) adalah sebuah perusahaan konstruksi asal Tiongkok yang melantai di Bursa Saham Shanghai dan Hong Kong. Pemegang mayoritas saham perusahaan ini adalah China Railway Engineering Corporation (CRECG). Pada tahun 2015, CREC adalah perusahaan konstruksi dengan pendapatan terbesar di dunia, berdasarkan daftar "Top 225 Global Contractors" yang disusun oleh Engineering News-Record.[2] Pada tahun 2016, CRECG menempati peringkat ke-57 dalam daftar Fortune Global 500 Enterprises[3] dan menempati peringkat ketujuh dalam daftar Top 500 Chinese Enterprises. Bidang bisnisCREC menguasai cukup banyak pangsa pasar konstruksi di Tiongkok. CREC juga berpartisipasi dalam sejumlah proyek infrastruktur berskala besar di luar Tiongkok (terutama di Asia Tenggara dan Afrika). Selain konstruksi, perusahaan ini juga berbisnis di bidang survei dan perancangan, instalasi, manufaktur, riset dan pengembangan, konsultansi teknis, manajemen modal, serta perdagangan dan ekonomi internasional. SejarahPada bulan November 2007, CREC mengumumkan bahwa mereka akan memperdagangkan saham A dan saham H di Bursa Saham Shanghai dan Hong Kong. Harga penawaran umum perdana untuk saham A bervariasi dari 4 hingga 4,8 Yuan Tiongkok, sementara saham H ditawarkan dari harga 5,03 hingga 5,78 Dolar Hong Kong. Mulai tanggal 10 Maret 2008, CREC juga menjadi salah satu komponen dari Indeks Hang Seng China Enterprises.[4] Untuk mendukung ledakan pembangunan perkeretaapian di Venezuela, pada tahun 2009, CREC mulai membangun jalur rel kereta cepat Anaco-Tinaco sepanjang 471 km, yang menelan biaya sebesar 800 juta USD.[5] Pada tahun 2009, perusahaan ini berekpansi ke Uni Eropa melalui anak usahanya, yakni COVEC. Bersama dua mitra asal Tiongkok yang lain, COVEC mendapat kontrak untuk membangun dua seksi dari jalan tol A2 di Polandia.[6] Perancangan dan penyiapan proyek tersebut pun berjalan lancar, dengan COVEC menunjukkan "ketajaman teknis". Namun kinerja COVEC menurun pada tahap selanjutnya, karena mismanajemen dalam peraturan yang ketat, sehingga akhirnya COVEC digantikan oleh kontraktor lain.[7] Pada tahun 2016, anak usaha CREC, China Railway Engineering Equipment Group memasok mesin bor terowongan kotak komersial pertama, untuk membangun sebuah underpass dari Jalur Thomson–East Coast di Singapura.[8] Di mediaPada tahun 2011, hasil kerja anak usaha CREC di Republik Demokratik Kongo menjadi fokus dari sebuah dokumenter yang berjudul Empire of Dust, yang disutradarai oleh Bram Van Paesschen asal Belgia. Dalam dokumenter tersebut, para pegawai baru saja mendirikan sebuah kamp di dekat kota tambang Kolwezi. Di sana, CREC akan memperbaiki jalan sepanjang 300 kilometer yang menghubungkan Kolwezi dengan Lubumbashi. Lao Yang menjadi kepala logistik dari proyek tersebut.[9][10] Sejak kesepakatan "sumber daya untuk infrastuktur" dijalin pada tahun 2007, Tiongkok mengadakan berbagai macam proyek pengembangan (termasuk jalan, rumah sakit, sekolah, dan bandara) dengan bayaran berupa cadangan tembaga dan kobalt dari Kongo.[11] Walaupun kesepakatan tersebut tampak menjanjikan bagi masyarakat Kongo, yang sebagian besar hidup dengan pendapatan kurang dari $1,25 per hari, kesepakatan tersebut kurang transparan, sehingga menjadi perhatian dari sejumlah organisasi hak asasi manusia.[12] Empire of Dust meliput aspek manusia dari kesepakatan tersebut. Dokumenter tersebut juga dipuji atas penggambarannya tentang perbedaan budaya antara pegawai asal Tiongkok dan Kongo. Referensi
Pranala luar
|