Benny Mustafa
Benny Mustapha van Diest (juga dieja Benny Mustafa, (22 September 1939 – 2 Juli 2021) adalah seorang pemain drum asal Indonesia. Benny tergolong pemain drum yang serba bisa, dia pernah tergabung dengan banyak grup musik di Indonesia. Pernah memperkuat grup musik Eka Sapta yang terkenal pada dasawarsa 60-an, dan dia juga pernah tergabung dalam beberapa grup musik jazz yang memainkan dixieland, swing, cool jazz, bebop, hardbop hingga jazz latin. Perjalanan karierMulai belajar memainkan drum pada usia 18 tahun, gurunya adalah Bart Risakotta, seorang drummer yang pernah bermain bersama Nick Mamahit Trio. Benny Mustapha mulai memainkan drum secara profesional ketika bergabung dengan band Quinta Nada pada tahun 1957 di Jakarta. Pada tahun 1963, dia berangkat ke Amerika. Setahun kemudian, Benny mengikuti New York World Fair 1964 di Amerika Serikat, dan pada tahun 1965, ia sempat berkeliling Eropa dan Afrika.[1] Pada tahun 1963 Benny turut serta dalam pembentukan berdirinya grup musik Eka Sapta bersama Bing Slamet (bongo, konga), Ireng Maulana (gitar), Idris Sardi (bas, biola), Itje Kumaunang (gitar), Darmono (vibraphone), Kamid (konga). Karena kesibukannya di berbagai kegiatan, posisi Benny di Eka Sapta akhirnya digantikan oleh Eddy Tulis.[2] Pada tahun 1967 bersama Jack Lesmana, Bubi Chen, Maryono dan Jopie Chen tergabung dalam grup musik Indonesian All Stars. Dalam perjalanannya bersama Indonesian All Stars, mereka berkenalan dengan Tony Scott, pemain klarinet asal New York, Amerika Serikat, yang kebetulan pada saat itu sering wara wiri ke Indonesia. Selama 6 bulan mereka sering bertemu hingga akhirnya tercetus ide untuk menggabungkan musik Barat dan Timur. Tony Scott memang sangat tertarik dengan musik tradisional Indonesia seperti gamelan, suling, tetabuhan tradisional dan siter. Setelah itu Tony Scott mengajak Indonesian All Stars untuk menggarap sebuah album kolaborasi yang bertema Timur bertemu Barat. Pada saat yang bersamaan juga, berdekatan diselenggarakannya Berlin Jazz Festival, dan kemudian berangkatlah Indonesian All Stars tampil di Berlin Jazz Festival dan sekalian membuat album di sana. Rekaman dilakukan di Villingen-Schwenningen, Black Forrest pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahun 1967. akhirnya terciptalah album tersebut dengan judul "Djanger Bali".[3] Pada tahun 1970, Benny bersama tergabung dalam grup musik Indonesia VI, yang anggotanya antara lain Mus Mualim, Maryono, Idris Sardi, Sadikin Zuchra, dan Tjok Sinsoe tampil dalam "Expo 1970 di Osaka, Jepang", juga di acara tersebut Benny dan teman-temannya menampilkan musik gabungan antara jazz dengan gamelan. Pada tahun 1971, ia juga sempat bermain di Flamingo Niteclub dan Hotel Amasador, Jakarta bersama Kiboud Maulana. Benny juga ikut memperkarsai terbentuknya band Ayodya II bersama Maryono dan Kiboud Maulana, namun tidak lama dua tahun kemudian grup musik itu bubar. Benny juga sempat bermain di Hotel Merlin, Kuala Lumpur, mengiringi Titiek Puspa, bermain di kafe-kafe jazz di seputar Singapura dan Malaysia dan lai-lain.[1] Bersama Jack Lesmana, Benny turut berpartisipasi menyelenggarakan acara jazz secara rutin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kemudian, ia pernah membentuk grup musik yang banyak membawakan musik berirama dixieland di Hotel Borobudur, Jakarta, yang anggotanya antara lain adalah Jack Lesmana, Oele Pattiselanno, Didi Chia, Benny Likumahuwa, Trisno, dan beberapa lagi.[1] Tahun 1978 Benny Mustapha bergabung bersama Ireng Maulana All Stars dengan anggotanya adalah Ireng Maulana (gitar dan banjo), Benny Likumahuwa, (trombone), Hendra Wijaya (piano), Maryono (saksofon), Karim Tes (trompet) dan Roni Isani (bass). Benny juga pernah tampil bersama Ireng Maulana All Stars di North Sea Jazz Festival, Den Haag, Belanda. Meninggal duniaBenny Mustapha meninggal dunia pada 2 Juli 2021.[4] Referensi
Pranala luar |