Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.[1]
Batik lukis di Indonesia dapat menarik wisatawanmancanegara dan akan tetap dilirik, bahkan sempat menjadi intrik dengan negara lain yang ikut merasa bahwa batik telah menjadi milik mereka.[2] Bagaimanapun, hasil kreasi anak bangsa Indonesia yang sudah turun-menurun serta merupakan salah satu harta warisan yang tak ternilai harganya ini, sudah sepantasnya kita pertahankan keberadaannya.[2]
Teknik
Pada prinsipnya gambar batikan adalah gambar kerajinan yang dikerjakan seperti dalam pembuatan kain batik, yaitu dengan membuat pola-pola hias dengan bahan yang tidak tertembus pewarna, tentunya dalam pembuatan batik lukis juga menggunakan pola-pola hias seperti pembuatan batik tulis.[3] Karena itu dalam pembuatan gambar batikan ini juga digunakan berbagai bahan yang tidak sama sifat-sifatnya untuk menggambar pola dan untuk mewarna secara dipadukan atau dicampur, dalam istilah asingnya disebut mixed media. bahan yang digunakan ialah: lilin lampu, pastel, dan cat air.[4]
Cara mengerjakan gambar batikan:
Pertama kali membuat goresan-goresan motif pada kertas gambar dengan menggunakan lilin lampu. goresan-goresan ini dapat dikombinasikan dengan goresan berwarna menggunakan pastel. sebaiknya goresan ini dengan warna muda atau warna cemerlang.[5]
Kertas yang telah digambari motif atau pola-pola tadi kemudian dilabur atau dikuas dengan cat air warna tua atau pekat. karena goresan lilin dan pastel tidak ditembus cat air, maka warna asli pastel dan warna putihlilin muncul diatas warna-warna cat air, jika kain ingin diberi warna, dan kemudian langsung dilukis sesuai dengan keinginan motifnya dan juga mengikuti jalur-jalur pola yang sudah dibuat.[5]
Hasil gambar yang menyerupai kain batik ini kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.[5]
Jika anak-anak maupun masyarakatIndonesia dilatih dengan kegiatan semacam ini, mereka akan mampu lebih lancar bekerja, dan akan mampu membuat variasi-variasi motif batik dan warna-warnanya.[5]
Teknik membuat batik lukis
Begitu pula cara melukiskan batik dalam kain, berikut langkah sederhana dalam membuat batik lukis/ lukisan batik:
Sketsa, Selembar kainputih dibuat sketsa lukisan menggunakan pensil sesuai keinginan.[6] Motif yang digunakan bisa bebas sesuai ekspresi, misalnya pemandangan, abstrak, wayang, dan lain-lain.[6]
Pencantingan, Kain putih yang sudah selesai dibuat sketsa, kemudian mulai dilakukan pencantingan.[6] Selain dengan media canting, bisa digunakan media kuas, pelepah pisang, sapu lidi, kapas, dll untuk melukis tergantung ekspresi pelukis.[6]
Pewarnaan, Pewarnaan bisa dilakukan dengan proses pencelupan dan colet.[6] Atau bisa dengan penggabungan kedua proses ini.[6] Pewarnaan sintetis umumnya menggunakan naphtol, indigosol dan remazol. Tiap-tiap pewarna sintetis mempunyai pengunci tersendiri, gunanya untuk mengunci warna agar tidak mudah luntur nantinya.[6] Misalnya remazol, penguncinya adalah dengan waterglass, kemudaian Proses ke-2 dan 3 bisa dilakukan berulang-ulang.[6]
Pelorotan, Setelah kain selesai dimalam dan diwarna juga di kunci, kain dimasukkan ke dalam air mendidih sebagai proses penghilangan malam.[6] Setelah kain dikeringkan, maka jadilah sebuah lukisan batik yang indah.[6]
Tradisi membatik
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif batik dapat dikenali berasal dari batikkeluarga tertentu.[7] Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.[7] Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.[7] Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada.[7] Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.[7]
Seniman
Amri Yahya ada pelukis batik kaligrafi asal Daerah Istimewa Yogyakarta.
Umi Dachlan melukis Batik di awal karirnya dan mempertimbangkan untuk fokus pada kereta ini, sebelum dia memutuskan untuk melukis kanvas.[8]
^"Umi Dachlan: Metaphors For Humanity". Monograf dari Vivian Yeo dan Jin Wen, Editorial Art Agenda S.E.A, Jakarta, 2021. Bahasa Indonesia, Cina dan Inggris, 170 plat, 248 halaman
Pustaka
HM. Affandi (2006). Seni menggambar dan Kerajinan Tangan. Yogyakarta: PGTKI Press. ISBN9792660003.