Arapaima raksasa
Arapaima raksasa, juga dikenal sebagai pirarucu atau arapaima saja (Arapaima gigas),[3] adalah spesies Arapaima yang berasal dari lembah Sungai Amazon. Ikan ini pernah diyakini sebagai satu-satunya spesies dalam genusnya, ikan ini merupakan salah satu ikan air tawar terbesar. Ikan ini merupakan penghirup udara wajib, sehingga perlu muncul ke permukaan secara teratur untuk menghirup udara. TaksonomiIkan ini awalnya dianggap sebagai satu-satunya spesies dalam genus Arapaima. Namun identifikasi spesies selanjutnya, bersamaan dengan kelangkaan spesimen dan hilangnya beberapa jenis spesimen, telah menimbulkan ketidakpastian mengenai klasifikasi dalam genus dan identitas yang menggambarkan individu.[4] Deskripsi FisikSpesies ini merupakan salah satu ikan air tawar terbesar yang diketahui, umumnya berukuran 200 cm dan dilaporkan dapat mencapai panjang hingga 450 cm. Ikan dewasa mungkin memiliki berat hingga 200 kg.[5] Ikan ini memiliki tubuh ramping dengan sirip punggung dan sirip dubur menghadap ke ekor. Meskipun tubuhnya sebagian besar berwarna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, nama lokalnya di Brasil yakni "pirarucu" berasal dari kata asli untuk "ikan merah", yang diperkirakan merujuk pada bintik merah pada sisik ke arah ekor, atau warna oranye kemerahan pada dagingnya.[3] Ikan ini memiliki "sisik fleksibel seperti baju besi" yang terdiri dari "lapisan luar yang keras dan termineralisasi", dan "lapisan dalam yang kuat namun fleksibel" yang membantu melindunginya dari serangan piranha.[6] PersebaranIkan ini berasal dari perairan tawar di lembah Sungai Amazon. Hal tersebut diketahui terjadi di Bolivia, Brasil, Guyana, dan Peru.[5][1] Di Bolivia dikenal sebagai paiche, dianggap sebagai spesies invasif dna mempengaruhi spesies asli setempat dan ekosistem. Ikan ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976,[7] dan diduga dibawa dari Peru saat tersapu banjir dari peternakan ikan disana.[8] Ikan ini telah diperkenalkan ke beberapa bagian Asia Timur, baik untuk tujuan penangkapan ikan maupun secara tidak sengaja.[3] Ikan ini ditemukan di kawasan hutan yang tergenang air tempat mereka berkembang biak selama musim hujan, mereka pindah ke danau setelah permukaan air turun.[9] Fosil ikan ini (atau spesies yang sangat mirip) berumur 13 juta tahun telah ditemukan di Kolombia, tepatnya di Formasi Villavieja, yang berasal dari era Miosen.[10] FisiologiPerubahan morfologi terjadi saat ikan ini mengalami transisi dari penghirup air ke penghirup udara 8–9 hari setelah menetas.[11] Selama transisi ke pernapasan udara struktur insang berubah, membuatnya lebih mampu beradaptasi dalam penyerapan ion, namun kurang mampu menjalani difusi gas. Setelah terjadi perubahan perkembangan pada insang, lamela menjadi kurang dapat dikenali. Insang dewasa terdiri dari filamen halus berbentuk kolom.[12] Ginjal memiliki peran penting dalam ekskresi limbah nitrogen pada spesies ini dan membesar pada ikan dewasa.[11] Baik jantan maupun betina memiliki organ sekretorik mirip kelenjar di kepala.[13] Sekresinya terbuat dari 400 zat dan terdiri dari hormon, protein, peptida, dan kemungkinan besar feromon.[14] EkologiIkan ini memerlukan pernapasan udara permukaan untuk menambah oksigen yang diperolehnya dari penggunaan insangnya, dan oleh karena itu bergantung pada permukaan setiap 5–15 menit untuk menghirup udara di permukaan dengan keras. Seperti pada spesies lain dalam genus arapaima, gelembung renang termodifikasi yang berisi jaringan mirip paru-paru digunakan untuk tujuan ini. Ikan ini terutama memakan ikan lain, meskipun ikan muda lebih menyukai serangga dan larva ikan sampai dewasa. Mereka juga mengonsumsi burung, mamalia, buah-buahan, dan biji-bijian di permukaan air.[15] Pemijahan terjadi di danau dan saluran sungai pada saat permukaan air rendah (Agustus hingga Maret). Setelah anakan menetas dari telur yang diletakkan di sarang yang dibangun oleh kedua orang tuanya, sang jantan tetap melindungi mereka selama jangka waktu sekitar tiga bulan. Anak-anaknya mencapai kematangan seksual pada usia empat sampai lima tahun. Umur rata-rata ikan ini di penangkaran adalah 15-20 tahun.[3] KonservasiDi masa lalu ikan ini sangat terkena dampak penangkapan ikan yang berlebihan, yang diperburuk oleh kebiasaan mereka yang mudah dieksploitasi, yaitu muncul ke permukaan secara rutin untuk mencari udara. IUCN saat ini tidak menetapkan status konservasi pada ikan ini karena kurangnya informasi rinci tentang perkembangan populasinya.[3] Penangkapan ikan Arapaima langsung dilarang di Brasil dari tahun 1996 hingga 1999 karena penurunan populasi, sejak saat itu penangkapan ikan untuk keperluan subsisten dan komersial telah diizinkan di kawasan yang ditetapkan secara khusus, dan strategi pengelolaan berkelanjutan yang canggih telah menyebabkan pemulihan stok ikan secara besar-besaran, dari 2.500 ekor pada tahun 1999 menjadi lebih dari 170.000 ekor pada tahun 2017.[16] Bagi Bolivia, sebagai spesies invasif dianggap sebagai ancaman bagi spesies asli setempat menurut laporan. Berbagai laporan menunjukkan adanya korelasi antara penyebaran ikan ini dan penurunan jumlah spesies ikan asli di beberapa bagian Amazon Bolivia. Dampaknya terhadap populasi spesies ikan lokal dan perilaku penangkapan ikan sangat bervariasi menurut wilayah.[8] Sebuah studi bersama yang dilakukan pemerintah Bolivia dan berbagai organisasi penelitian pada tahun 2017 menunjukkan perlunya mengevaluasi lebih lanjut dampak kompleks ikan ini terhadap lingkungan dan sosial ekonomi di negara tersebut.[17] Referensi
|