Anak Sasada
Anak Sasada atau Putra Satu-satunya adalah salah satu film Indonesia, yang bernuansa budaya Batak yang dikemas dalam bentuk VCD, serta film yang pertama sekali menggunakan bahasa Batak Toba di perfilman Indonesia.[2][3][4][5] Film ini menggunakan bahasa Batak dan dilengkapi terjemahan dengan subtittle bahasa Indonesia.[1][3] Peluncuran PerdanaPeluncuran film Anak Sasada dilakukan pada hari Sabtu, 27 Juni 2011 langsung di rumah Pontyanus Gea (sutradara/produser), Jalan Karya Wisata Ujung Gang GSJA nomor 17, Medan, Sumatera Utara. Tema Cerita FilmFilm itu mengisahkan tentang kemiskinan dan pendidikan orang di desa yang harus merantau ke kota.[2][4] Pembuatan film ini terinspirasi untuk melestarikan budaya daerah. Film ini menceritakan realita kehidupan sehari-hari yang terjadi ditengah masyarakat, dan merupakan kepedulian terhadap budaya batak.[1] "Anak Sasada" yang dikemas dalam dialog bahasa Batak Toba, menggambarkan realitas kemiskinan perdesaan di Tapanuli melalui tokoh Sabungan. Ia meninggalkan kampung halaman untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ternyata tanah perantauan tak seperti dugaan. Sabungan terlibat masalah dengan kelompok bandit dan menjumpai nasib tragis.[4] Lokasi SyutingPengambilan gambar dilakukan di Balige, Toba Samosir dengan latar belakang kapal “paronan” (pedagang) dari Bakkara[6] pada tanggal 24-26 Mei 2011. Rute pergi dan pulang kapal paronan menjadi lanskap pagi di pelabuhan, dan itu merupakan awal cerita film ini. Sedangkan syuting terakhir akan dilengkapi diskusi dan pemutaran cuplikan film di SMU Negeri Plus Yayasan Soposurung Balige pada tanggal 26 Juni 2011.[2] Pembuatan film yang berlangsung dikawasan Samosir dan Tobasa ini memakan waktu selama 3,5 bulan menghabiskan biaya Rp. 400.000.000,-.[1] Tim yang terlibat dalam pembuatan Film Anak SasadaDi film ini ada beberapa orang yang berasal dari etnis Batak Toba menjadi pemain di film ini, namun ada juga dari suku Melayu, Jawa dan etnis Batak Simalungun.[2] Para Kru film:
Referensi
Pranala luar |