Abdullah al-Sallal
Abdullah al-Sallal (bahasa Arab: عبد الله يحيى السلال, translit. ʿAbd Allāh Yaḥyā al-Sallāl; 9 Januari 1917 – 5 Maret 1994) adalah seorang tokoh revolusioner dan politisi Yaman yang menjabat sebagai Presiden pertama Republik Arab Yaman (Yaman Utara) dari tahun 1962 hingga 1967. Ia merupakan tokoh sentral dalam sejarah Yaman modern, memimpin transformasi negara dari monarki teokratis menjadi republik. Masa kepemimpinannya menjadi babak awal Yaman Utara dan ditandai oleh revolusi, perang saudara, serta keterlibatan kekuatan asing yang intens. Kehidupan awalAl-Sallal lahir di desa Shaasan pada tahun 1917. Shaasan adalah cabang dari distrik Sanhan yang terletak di tenggara Sana'a.[1] Pada akhir tahun 1930-an, ia menyelesaikan pendidikan militernya di Bagdad, Irak. Ia menjadi letnan dua saat itu.[2] KarierSekembalinya dari Irak pada tahun 1939, al-Sallal sempat dipenjara selama tujuh tahun karena alasan politik. Ia kemudian dibebaskan oleh Putra Mahkota Muhammad al-Badr, yang mengangkatnya menjadi gubernur Hodeida (1959-61) dan mengangkatnya menjadi brigadir. Ketika Badr naik takhta pada 18 September 1962, ia mengangkat Sallal sebagai kepala pengawal.[3] Namun, delapan hari setelah pelantikannya, al-Sallal melancarkan kudeta yang menggulingkan pemerintahan monarki. Kudeta ini memproklamasikan berdirinya Republik Arab Yaman dengan al-Sallal sebagai presiden pertama.[4] Negara republik baru ini mendapat dukungan dari Mesir yang kala itu dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser. Pasukan Mesir, berjumlah puluhan ribu, tiba di Yaman untuk memperkuat pemerintahan al-Sallal. Sebaliknya, loyalis al-Badr, termasuk dirinya sendiri, mundur ke daerah pegunungan utara. Ia mendapatkan dukungan dari Arab Saudi dan Yordania.[5] Perang saudara pecah antara kaum republikan dan loyalis. Konflik ini diperparah oleh perpecahan internal di antara kaum republikan sendiri. Pada 1965, Presiden Nasser dari Mesir dan Raja Faisal dari Arab Saudi sepakat untuk menghentikan intervensi masing-masing di Yaman dan menyerahkan keputusan masa depan negara itu kepada rakyatnya. Namun kesepakatan ini gagal dan perang kembali terjadi pada tahun berikutnya.[5] Pada akhir 1967, di tengah situasi perang yang stagnan dan ketidakpuasan internal, Abdullah al-Sallal digulingkan dalam kudeta oleh faksi republikan. Ia digantikan oleh Abdul Rahman al-Iryani, yang menjadi presiden kedua Yaman Utara. Setelah digulingkan, al-Sallal diasingkan ke Mesir di mana dia tetap tinggal sampai Presiden Ali Abdullah Saleh mengundangnya untuk kembali pada awal tahun 1980-an.[6][7] Salah satu pencapaian pemerintahannya ialah penghapusan perbudakan di Yaman.[8] Referensi
|